Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Menggapai Puncak Keimanan (1)

Menggapai Puncak Keimanan (1)

Iman adalah anugerah Allah yang paling mahal bagi seorang mukmin. Tidak semua manusia dapat kesempatan memperolehnya. Sebab itu, iman harus dipelihara dan dijaga sebaik mungkin. Bila ia rusak, apalagi hilang tercerabut dari dalam diri seseorang, maka nilai kehidupannya akan menjadi nol di mata Allah. Kendati di dunia bisa saja ia merasakan berbagai kenikmatan dan kesenangan hidup serta meraih kedudukan yang tinggi, namun di akhirat ia akan mendapat murka dan siksa. Allah menjelaskan:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang kafir (tidak beriman dan mentauhidkan Allah), dari kalangan Ahlul KItab (Yahudi dan Nasrani) dan kalangan kaum musyrikin, mereka adalah di neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya, sedangkan mereka adalah makhluk yang terburuk (QS. Al-Bayyinah/ 98 : 6)

Di zaman sekarang, banyak orang yang tidak menyadari harga atau nilai keimanan. Disadari atau tidak, orang mudah merusak dan bahkan membuang imannya dari dalam diri hanya karena berharap sedikit kenikmatan dunia. Akhirnya ia menggadaikan iman dengan kufur, petunjuk dengan hidayah dan meperdagangkan akhirat dengan dunia. Pola hidup manusia seperti itu disebut Allah sebagai orang yang menukar yang mahal dengan yang murah atau yang banyak dengan yang sedikit dan ampunan (syurga) dengan azab (neraka). Allah menjelaskannya :

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ (175)

Mereka itu adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan hidayah dan azab dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka! (QS. Al-baqarah : 175).

Nikmat iman yang telah Allah anugerahkan kepada kita harus kita syukuri. Caranya ialah dengan menjaganya baik-baik dalam diri kita. Kendati kondisi iman itu bisa naik dan bisa turun, namun kita harus berupaya maksimal agar iman itu tetap kokoh dan kuat dalam lubuk hati kita.

Agar iman itu tetap kokoh dalam diri, kita harus memahami betapa besarnya nilai iman itu. Orang-orang yang sudah menyadari nilai iman, pasti ia akan menjaganya dengan baik dan maksimal, sampai ia merasakan lezat dan manisnya. Kalau sudah dirasakan lezat dan manisnya iman, maka saat itulah seorang Mukmin sampai ke puncak keimanannya. Setelah itu, ia akan merasakan betapa besarnya peran iman dalm kehidupan, baik saat mendapat kebaikan dan kemudahan hidup maupun saat menghadapi berbagai kesulitan hidup.

Orang yang sudah sampai ke puncak keimanan, warna kehidupan yang beragam ini ia rasakan sama saja. Karena jiwanya stabil, baik dalam mendapatkan berbagai nikmat maupun saat menghadai berbagai cobaan dan kesulitan. Saat ia mendapat kebaikan, ia dengan mudah bisa bersyukur. Begitu pula saat menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan hidup ia mampu melewati dan menjalaninya dengan penuh kesabaran.

Orang yang sudah mencapai puncak keimanan kepada Allah tidak akan pernah merasakan beratnya perintah Allah, sebesar dan seberat apapun perintah itu. Orang yang sampai ke puncak keimanan tidak akan pernah ragu sedikitpun meninggalkan larangan Allah, sekecil apapun larangan itu. Orang yang sampai ke puncak keimanan kepada Allah tidak akan pernah ragu sedikitpun pada janji Allah, baik janji di dunia maupun janji akhirat-Nya. 

Orang yang sampai ke puncak keimanan kepada Allah tidak akan pernah menggeser orientasi hidupnya kepada selain Alllah walau hanya seinci. Shalat, ibadah, hidup dan matinya ia persembahkan hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain, kendati ia diberi kesempatan memperoleh dunia dan seisinya. Seluruh perkatan, perbuatan dan aktivitas hidupnya hanya dengan niat untuk Allah, berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya; sedikitpun tidak ada rasa berat dan kesal di dalam dirinya dan ia pasrah dan menyerah total terhadap semua keputusan dan pilihan Allah dan Rasulnya.

Itulah sikap hidup orang yang sudah sampai kepada puncak keimanannya kepada Allah seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an :

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Rabb (Tuhan pencipta)-mu, mereka belum beriman sampai mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim yang memutuskan semua perkara yang muncul di antara mereka. Kemudian mereka tidak memdapatkan keberatan sedikitpun dalam diri mereka atas keputusan tersebut dan mereka menyerahkannya secara total. (QS. Annisa’ : 65)



Ustadz Fathuddin Ja'far, MA
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger