ﻭﻋﻨﺪﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻣﺎﻧﻊ ﻣﻦ ﺭﺅﻳﺘﻪ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻟﻠﺠﻦ ﻋﻠﻰ ﺻﻮﺭﻫﻢ
ﺍﻟﺘﻲ ﺧﻠﻘﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎ ، ﻓﻘﺪ ﺭﺃﻯ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺑﺼﻮﺭﺗﻪ ﺍﻷﺻﻠﻴﺔ ﻣﺮﺗﻴﻦ . ﻭﻟﻴﺴﺖ ﺭﺅﻳﺘﻬﻢ ﺑﺄﺑﻌﺪ
ﻣﻦ ﺭﺅﻳﺘﻪ . ﻭﺭﺅﻳﺔ ﻛﻞ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻓﻲ ﺣﻴﺰ ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ
“ Menurutku, tidaklah ada halangan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat jin dengan bentuk asli penciptaannya, karena sungguh
nabi pernah melihat wujud Jibril alihis salam dengan wujud aslinya dua kali
terlabih lagi dengan wujud jin. Kemampuan melihat atas segala sesuatu yang
wujud itu masih batas memungkinkan “.
Di antara sandaran dalil mereka ini adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, bahwa ia pernah melihat jin
dalam bentuk yang aslinya.
ﺍﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺟﺮﻥ ﻣﻦ ﺗﻤﺮ ، ﻓﻜﺎﻥ ﻳﻨﻘﺺ ؛ ﻓﺤﺮﺳﻪ ﺫﺍﺕ ﻟﻴﻠﺔ ؛ ﻓﺈﺫﺍ ﻫﻮ
ﺑﺪﺍﺑﺔ ﺷﺒﻪ ﺍﻟﻐﻼﻡ ﺍﻟﻤﺤﺘﻠﻢ ، ﻓﺴﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ؛ ﻓﺮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ، ﻓﻘﺎﻝ : ﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺟﻨﻲ ﺃﻡ ﺇﻧﺴﻲ
؟ ﻗﺎﻝ : ﺟﻨﻲ .
ﻗﺎﻝ : ﻓﻨﺎﻭﻟﻨﻲ ﻳﺪﻙ ﻓﻨﺎﻭﻟﻪ ﻳﺪﻩ ﻓﺈﺫﺍ ﻳﺪﻩ ﻳﺪ ﻛﻠﺐ ﻭﺷﻌﺮﻩ ﺷﻌﺮ ﻛﻠﺐ .
ﻗﺎﻝ : ﻫﺬﺍ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺠﻦ ؟
ﻗﺎﻝ : ﻗﺪ ﻋﻠﻤﺖ ﺍﻟﺠﻦ ﺃﻥ ﻣﺎ ﻓﻴﻬﻢ ﺭﺟﻞ ﺃﺷﺪ ﻣﻨﻲ .
ﻗﺎﻝ : ﻓﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻚ ؟
ﻗﺎﻝ : ﺑﻠﻐﻨﺎ ﺃﻧﻚ ﺗﺤﺐ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺠﺌﻨﺎ ﻧﺼﻴﺐ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻣﻚ .
ﻗﺎﻝ : ﻓﻤﺎ ﻳﻨﺠﻴﻨﺎ ﻣﻨﻜﻢ ؟
ﻗﺎﻝ : ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : ( ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻲ
ﺍﻟﻘﻴﻮﻡ )[ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ 552 ] ؛ ﻣﻦ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﺣﻴﻦ ﻳﻤﺴﻲ ﺃﺟﻴﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﺼﺒﺢ ، ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﺣﻴﻦ
ﻳﺼﺒﺢ ﺃﺟﻴﺮ ﻣﻨﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﻤﺴﻲ .
ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺻﺒﺢ ﺃﺗﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺬﻛﺮ ﺫﻟﻚ ﻟﻪ .
ﻓﻘﺎﻝ ( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : " ﺻﺪﻕ ﺍﻟﺨﺒﻴﺚ "
“ Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa
ia mempunyai satu bejana berisi kurma, namun selalu berkurang. Pada suatu
malam, ia mencoba menjaganya. Tiba-tiba muncul seekor binatang sebesar anak
remaja. Maka, ia memberi salam kepadanya, lalu bintang tersebut menjawab
salamnya. Ubay bertanya, “Siapa kamu? Jin atau manusia?”.
