Foto: Ma'ruf |
Lautan santri dari Kudus maupun luar Kudus terlihat memenuhi
Alun-Alun Simpang Tujuh. Sejak sore hari menjelang maghrib, terpantau Alun-alun
Kudus sudah dipadati oleh warga masyarakat yang menunggu acara tersebut digelar
selepas isya. Mereka pun memenuhi MAsjid Agung Kudus untuk mendirikan sholat
maghrib dan isya berjamaah. Dari pantauan drone terlihat lapangan Alun-alun
Kudus tertutup penuh oleh banyaknya masyarakat yang memadati saat acara
tersebut telah dimulai. Untungnya, panitia acara telah menyediakan layar besar
bagi warga yang mengikuti perhelatan santri bersholawat di area lapangan
alun-alun sehingga tetap bisa melihat kea rah panggung utama dari dua layar
tersebut.
Foto: Rizky |
Sambutan yang dibawakan oleh BUpati Kudus, H.M. Tamzil juga
kembalimenginagtkan santri dan warga Kudus akan filosifi Gusjigang. Menurut
beliau, filosofi Gusjigang cocok untuk menghadapi permasalahan secara global
seperti halnya lunturnya budaya dan jati diri bangsa. Beliau mengajak
masyarakat agar menerapkan filosofi tersebut agar Kudus semakin menjadi lebih
baik.
Mauidhoh hasanah dalam acara tersebut disampaikan oleh Romo KH. Ulil Albab Arwani, KH. Ahmad Nadlif Abdul Mudjib, Romo KH. Arifin Fanani, serta wakil gubernur Jawa Tengah KH. Taj Yasin Maimun (Gus Taj Yasin). Dalam mauidhoh hasanahnya, beliau-beliau menyampaikan agar masyarakat tetap memperkokoh persatuan dan kesatuan bagi Indonesia.
Dalam acara yang dihadiri oleh ribuan santri tersebut juga terdapat
pembagian stiker edisi khusus Hari Santri Nasional 22 Oktober. Namun, tidak
semua hadirin bisa memperoleh stiker tersebut. Hanya hadirin yang beruntung
saja yang mendapat stiker-stiker berukuran kecil tersebut pada saat ada
pembagian oleh santri-santri yang bertugas membagikan secara acak. Pada akhir
acara juga dilakukan penggalangan donasi untuk korban bencana alam di Sulawesi
Tengah yang dapat mengumpulkan dua puluh juta rupiah lebih hasil donasi dari
semua peserta.
Posting Komentar