Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Memantapkan Aqidah, Belajar dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq (1)

Memantapkan Aqidah, Belajar dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq (1)

Sejarah mencatat,  bahwa beberapa tahun setelah Muhammad SAW dilantik sebagai Nabi dan Rasul Allah, sampai dengan diterimanya perintah sholat sa’at beliau (Isra’ dan) Mi’raj ke hadapan Allah SWT, tidak ada perintah tentang kewajiban amaliah lahiriah yang beliau terima dari Allah SWT untuk disampaikan kepada orang-orang yang beriman. Selama masa itu inti dari dakwah yang diserukan Muhammad SAW adalah; “Laa ilaha illallaah”; yakni menyeru dan mengajak orang untuk beriman dan hanya menyembah kepada Allah; satu-satunya Tuhan dan Pemilik alam semesta ini.

Dan dalam masa-masa yang cukup panjang ini, Muhammad SAW benar-benar diuji Allah; sebab yang hanya ada beberapa gelintir manusia yang benar-benar beriman dan meyakini apa yang beliau sampaikan. Selebihnya beranggapan, bahwa Muhammad SAW adalah orang yang sakit; gila; meracau tak tentu arah. Masa orang disuruh percaya kepada sesuatu yang tak nampak; yang tak pernah dilihat dan yang didengar suaranya. Tentang hal ini Al-Quran menjelaskan:

“Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al-Quran kepadanya, Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. Mengapa kamu tidak mendatangkan Malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?" (QS. Al-Hijr: 6-7)

Dan keadaan ini benar-benar memuncak tatkala menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj yang beliau alami; bahkan ada orang-orang yang tadinya sudah beriman kembali menjadi murtad, lantaran beranggapan bahwa Muhammad SAW selama ini memang gila dan makin menjadi-jadi gilanya dengan cerita yang tak masuk akal itu; Yakni cerita tentang perjalanan malam hari yang dilakoni Muhammad SAW dari Makkah ke Baitul Maqdis, lalu naik ke langit yang tinggi untuk berjumpa dengan Tuhan-nya dan kembali lagi ke Makkah sebelum waktu subuh, yang hanya terjadi dalam bilangan beberapa jam saja.

Walau demikian, banyak sahabat yang tetap konsisten dengan keyakinan yang mereka miliki sejak menjadi umat Muhammad SAW; Bahkan Tauhid yang mereka miliki semakin kuat dan mantap dengan perilaku yang mereka tampakkan dalam kehidupan mereka dimasa-masa  berikutnya. Dan salah satunya adalah Abdullah bin Abu Quhafah yang lebih popular dengan nama Abu Bakar r.a.

Tatkala disampaikan kepadanya bahwa Muhammad SAW sudah menjadi gila dan tengah sibuk di masjid menceritakan perihal  Isra’ dan Mi’rajnya kepada orang ramai; Abu Bakar berujar: “Kalian dusta, Muhammad tidak gila. Dan kalau itupun yang dikatakannya, maka tentulah ia mengatakan yang sebenarnya. Sebab ketika dia mengatakan kepadaku, bahwa nyaris setiap saat ia menerima berita dari Tuhan; dari langit ke bumi; baik siang maupun malam; aku sudah mempercayainya. Maka tentulah hal semacam itu (Isra’ Mi’raj) tak lagi perlu aku herankan.”  

Lalu Abu Bakar bersegera menjumpai sahabatnya; Muhammad SAW; yang saat itu tengah memberikan gambaran tentang keadaan Baitul Maqdis. Dan lantaran Abu Bakar sudah pernah berkunjung dan melihat sendiri Baitul Maqdis, iapun berkata kepada Muhammad SAW: “Rasulullah, saya percaya pada apa yang engkau ceritakan dan yang telah engkau alami.” Dan sejak itulah Rasulullah SAW menyebut dan memanggil Abu Bakar dengan julukan “Ash-Shiddiq” sehingga sampai pada masa kita sekarang ini.

Bukan itu saja, sejak awalpun Abu Bakar sudah yakin seyakin-yakinnya pada agama Tauhid yang didakwahkan Muhammad SAW kepadanya. Abu Bakar menerima ajakan sahabatnya, Muhammad SAW, untuk masuk Islam dan mengikrarkan Laa ilaha ilallah wa Muhammadur-rosullah tanpa ragu dan adanya pertimbangan apapun; walau hanya sedikit. Dan hal ini secara tegas dijelaskan oleh Rasulullah SAW dengan sabda beliau:

“Tak seorangpun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu; kecuali Abu Bakar bin Abu Quhafah. Ia sedikitpun tidak menunggu-nunggu dan ragu ketika kusampaikan (Islam) kepadanya.”
 (HR. Ahmad; At-Tirmidzi r.a)

Sementara kita saat ini yang sudah mengaku Islam dan beriman, adakalanya masih ragu menerima sesuatu kenyataan yang sudah pasti ada dan terjadinya, yang menjadi bagian dari Qudrat dan Irodat-nya Allah SWT.



KH. Bachtiar Ahmad
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger