Sebentar lagi Ramadhan yang penuh berkah akan berlalu, dan sebagai orang yang
ber-iman ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri; Mungkinkah kita akan
bertemu kembali dengan Ramadhan tahun yang akan datang? Sebab bagaimanapun
juga Ramadhan telah memberi kita banyak kesempatan dan pelajaran untuk lebih
dekat dan mendekat kepada Tuhan; Allah SWT, jika dibandingkan dengan
hari-hari di bulan yang lain.
Suka tidak suka kita harus jujur pada diri sendiri, bahwa selama ini di
dalam bulan Ramadhan kita selalu berusaha untuk bangun malam; ber-istighfar
memohon ampunan Allah. Padahal di luar Ramadhan, hal yang
demikian itu sangatlah sulit untuk kita lakukan. Kita lebih suka memilih tidur
dan mendengkur dalam mimpi kehidupan yang kita bingkai sendiri.
Sementara itu di siang hari Ramadhan dalam keadaan haus dan lapar, kita
juga berupaya untuk terus mengingat Allah dengan berbagai aktifitas ibadah yang
kita lakukan. Sedangkan di bulan lain kita selalu lupa kepada-Nya
dalam keadaan perut yang kenyang dan berusaha untuk meraih mimpi dengan
berbagai macam aktifitas dan kesenangan.
Ramadhan juga telah mengajarkan kepada kita untuk lebih cepat
membebas-kan diri dari kesibukan kerja dan usaha yang kita lakukan. Sebab
banyak di antara kita yang ingin cepat-cepat pulang ke rumah, agar bisa berkumpul
bersama keluarga sambil menunggu waktu berbuka puasa. Setelah itu kitapun
bergegas ke masjid atau musholla untuk bergabung dengan saudara-saudara
kita yang lain, melakukan sholat berjama’ah; Baik yang wajib maupun tarawih dan
witirnya. Padahal di luar Ramadhan kita tak pernah
melakukan hal yang demikian. Kita cenderung menghabiskan waktu sehari suntuk,
bahkan sampai larut malam untuk terus bekerja dan berusaha. Waktu yang tersedia
untuk keluarga sangatlah sedikit. Apalagi untuk berjama’ah ke masjid, nyaris
tak sempat kita lakukan.
Sebentar lagi Ramadhan akan pergi meninggalkan kita, dan kita tak tahu apakah
bisa bertemu lagi atau tidak lantaran rahasia umur adalah milik Allah semata. Jadi
alangkah naifnya kita, jika usai Ramadhan tahun ini kita kembali
melakukan hal yang sama dengan tahun lalu setelah ditinggalkan Ramadhan. Maka
yang terbaik untuk kita lakukan adalah, jika kita terus berupaya
semaksimal mungkin meningkatkan atau paling tidak mempertahankan amalan-amalan
atau ibadah yang telah kita lakukan selama Ramadhan tahun ini, sambil
bulan yang penuh berkah tersebut di tahun yang akan datang. Dan andaipun kita
sempat bertemu lantaran harus kembali kepada Allah sebelum tibanya
Ramadhan tahun yang akan datang, maka tentulah kita tidak akan mengalami rugi
besar, sebab kita masih punya modal yang telah berhasil kita raih dan kumpulkan
di tahun ini.
Sebentar lagi Ramadhan tahun ini akan berlalu dari kehidupan kita dan akan menjadi
saksi untuk kita; Apakah saksi yang memberatkan atau yang meringankan. Semuanya
tergantung dari apa yang telah kita lakukan untuk-Nya, sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya puasa dan Al-Quran
akan memintakan syafaat bagi seorang hamba di Hari Kiamat nanti. Puasa berkata:
“Wahai Tuhanku, aku telah mence-gahnya dari makan dan syahwat, maka berilah ia
syafaat karenanya.” Al-Quran juga berkata: “Wahai Tuhanku, aku mencegahnya dari
tidur di malam hari, maka berilah dia syafaat.” Rasulullah SAW berkata: “Lalu
keduanya memintakan syafaat.” ( Hadis riwayat Thabrani; Imam Ahmad dan al-Hakim
r.a)
Namun demikian, tidak seharusnya kita hanya bergantung kepada Ramadhan,
sebab Ramadhan hanyalah salah satu dari sekian banyak kasih sayang Allah
ke-pada hamba-Nya. Sementara di bulan yang lain masih banyak kasih dan sayang
Allah yang tersedia untuk kita raih dan nikmati. Oleh sebab itu
hendaklah kita berupaya semaksimal mungkin dengan apa saja kebajikan dan
amaliah yang bisa kita perbuat, agar kasih sayang Allah terus menerus mengalir
dan tumpah kepada kita.
Sebentar lagi Ramadhan akan berlalu dan mati sebelum Allah kembali
menghidupkannya pada tahun yang akan datang. Akan tetapi sebaliknya Allah tak
pernah berlalu dan takkan pernah mati untuk kita. Oleh sebab itu
jika kita menggantungkan amal ibadah kita semata-mata hanya lantaran Ramadhan,
maka itu adalah tindakan keliru yang bisa membuat kita menjadi “syirik”.
Sebab segala sesuatu-nya hanya bergantung kepada Allah sebagaimana yang
dinyatakan-Nya:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah,
yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diper-anakkan, Dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.” (Q.S.Al-Ikhlas: 1-4)
Karenanya marilah kita menjadi seorang yang Rabbaniyyah
dengan pemahaman: “Hidup senantiasa untuk Allah; berbuat hanya karena
Allah dan meminta hanya kepada Allah.” Bukan menjadi seorang Ramadhaniyyah
yang bermakna: “Orang yang senantiasa hidup hatinya dan berbuat
kebajikan hanya di bulan Ramadhan.”
Biarlah Ramadhan tahun ini berlalu dan kita ucapkan selamat jalan untuk bulan
yang penuh berkah Allah tersebut. Akan tetapi jangan
ucapkan selamat jalan pada amal kebajikan yang terus menerus dapat kita
lakukan. Biarlah ia akan berhenti dengan sendirinya ketika Allah telah menutup
kesempatan dan menutup waktu kita untuk berbuat amal kebajikan dengan kematian
yang datang menjemput, apabila sudah tiba masanya untuk itu.
KH. Bahtiar Ahmad
Posting Komentar