Orang yang selalu dalam dosa itu bagaikan hidup dalam lautan di malam yang
gelap gulita, dalam kegelapan itu ia berada di tengah samudera yang ditindih
oleh gelombang yang gelap, di atas gelombang itu ada gelombang yang gelap lagi,
dan diatasnya ditutup oleh awan yang gelap, kegelepan di atas kegelepan,
sampai-sampai untuk melihat tangannya sendiri ia tidak bisa melihatnya, karena
gelapnya keadaan hatinya.
Apa maksudnya?, maksudnya ia tidak bisa melihat keindahan dan cahaya
kenikmatan Allah dengan melihat tangannya, saat ia melihat tangannya
seakan-sekan begitu saja adanya, padahal darimana tangan itu?, milyaran sel
tulang, milyaran sel daging, milyaran sel darah, milyaran sel urat-urat,
milyaran sel yang membutuhkan energi, membutuhkan mineral, membutuhkan kehidupan,
ada pergantian dan ada kematian, kesemuanya ini siapa yang mengaturnya?!, siapa
yang mengasuhnya?!.
Jika tangan ini terangkat sekali gerakan hal itu tidak bisa kita bayar
walaupun dengan segala alam semesta beserta isinya, kita tidak bisa membeli
satu sel pun dalam tubuh ini kecuali dengan kehidupan yang dikehendaki Allah,
jika Allah tidak menghendaki maka berhentilah seluruh fungsi sel tubuh kita.
Kita lahir ke bumi bukan dengan kemauan kita, tidak ada manusia yang terlahir
ke bumi karena dia sendiri yang memintanya, bayi yang terlahir tidak tau
mengapa ia dilahirkan, hal ini menunjukkan bahwa kehidupan bukan dari keinginan
manusia, tetapi dari keinginan sang pencipta.
Orang yang terlahir tidak tau tentang kenikmatan mata, tetapi Allah telah
memberinya sebelum ia memintanya, apakah seseorang tidak diberi kenikmatan
berbicara sebelum ia memintanya, dan ia tidak tau betapa berharganya nikmat
berbicara dan betapa rindu dan cemburunya orang yang tidak bisa berbicara jika
melihat orang yang bisa berbicara. Betapa mahalnya orang yang bisa berdiri dan
berjalan satu atau dua meter daripada orang yang tidak bisa berjalan.
Saya dulu hampir 6 bulan di kursi roda, dokter mengatakan butuh waktu 8
tahun untuk bisa berdiri lagi karena over dosis di ruang ICU, salah satu rumah
sakit di Jakarta terlalu banyak memberi obat asma yang diinfuskan ke tubuh
sehingga membuat tulang tempurung di lutut menjadi melembek dan tidak keras
maka tidak bisa diobati, butuh waktu 8 tahun baru bisa berdiri, jadi hanya di
kursi roda, dan Alhamdulillah hanya sampai 6 bulan saja kemudian Allah izinkan
kembali hamba ini untuk berdiri. Namun di saat saya dalam keadaan seperti itu,
sungguh saya sangat cemburu melihat orang yang bisa berjalan. Ketika saya duduk
di tempat tidur dan merasa haus dan ingin minum, gelas yang berisi air minum
yang hanya 2 meter di depan saya, saya tidak bisa mengambilnya dan menunggu
orang lain yang mengambilkannya, jika tidak ada orang yang datang membantu saya
maka saya tidak bisa minum walaupun air minum itu tersedia, saat itu saya
cemburu terhadap orang yang bisa berjalan dengan mudahnya, betapa berharganya
nikmat berdiri itu.
Namun ketika kita terkena musibah janganlah terburu-buru mencela Allah,
karena barangkali musibah itu akan selalu membuat kita ingat akan kenikmatan
Allah subhanahu wata'ala. Dan juga kenikmatan-kenikmatan yang lainnya seperti
melihat, mendengar dan lainnya, bagaimana jika kita tidak bisa melihat?!, kita
tidak akan tau perbedaan warna dan bentuk, apalagi dia yang sudah pernah
melihat kemudian ia menjadi buta, bagaimana perasaannya, begitu cemburunya ia
kepada yang bisa melihat, dimana dia terkadang terbentur disana sini, ditipu
orang, ditertawakan orang dan lainnya, namun ingatlah bahwa setiap kesedihan
itu diganjar oleh Sang Maha Baik dengan pahala dan keluhuran.
Allah subhanahu wata'ala mengabarkan kepada sayyidina Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam bahwa Allah menurunkan malaikat untuk orang-orang yang buta
seraya berfirman: "lihatlah hamba-Ku yang telah Kuambil kedua
matanya, apakah ia bersabar?", maka malaikat itu menjawab: "hamba
itu bersabar wahai Allah", maka Allah berfirman: "bangunkan
surga untuknya".
Maka terbaslah ia dari segala hisab, lepaslah ia dari segala dosa. Allah
memerintahkan kepada malaikat untuk membangunkan surga baginya, mengapa?,
karena ia bersabar dalam musibah yang ia hadapi. Demikianlah keadaan
orang-orang di dunia yang cemburu dengan orang yang sukses, orang-orang yang
diberi keluasan harta oleh Allah dan lainnya, tetapi kelak di hari kiamat mereka
yang sukses di dunia akan cemburu dengan orang-orang yang keadaannya susah
semasa di dunia.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar