Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Berpikir dengan Menggunakan Akal (2)

Berpikir dengan Menggunakan Akal (2)

Akal ini pun sebenarnya berkembang hingga suatu saat mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, semua nabi yang diangkat, telah memiliki akal yang sempurna, kecuali beberapa nabi. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Al Qashash ayat 14: Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan.

Ayat tersebut merupakan contoh sempurnanya akal pada nabi Musa. Oleh karena itu, ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa anak kecil yang banyak bergerak, sebenarnya merupakan pertanda berkembangnya akal. Bahkan, banyak para ulama yang membiarkan anak-anaknya bergerak dan nakal, karena bila pergerakan fisiknya berkurang, menandakan bahwa akalnya telah berkembang maksimum. Dalam hal ini, akal berhenti berkembang, kecuali dilatih sendiri.

Bila dilihat dari sisi ilmiah, ketika kita beranjak dewasa dan berpikir setiap hari, menyebabkan jutaan sel otak rusak. Hal ini menyebabkan manusia sulit untuk menghafal lantaran akalnya sudah tidak berkembang lagi.

Ciri-ciri orang yang berakal, di antaranya adalah, apabila orang yang berakal dekat dengan seseorang, maka orang yang berakal akan mengerahkan segenap pertolongannya sebagai rasa cinta kepada sesamanya. Apabila sedang dimusuhi, orang berakal itu bisa menghindari kedzaliman orang yang sedang memusuhinya.

Berkat akal sehatnya, maka sahabat-sahabatnya akan berbahagia dan musuh-musuhnya akan terhindar dengan keadilannya. Andai saja kita tidak memiliki akal sehat, ketika kita disakiti kemudian kita berkuasa, yang akan kita lakukan adalah membalas dendam. Tetapi dengan akal sehat, musuhnya akan terlindungi lantaran dia tidak akan membalas dendam karena diliputi rasa keadilan.

Rasa keadilan inilah, yang menyebabkan musuhnya terlindungi dari kedzaliman bersangkutan. Jika dia berbuat baik, tidak akan menuntut rasa terima kasih. Jika orang lain berbuat jelek, akan mencari alasan untuk diri sendiri agar tidak membalas.

Hal ini dicontohkan oleh anak nabi Adam bernama Khabil yang tidak akan menggerakan tangannya walaupun Khobil hendak membunuhnya. Selain itu, nabi Isa juga menyatakan bahwa apabila engkau dipukul bagian kiri, berikanlah bagian kanan. Contoh inilah yang merupakan cerminan akal yang luhur.

Kita jangan berprasangka bahwa akal itu adalah kepandaian kita untuk mengatur kehidupan dunia. Sebabnya, penghuni neraka akan menyesali keadaan mereka lantaran tidak mendapat petunjuk tentang kebaikan agama, padahal mereka pandai mengelola dunia. Hal ini tercantum dalam surat Al Mulk ayat 10: Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Oleh karena itu, sebagian ulama seperti Habib Ali bin Hassan Al Atthos, menyampaikan bahwa orang yang berakal adalah orang yang bisa mengikat dirinya dengan syariat yang kokoh dari segala hal yang diharamkan oleh Allah. Oleh sebab itu, dalam konteks ini, maka manusia yang paling hebat akalnya adalah Rasulullah.



Ust.  Edwan Kardena
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger