Manusia mampu melihat jin yang sudah berubah wujud dan tidak
mampu melihat wujud aslinya. Manusia tidak dapat melihat jin dalam bentuk yang
asli kecuali para nabi, karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﻻَ ﻳَﻔْﺘِﻨَﻨَّﻜُﻢُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺧْﺮَﺝَ
ﺃَﺑَﻮَﻳْﻜُﻢ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻳَﻨﺰِﻉُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻟِﺒَﺎﺳَﻬُﻤَﺎ ﻟِﻴُﺮِﻳَﻬُﻤَﺎ ﺳَﻮْﺀَﺍﺗِﻬِﻤَﺎ
ﺇِﻧَّﻪُ ﻳَﺮَﺍﻛُﻢْ ﻫُﻮَ ﻭَﻗَﺒِﻴﻠُﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻻَ ﺗَﺮَﻭْﻧَﻬُﻢْ ﺇِﻧَّﺎ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ
ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻻَ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia
menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada
keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi
orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-A’raf:27)
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan :
ﻭﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ " ﻣﻨﺎﻗﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ " ﺑﺈﺳﻨﺎﺩﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ
ﺳﻤﻌﺖ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻳﻘﻮﻝ : ﻣﻦ ﺯﻋﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻯ ﺍﻟﺠﻦ ﺃﺑﻄﻠﻨﺎ ﺷﻬﺎﺩﺗﻪ ، ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻧﺒﻴﺎ ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻭﻫﺬﺍ
ﻣﺤﻤﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻳﺪﻋﻲ ﺭﺅﻳﺘﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺻﻮﺭﻫﻢ ﺍﻟﺘﻲ ﺧﻠﻘﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎ ، ﻭﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﺩﻋﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻯ ﺷﻴﺌﺎ
ﻣﻨﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﻄﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺻﻮﺭ ﺷﺘﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﻓﻼ ﻳﻘﺪﺡ ﻓﻴﻪ
“ al-Baihaqi meriwayatkan dalam Manaqib asy-Syafi’i dengan
sanda dari ar-Rabi’, “ Aku mendengar imam Syafi’i berkata, “ Barangsiapa yang
mengaku telah melihat jin, maka kami tolak kesaksiannya kecuali seorang nabi “.
Ini dimaksudkan bagi orang yang mengaku melihat jin dengan wujud aslinya.
Adapun orang yang mengaku melihat jin setelah berubah wujud lainnya seperti
binatang, maka tidak tertolak kesaksiannya “.
Asy-Syaukani juga mengatakan :
ﻭﻗﺪ ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺭﺅﻳﺔ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻏﻴﺮ
ﻣﻤﻜﻨﺔ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ، ﻭﻏﺎﻳﺔ ﻣﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﺍﻧﺎ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﻻ ﻧﺮﺍﻩ ، ﻭﻟﻴﺲ
ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻧﺎ ﻻ ﻧﺮﺍﻩ ﺃﺑﺪﺍ ، ﻓﺈﻥ ﺍﻧﺘﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ﻣﻨﺎ ﻟﻪ ﻓﻲ ﻭﻗﺖ ﺭﺅﻳﺘﻪ ﻟﻨﺎ ﻻ ﻳﺴﺘﻠﺰﻡ ﺍﻧﺘﻔﺎﺀﻫﺎ
ﻣﻄﻠﻘﺎ
“Sekelompok ulama berdalil dengan ayat ini bahwa melihat
syaitan itu tidak memungkinkan. Padahal ayat tersebut tidaklah menunjukkan
demikian. Setidaknya ayat tersebut berbicara bahwa syaitan mampu melihat kita
dari sekiranya kita tidak melihatnya, tapi bukan berarti kita tidak mampu melihatnya
selamanya, karena ketiadaan kita melihat syaitan di saat syaitan melihat kita,
tidaklah melazimkan ketiadaannya secara muthlak “
Ust. Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Posting Komentar