“Bukan manusia, akan
tetapi jin”, jawabnya.
Ubay berkata, “Coba perlihatkan tanganmu kepadaku!”.
Maka ia memperlihatkan tangannya kepada Ubay, tangannya mirip dengan tangan
anjing dan berbulu mirip bulu anjing pula. Ubay berkata lagi, “Seperti inikah
bentuk ciptaan jin?”.
Ia menjawab, “Sesungguhnya para jin tahu bahwa di
tengah-tengah mereka ada yang lebih mengerikan daripada aku”.
Ubay bertanya,
“Kenapa kamu datang ke sini?”.
Jin menjawab, “Kami mendengar bahwa kamu orang
yang suka bersedekah, kami ke sini karena ingin mendapat bagian dari
makananmu”.
Ubay bertanya, “Apa yang dapat menjaga kami dari gangguan kalian?”.
Ia menjawab, “Ayat yang terdapat dalam surat al-Baqarah (Ayat Kursi). Barang
siapa yang membacanya di sore hari, maka ia terjaga dari kami sampai pagi hari.
Barang siapa yang membacanya di pagi hari, maka ia terjaga dari kami sampai
sore hari”.
Keesokan hari, Ubay Radhiyallahu anhu mendatangi Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan perihal tersebut kepadanya. Maka
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Si keji itu telah berkata
jujur". (HR. al-Hâkim dalam al-Mustadrak 1/749 (2064), dan ath-Thabrâni
dalam al-Mu'jam al-Kabîr 1/201 (541).)
Dalam hadits di atas memuat beberapa poin yang dapat kita
simpulkan :
1. Bahwa jin itu memiliki wujud nyata, bukan gambaran
tentang nilai-nilai negatif yang ada dalam diri manusia sebagaimana pandangan
orang-orang ahli filsafat dan orang yang mengikuti mereka dari kalangan
intelektual. Buktinya, dalam kisah di atas jin memiliki bentuk dan punya
kebutuhan biologis.
2. Bahwa jin itu memiliki kebutuhan biologis seperti
manusia, di antaranya kebutuhan untuk makan. Dasarnya, dalam kisah di atas jin
mengambil buah kurma milik Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu. Demikian pula hal
ini ditunjukkan kejadian yang dialami Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sewaktu
ditugasi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga harta zakat,
tiba-tiba ada jin yang mencuri dari harta zakat.
3. Bahwa jin itu memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda,
ada yang seperti ular, anjing dan binatang lainnya. Buktinya dalam kisah di
atas jin muncul dalam rupa yang mirip anjing. Dalam kisah lain, seorang Sahabat
yang ingin turut serta berperang bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , lalu ia pulang sejenak sebelum berangkat perang. Ia mendapati sang
istri berdiri di pintu dan memberi tahu kepadanya bahwa di kamar ada seekor
ular besar. Serta merta Sahabat tersebut langsung membunuhnya, akan tetapi ia
dan jin yang menjelma ular itu pun mati di tempat.
4. Bahwa manusia bisa berbicara dengan jin dan sebaliknya
jin dapat mengerti bahasa manusia. Dalam hadits di atas Ubay bercakap-cakap
dengan jin. Begitu pula dalam kisah Abu Hurairah Radhiyallahu anhu saat
menangkap jin yang mencuri harta zakat.
5. Agar terhindar dari gangguan jin salah satu caranya
adalah dengan membaca Ayat Kursi pada pagi dan sore hari.
Pengalaman penulis dalam hal ini : dari banyaknya kasus
orang-orang yang penulis jumpai baik itu pasien-pasien sendiri ataupun bukan
pasien adalah orang yang mampu melihat jin adalah dua karakter orang berikut
ini :
1. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat jin. Ketika jin-jin
dalam tubuhnya melihat jin lainnya di luar tubuhnya, maka seketika itu orang
itu kedua matanya ikut terlihatkan penampakan jin-jin itu.
2. Orang yang memang Allah anugerahi dengan tersingkapnya
dimensi jin tanpa campur tangan adanya jin dalam tubuhnya. Ciri-ciri kedua ini,
biasanya sudah ada dan ditengeri sejak bayi.
Ust. Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Posting Komentar