Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Mengingat Mati Untuk Mempertebal Iman (3)

Mengingat Mati Untuk Mempertebal Iman (3)

Ketiga : Melihat orang-orang mati

Melihat orang-orang mati menyadarkan kita akan kematian. Sekarang si ini dan si itu, lalu siapa tahu besok adalah giliran kita? Orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain.

Imam al-Qurthubi di at-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah (1/61-63) menyebutkan beberapa peristiwa kematian yang mengandung banyak pelajaran. Ada seorang calo di ambang ajal, dikatakan kepadanya, “Ucapkanlah la ilaha illallah.” Dia menjawab, “3 ½ , 4 ½ ,” dan dia pun mati dengan ucapannya itu. Ada seorang pemabok, ketika ajal menjemput dikatakan kepadanya, “Hai fulan ucapkanlah la ilaha illallah.” Dia menjawab, “Ayo minum. Beri aku minum.” Dan dia mati dalam kondisi itu. Begitulah orang-orang dengan ambisi dan keinginan dunia semata, itulah yang mereka ingat, sampai-sampai pada saat ajal menjemput, mereka masih disibukkan dengan urusan dunia mereka.

Sudah terlalu sering kita mendenar berita, bahkan hampir se-tiap hari, tentang kematian yang tiba-tiba; pesawat terbang jatuh, kapal laut terhempas ombak, gempa tiba-tiba mengguncang bumi dan meruntuhkan bangunan, lalu longsor dan sebagainya, yang semuanya dengan begitu mudah mengambil hidup orang-orang yang mungkin tak pernah mengiranya akan terjadi. “Adakah mereka mengetahui dan menyadari bahwa hidup mereka akan berakhir dengan cara tersebut?” Itulah kematian. Ada-kah kita mengambil pelajaran? Semoga.

Keempat : Memahami hakikat kehidupan dunia dan hakikat kehidupan Akhirat

Dengan pemahaman yang benar terhadap dunia, seseorang bisa mengambil sikap yang benar pula terhadapnya, dia tidak akan tertipu dan terlena olehnya, sebaliknya dia juga tidak mencampak-kannya mentah-mentah seolah-olah ia adalah musuh besar yang tidak ada kebaikannya sama sekali.

Untuk memahami hakikat dunia kita perlu melihatnya melalui Firman Allah dan sabda Rasulullah yang shahih; padanya terdapat keterangan yang lebih dari cukup. Dari ayat-ayat dan hadits-hadits tentang dunia, maka khatib bisa simpulkan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, ibarat bayangan sebuah pohon, kebahagiaan dan kesengsaraannya tidak abadi, remeh tidak berarti apa pun di hadapan Allah, ia indah dan menarik.

Oleh karena itu banyak orang tertipu olehnya, akan tetapi apa pun keadaannya yang penting bagi seorang Muslim kehidupan dunia adalah kehidupan beramal, maka dia pun mengambil darinya sekedar untuk bisa menopangnya ber-amal demi alam Akhirat dan tidak terbersit di dalam benaknya untuk hidup lama. Inilah petunjuk Rasulullah kepada Abdullah bin Umar. Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma, ia berkata :

أَخَذَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبِيْ فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.

“Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menepuk pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang lewat.’ Ibnu Umar berkata, ‘Apabila kamu mendapatkan waktu sore, maka jangan menunggu pagi. Apabila kamu mendapatkan waktu pagi, maka jangan menung-gu sore, manfaatkan sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu’.” (HR. al-Bukhari, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1998).

Sebaliknya kekeliruan pandang terhadap dunia membuatnya lengah dan lalai dari kematian, dia menumpuk dan berlomba dalam perkara dunia, dia memiliki harapan panjang tetapi ternyata garis ajal lebih pendek daripada harapannya. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (At-Takatsur: 1-2).

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata :

خَطَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم خُطُوْطًا، فَقَالَ: هذا الْأَمَلُ وَ هذا أَجَلُهُ، فَبَيْنَمَا هُوَ كذلك إِذْ جَاءَهُ الْخَطُّ الْأَقْرَبُ.

“Nabi membuat beberapa garis, beliau bersabda, ‘Ini adalah harapan (hidup) dan ini adalah ajalnya. Ketika dia dalam kondisi tersebut tiba-tiba garis pendek mendatanginya”. (HR. al-Bukhari, no. 6418). Yang dimaksud dengan garis pendek adalah ajal.

Setelah kita mengetahui bagaimana kehidupan dunia dan bagaimana menyikapinya lalu bagaimana kehidupan akhirat? Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

وَإِنَّ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ

“Dan sesungguhnya Akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan.” (Al-Ankabut: 64).

Simaklah perbandingan akhirat dengan dunia seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah di mana beliau bersabda :

وَالله، مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هذه -وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَابَةِ- فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ.

“Demi Allah, dunia dibandingkan dengan akhirat tidak lain seperti salah seorang darimu mencelupkan jarinya ini dan Yahya memberi isyarat dengan telunjuknya ke laut. Lihatlah air yang menempel di jarinya.” (HR. Muslim dari al-Mustaurid bin Syaddad, Mukhtashar Shahih Muslim no. 2082).

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

اللهم إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَةِ.

“Ya Allah, sesungguhnya kehidupan adalah kehidupan akhirat.” (HR. al-Bukhari dari Anas, Mukhtashar Shahih al-Bukhari no. 1167).



Dikutip dari buku : kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Wandy Hazar Z
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger