Desa Glantengan Gelar Haul Dua Ulama Cikal Bakalnya Oktober Ini

Kisah yang kami peroleh dari website resmi Pemerintah Desa Glantengan, dikisahkan ketika Sunan Kudus berdawah di Kudus, beliau mengutus dua orang muridnya, Mbah Kyai Nganten (K.H. Abdul Fatah) dan Mbah Kyai Khidir untuk berdakwah di daerah yang sekarang bernama desa Glantengan.

Ketika berdakwah di sana, kedua murid Sunan Kudus itu sempat beradu argumen dan tak kunjung selesai. Karena berdebat dan tidak selesai-selesai, salah satu dari dua kyai tersebut berkata, "Wes, malah glandang rono-glandang rene.” Jadilah desa ini dinamakan desa Glantengan yang berasal dari kata "glandang rono glandang rene" tersebut.

Kedua kyai tersebut berdakwah di Glantengan hingga wafatnya. Mbah Kyai Khidir sendiri dimakamkan di belakang musholla Al-Khidir, dukuh Glantengan RT 03 RW II Glantengan Kota Kudus. haul beliau diperingati setiap tanggal 27 Muharrom.

Sedangkan Mbah Kyai Nganten dimakamkan di depan masjid Al-Falah, dukuh Ngantenan RT 02 RW II Glantengan Kota Kudus. K.H. Abdul Fatah dijuluki Ngantenan karena meninggalnya bersamaan dengan sang isteri. Haul Mbah Kyai Ngantenan diperingati setiap tanggal 23 Muharrom.

Tahun 1440 H ini, Haul dan Buka Luwur Makam kedua ulama cikal bakal desa Glantengan akan dilangsungkan dengan gelaran pengajian umum seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk Haul dan Buka Luwur Mbah Kyai Nganten telah terlaksana pada hari Selasa 2 Oktober 2018 di Makam Mbah Kyai Nganten dengan mauidhoh hasanah yang dibawakan oleh KH. Abdul Qoyyum Mansur (Gus Qoyyum).

Sementara itu, Haul dan Buka Luwur Makam Mbah Kyai Khidhir akan dilangsungkan pada hari Sabtu malam Ahad Kliwon, 6 Oktober 2018, mulai ba’da isya di Area Makam Mbah Kyai Khidir dengan mauidhoh hasanah yang akan dibawakan oleh Habib Hamid Sholeh Ba’agil.