Diriwayatkan di dalam musnad imam Ahmad dan di dalam Ma'jam Al Kabir oleh Al
Imam At Thabrany tentang Sayyidina Jabir bin Abdillah Ra, ia mendengar ada satu
hadits yang belum pernah ia dengar, yaitu pada sayyidina Abdullah bin Unays di
Syam. Syam adalah wilayah antara Iran dan Jordan yang mana perjalanan satu
bulan dengan onta. Maka ia pun membeli onta dan berjalan menuju rumah Abdullah
bin Unays untuk mendengarkan satu hadits yang belum pernah ia dengar itu, satu
hadits saja.
Kalian kesini berapa banyak hadits yang telah kalian dengar sejak
tadi. Satu bulan perjalanan naik onta, berarti menginap dalam perjalanan selama
30 malam, kita belum pernah merasakan perjalanan selama satu bulan, kalau
dengan pesawat jarak yang terjauh bisa ditempuh dengan beberapa hari saja.
Maka bagaimana dengan perjalananan satu bulan, apalagi menggunakan onta,
beliau berjalan sendiri terus beliau menyusuri jalan sendiri, berhenti,
berkemah, makan dan minum kemudian melanjutkan perjalanan lagi demikian selama
satu bulan, berapa bekal yang harus ia bawa, berapa uang yang harus ia bawa,
bagaimana ia melewati hari-harinya dalam panas terik matahari, melewati hutan
dan padang pasir selama satu bulan perjalanan hanya untuk satu haditsnya
Rasulullah SAW yang belum ia tau.
Maka sesampainya di Syam, ia berkata kepada
salah seorang pelayan Abdullah bin Unays Ra: " Katakan kepada
tuanmu, bahwa Jabir bin Abdillah menunggu di depan pintu ",.
Maka
Abdullah bin Unays datang seraya menyambutnya dan mereka saling berpelukan,
kemudian Abdullah bin Syin berkata: " wahai Jabir, apa yang
membuatmu jauh-jauh dari Madinah datang kesini?
Maka Jabir bin
Abdillah berkata: " aku dengar engkau mempunyai satu hadits yang
belum diajarkan kepada banyak orang, aku mau mendengar hadits itu".
Abdullah
bin Unays berkata: " wahai Jabir, satu bulan perjalanan engkau
kesini hanya untuk satu buah hadits?!
Ia berkata: " aku
takut wafat sebelum aku mendengarnya, maka jangan sampai hal itu terjadi".
Beliau ingin menambah ilmu haditsnya walaupun hanya satu, sampai-sampai
ia takut keburu wafat dan belum mendengarnya. Kita sekarang telah memiliki bermacam-macam
bahkan telah dibukukan, ribuan bahkan jutaan hadits. Dalam satu kitab Shahih Al
Bukhari terdapat 70 ribu hadits, hadir di majelis ini malam selasa ada kajian
Shahih Al Bukhari dan lainnya, majelis-majelis ta'lim yang lain, ada majelis
tafsir, majelis fiqh, apalagi yang digabung dengan shalawat dan dzikir atau
maulid nabi SAW, maka akan tumpah ruah zhahir dan bathin ilmu fiqh nya, tafsir,
hadits dan lainnya, dan juga pengampunan dan kedekatan kepada Allah SWT.
Juga diriwayatkan bahwa seseorang datang bertanya kepada Al Imam Malik Ra.
Beliau adalah seorang Imam besar di Madinah Al Munawwarah, datang seseorang
yang sorbannya sangat besar, Al Imam tau di masa itu jika seseorang sorbannya
semakin besar maka semakin banyak ilmunya. Suatu ketika datang kepada beliau
seseorang yang sorbannya sangat besar, dan ketika itu Imam Malik sedang duduk
dengan menyelonjorkan kakinya sedang duduk santai bersama beberapa muridnya
karena bukan di waktu mengajar, ketika orang itu muncul dihadapannya Al Imam
pun segera menarik kakinya seakan-akan beliau duduk tawarruk karena ia
menyangka yang datang adalah Ulama besar. Maka orang itu berkata: "
Assalamu'alaikum, wahai Imam Malik aku datang untuk bertanya ",
Al
Imam menjawab: " Labbaik wa sa'daik, iya silahkan apa yang akan kau
tanyakan semoga aku bisa menjawabnya?"
Orang itu berkata: "
wahai Imam bagaimana jika esok matahari tidak lagi terbit?"
Maka
Imam Malik diam lalu tersenyum dan berkata: " kalau besok matahari
tidak terbit berarti aku boleh melonjorkan kakiku lagi".
Maksudnya
apa? Jika ia bukan orang yang tidak waras berarti ia bukan ulama, masa iya
menanyakan jika matahari tidak terbit kepada Imam Malik, maka ia bukanlah ulama
yang bertanya hal yang demikian itu. Demikianlah Al Imam Malik bin Anas bin
Malik yang mengambil sanadnya dari Al Imam Ja'far bin Muhammad Al Baqir bin Ali
Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah Az Zahra' putrid
Rasululllah SAW.
Makna dari yang saya sampaikan tadi adalah tidak semua pertanyaan harus
dijawab. Jika muncul pertanyaan dari musuh-musuh Islam atau orang-orang yang
tidak waras dan lainnya, maka tidak perlu semua pertanyaannya dijawab karena
hal yang demikian telah diperbuat oleh para imam terdahulu, buktinya Imam Malik
melakukan demikian.
Ketika ditanya " jika matahari tidak muncul
besok", maka beliau santai saja menjawabnya sambil bercanda dan tertawa
tidak serius menjawabnya, tidak perlu dihoramati sebgaimana penghormatan kepada
ulama', karena penghormatan pada Ulama' sebagaimana dijelaskan oleh para muhadditsin
jika para ulama datang maka dianjurkan untuk berdiri menghormatinya , atau
orang shalih atau orang yang lebih tua dan tidak dikenal bahwa ia adalah orang
yang fajir atau ia adalah pemimpin muslimin maka disunnahkan untuk berdiri
menyambut kedatangannya, demikian pendapat Al Imam An Nawawy, dan Al Imam Ibn
Hajar, dan lainnya.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar