Dalil-dalil tentang tawassul dengan Nabi (baik saat beliau
masih hidup atau sudah wafat), orang shalih, waliyullah dan lain-lain adalah hadits riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim dan al-Bukhari serta Ahmad bin
Hanbal dari ‘Utsman bin Hunaif, mengatakan:
“Pada suatu waktu ada laki-laki
buta datang kepada Rasulullah dan meminta supaya Rasulullah mendoakannya agar
mendapatkan sehat wal afiyat, Rasulallah menjawab: ‘Jika kamu menginginkannya,
aku dapat berdoa untukmu atau kamu bersabar dan itu lebih baik bagimu!’
Laki-laki itu menjawab: ‘Berdoalah untukku!’ Kemudian Rasulullah memerintahkan
laki-laki tersebut berwudhu dengan baik dan berdoa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ
إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ
إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي
فِي حَاجَتِي هَذِهِ
لِتُقْضَى لِيَ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ
فِيَّ
“Wahai Tuhanku, aku meminta kepada Engkau dan aku menghadap kepada Engkau lewat
Nabi Engkau Muhammad, Nabi rahmat. Wahai Nabi Muhammad, sesunguhnya aku
menghadap kepada Rabb-ku lewat Engkau dalam memenuhi kebutuhanku ini sepaya
Engkau dapat memenuhinya untukku. Wahai Tuhanku berilah syafaat kepadaku.”
Hadits ini adalah hadits shahih hasan sebagaimana disampaikan oleh at-Tirmidzi
dan dishahihkan oleh al-Baihaqi. Hadits yang hampir senada dengan hadits di
atas juga diriwayatkan oleh ath-Thabarani dalam al-Mu‘jam al-Kabir dan
al-Mu‘jam ash-Shaghir.
Dalam hadits riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih
disebutkan bahwasannya orang-orang pernah mengalami kepayahan karena ketiadaan
air di zaman Khalifah ‘Umar bin Khaththab. Kemudian Bilal bin Harits mendatangi
makam Rasulallah dan berkata: “Memintalah engkau hujan untuk umatmu, karena
mereka sedang kepayahan!” Kemudian Rasulallah datang dalam mimpi Bilal dan
memberi kabar bahwa mereka akan diberi hujan.
Hadits riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya dari Anas bahwa ketika para shahabat
kepayahan karena ketiadaan air, Umar bin Khaththab ber-istisqa’ lewat ‘Abbas
bin Abdil Muththalib, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ
إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ
بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya kami bertawassul kepada Engkau lewat dengan Nabi
kami dan Engkau memberu hujan kami. Dan kami bertawassul kepada Engkau lewat
dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan!”
Hadits riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak, Umar bin Khaththab mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda: “Ketika Nabi Adam melakukan kesalahan, dia bermunajat:
“Wahai Rabb-ku, aku memohon kepada-Mu dengan lewat haq-Muhammad ketika Engkau
mengampuni kesalahanku.”
Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, bagaimana engkau
tahu tentang Muhammad sementara Aku belum menciptakannya?”
Adam menjawab:
“Wahai Rabb-ku, karena ketika Engkau menciptakanku dengan tangan-Mu
(kekuasaan-Mu) dan meniupkan ruh di jasadku dari ruh-Mu, aku mengangkat
kepalaku dan aku melihat di tiang-tiang ‘Arsy tertulis La ilaha illallah,
Muhammad Rasulallah, dan aku tahu Engkau tidak akan menyandarkan nama-Mu
kecuali kepada makhluk yang paling Engkau kasihi.”
Allah kembali berfirman:
“Benar wahai engkau Adam, karena sesungguhnya Muhammad adalah makhluk yang
paling Aku cintai; dan jika engkau memohon kepada-Ku lewat dengan haq-nya Aku
akan mengampunimu. Andai bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu. ”
Al-Alusi dalam kitab tafsirnya Ruh al-Ma'ani saat menguraikan ayat 35 dari
surat al-Maidah tentang perintah mencari wasilah, menjelaskan di perbolehkannya
bertawassul dengan kedudukan Rasulullah.
Ulama yang shaleh dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang membolehkan
Tawassul (Sebagian diambil dari kitab Syawahid al-Haq karya Syaikh Yusuf
an-Nabhani yang khusus menerangkan tentang tawassul atau istighatsah ) :
1. Al Imam Sufyan bin Uyainah (guru dari Al Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin
Hanbal).
2. Al Imam Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi).
3. Al Imam Muhammad bin al Hasan al Syaibani (murid Al Imam Abu Hanifah).
4. Al Imam Alauddin Abu Bakar bin Mas’ud al Kasani (ulama terkemuka madzhab
Hanafi).
5. Al Imam Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki).
6. Al Imam Asy Syafi’i (pendiri Mazhab Syafi’i).
7. Al Imam Ahmad bin Hanbal (pendiri Mazhab Hanbali).
8. Al Imam Abu Ali al Khallal (ulama terkemuka madzhab Hanbali).
9. Al Hafizh Ibn Hajar Al Asqalani.
10. Al Hafizh al Khatib al Baghdadi (penulis kitab Tarikh Baghdad)
11. Al Hafizh Ibnu Khuzaimah.
12. Al Hafizh Abu al Qasim ath Thabarani
13. Al Hafizh Abu Syaikh al Ashbihani.
14. Al Hafizh Abu Bakar bin al Muqri’ al Ashbihani.
15. Al Hafizh Ibn al Jauzi.
16. Al Hafizh adz Dzahabi.
17. Syaikh Yusuf bin Ismail al Nabhani.
18. Al Hafizh Abu Ishaq Ibrahim bin Ishaq al Harbi (ulama terkemuka madzhab
Hanbali).
19. Al Hafizh Abu Ali al Husain bin Ali bin Yazid al Naisaburi (guru utama al
Imam al Hakim).
20. Al Hafizh Abdul Ghani al Maqdisi (ulama terkemuka madzhab Hanbali).
21. Al Imam Abu al Khair al Aqtha al Tinati (murid al Imam Abu Abdillah bin al
Jalla).
22. Al Hafizh Ibnu Asakir.
23. Al Hafizh Al Sakhawi.
24. Al Sya’rani.
25. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy
rahimahullah (Al Imam al Nawawi).
26. Al Hafizh Ibn Al Jazari.
27. Al Imam Muhammad bin Ali al Syaukani.
28. Al Hafizh al Baihaqi
29. Zainuddin Ali bin al-Husain (cucu Rasulallah)
30. Asy-Syihab Mahmud
31. Asy-Syihab Ahmad ad-Dimasyqi
32. Al-Juzuli dalam Dala’il al-Khairat
33. Muhammad al-Makki dalam shalawat Fathur Rasul
34. Muhammad asy-Syanwani, Syaikh Universitas Al-Azhar Cairo Mesir yang juga
pengarang syarah Mukhtashar Abi Jamrah
35. Muhammad Wafa asy-Syadzili
Mbah Jenggot PISS KTB
Posting Komentar