Tiada satu pun karunia yang diperoleh seseorang yang
bersikap tawadhu kepada Allah, kecuali Allah meninggikan derajatnya." (HR
Muslim).
Hadis di atas menjamin ganjaran yang bakal diterima seseorang jika tawadhu.
Menghilangkan kesombongan, tinggi hati, merasa hebat, dan segudang penyakit
hati lainnya.Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan
walaupun seberat biji sawi." (HR Abu Dawud).
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Pemahaman yang benar terhadap
hal tersebut seharusnya tidak melahirkan orang kaya yang merasa lebih hebat
dibanding lainnya. Pejabat merasa lebih terhormat ketimbang rakyat biasa, kiai
merasa lebih benar daripada santrinya, atau generasi tua merasa lebih tahu
ketimbang yang muda. Hadis di atas seharusnya cukup membuat kita sadar dan
takut.
Shalat, puasa, zakat, haji, dan segudang amal saleh lainnya tidak menjamin kita
masuk surga jika di dalam hati kita masih ada setitik kesombongan.Bahkan,
pejabat setingkat presiden pun tidak berhak sombong. Hal ini dikisahkan dalam
hadis riwayat Ibnu Majah. Diceritakan seseorang yang gemetar ketakutan ketika
menemui Rasulullah yang dipersepsikan sebagai raja diraja.Rasulullah SAW
bersabda, "Sungguh hina engkau. Sesungguhnya, aku bukanlah seorang raja.
Aku hanyalah anak seorang wanita yang memakan dendeng di Makkah."
Subhanallah, betapa agungnya ketawadhuan Nabi SAW. Muhammad bin Abdullah yang
seorang Nabi, kepala negara, kepala pemerintahan, raja, panglima militer,
pengusaha sukses, pendidik, dan manusia yang dijamin masuk surga tidak
membuatnya sombong sedikit pun. Ketawadhuan beliaulah yang patut diteladani,
diikuti, dan ditiru. Seperti telah disebut dalam Alquran surat Alahzab ayat 21,
"Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah."
Marilah membuang jauh-jauh kesombongan dalam menjalani hidup yang singkat ini,
seberapa pun hebatnya kita. Karena, sesungguhnya kekayaan, jabatan, ilmu, tubuh
yang sempurna, wajah cantik, kecerdasan, dan bahkan anak istri kita adalah
milik Allah yang dititipkan pada kita. Sesungguhnya, orang yang berlaku tawadhu
zaman sekarang ini sangatlah sedikit. Apakah kita termasuk di antara mereka?
Karyanto Wibowo
Posting Komentar