Tangga-tangga kesucian dari Allah terbuka untukku dan kalian, maka jawablah
tawaran terindah dari Yang Maha Indah, Yang memanggil hamba-hamba yang
diciptaNya untuk mencapai sesuatu yang indah di dunia dan akhirah, di dunia
dengan keindahan yang fana dan di akhirah dengan keindahan yang kekal, dan
semua yang menyambung dirinya dengan Sang Maha Indah akan diperindah
hari-harinya, maka mohonlah kepada Yang Maha Indah semoga aku dan kalian
diperindah dalam setiap siang dan malam kita, dunia dan akhirah kita, setiap
nafas kita, setiap lintasan pemikiran kita, setiap waktu dan keadaan kita.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ( آل عمران :185 )
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" ( Ali Imran:
185)
Semua yang hidup pasti akan merasakan kematian, dan kematian bagi para
pendosa adalah akhir dari kebahagiaan dan awal dari kehinaan. Namun kematian
bagi hamba yang rindu pada Sang Maha Indah adalah berakhirnya segala cobaan dan
bermulanya keindahan yang kekal. Tiadalah kehidupan dunia itu kecuali panggung
sandiwara, yang kaya belum tentu bahagia dan yang miskin belum tentu dalam
keadaan susah bahkan bisa jadi dalam hari-harinya selalu bahagia, bisa saja
orang yang kelihatannya mulia dan kaya barangkali dia dalam kesusahan dan
sangat mendambakan kemerdekaan seperti orang-orang yang miskin.
Orang-orang
yang semakin tinggi jabatannya hakikatnya ia semakin terpenjara dan semakin
terjajah oleh jabatannya. Sedangkan orang yang berada di pinggiran jalan, bebas
kapan saja dia mau makan ia bisa makan, tetapi orang yang sudah bekerja sebagai
pegawai untuk makan ada waktu yang ditentukan, semakin tinggi jabatannya maka
semakin sulit gerakannya, semakin penuh alam pemikirannya maka semakin sulit ia
merasakan keindahan dan semakin terganggu istirahatnya, sedangkan orang yang
susah kapan pun mau tidur ia bisa tidur dan terserah kapan ia mau bangun,
tetapi tidak demikian dengan orang yang semakin tinggi jabatannya di dunia.
Maka kaya dan miskin bukanlah menjadi tolak ukur, kaya ataupun miskin,
jabatan rendah ataupun tinggi kesemuanya itu selalu terjadi sepanjang bumi
diciptakan, dari generasi ke generasi mereka hidup ada yang dalam kesusahan dan
ada yang dalam kebahagiaan, ada yang dalam kehinaan dan ada yang dalam
kemuliaan, ada yang dalam derajat tinggi dan ada yang dalam derajat rendah, ada
yang dalam musibah dan ada yang dalam kenikmatan, kesemunya itu telah terjadi
dan akan terus terjadi, aku dan kalian sedang melewatinya kemudian akan
melupakannya dan terlepas darinya, dan berpindah ke generasi berikutnya.
Demikian yang terjadi mulai dari ayahanda kita sayyidina Adam As, dan yang
kekal dan abadi adalah bakti kepada Allah, cinta Allah, rindu Allah, getaran
jiwa yang bersambung dengan cahaya keluhuran yang kekal, Yang Maha Melihat
setiap getaran perasaan hamba-Nya, Yang Maha Melihat setiap apa yang difikirkan
oleh hamba-Nya, Yang Maha Melihat apa yang akan terjadi pada hamba-Nya, Yang
Maha menghargai keinginan hamba yang ingin dekat kepada-Nya, Yang Maha
menyambut hamba yang ingin kembali dari kehinaan kepada keluhuran atau menambah
dari keluhuran menjadi lebih luhur lagi, Dialah Yang Maha Baik melebihi segala
yang baik karena semua kebaikan adalah milik-Nya dan ciptaan-Nya, Dialah Yang
Maha berjasa dari semua yang berjasa, Yang memberi kita jasad, Yang memberi
kita kehidupan, Yang menghamparkan bumi untuk kita, yang menciptakan hewan,
tumbuhan, bulan, matahari dan segala sesuatu yang ada di daratan dan di lautan
tidak lain hanyalah untuk mendekat kita kepada-Nya, untuk mencapai cinta-Nya,
untuk mencapai kasih sayang-Nya, setiap detikmu adalah lamaran cinta Allah agar
engkau menerima cinta Rabbul 'alamin.
Siapa yang tidak kita inginkan cintanya ini?, siapa yang selalu kita tolak
lamrannya ini?, setiap detik kita selalu ingin berpaling dari ibadah, ingin
berpaling dari cinta Allah, ingin selalu mentalaq Allah!. Namun Allah subhanahu
wata'ala Maha Baik dan tidak memutus hamba-Nya meskipun hambnya berkali-kali
mengecewakan-Nya, namun perasaan yang paling lembut dari semua yang mempunyai
perasaan lembut, Sang pencipta perasaan, Allah mempunyai perasaan Yang Maha
Lembut. Allah mempunyai siksa yang pedih namun kelembutan-Nya melebihi
kemurkaan-Nya.
Oleh sebab itu, selalu lah beristighfar atas nafas-nafas kita yang terlewat
dalam dosa, karena orang yang selalu hidup dalam dosa bagaikan orang yang
tenggelam dalam samudera kegelapan dan ditimpa gelombang kegelapan, sebagaimana
firman Allah subhanahu wata'ala:
أَوْ
كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ
فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ
يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
( النور :40 )
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi
oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita
yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir dia
tiada dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk)
oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun" (QS. An Nur: 40)
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar