Banyak sesuatu yang dianggap baru tetapi sebetulnya lama.
Harus selalu bertajadud dalam bercermin yang benar, baik dan abadi.
Kalau
mengakui dirinya dalam barisan umat Islam, maka mengamalkan sumber ajaran,
sistem Islam, hukum Islam adalah hak bahkan kewajiban asasi muslim termasuk
menghargai agama lain.
Sebagai umat terpilih, identitas menuntut siap perang total
melawan penjajahan pemikiran dan fisik, dan pemberantasan unsur-unsur yang
menjadi budak atau kaki tangannya. Mengapa kita masih rela dan lega na’budu maa
ya’buduu pecundang-pecundang Islam?
Na`kulu kama ta`kulu an an’aam.
Firman
Allah: “Dan orang-orang yang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang-binatang.” (QS 47:12).
Tiga puluh tahun lebih, berhati, berpikiran, bersikap dan
berbuat sama dengan musuh-musuh Islam. Dipaksa dan berbuat sama dengan
musuh-musuh Islam. Dipaksa dan banyak yang akhirnya terpaksa husnudzon kepada
orde sekuler dan otomatis su`udzon kepada Allah Swt.
Firman Allah, “Dan supaya
Dia mengazab orang-orang munafik dan perempuan dan orang-orang musyrik
laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprsangka buruk terhadap Allah.” (QS
48:6).
Kita harus bertobat, bukan malah membandel, menantang Allah
seperti Walid bin Mughirah. Dalam Al Qur`an dikatakan: “Sekali-kali tidak (akan
Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Qur`an).” (QS
74:16).
Menantang ayat “walan tardho….” selama Al Qur`an ini dibaca
sampai kiamat, isi ayat itu menjadi pekerjaan rumah kita. Kesombongan mengandalkan
usaha tanpa doa atau mengandalkan doa tanpa usaha. Menyerah pada takdir atau
menyalahkan takdir, menggantungkan diri pada pihak lain atau menyalahkan diri
pada pihak lain atau menyalahkan orang lain. Lempar melempar kesalahan dan
merebut-rebut “monopoli kebenaran.” Meneguk air keruh, menyantap makanan
berpenyakit, pergi ke dokter goblok minta sehat.
Mana bisa?
Sumber daya alam
dunia Islam dibuat pesta pora kelicikan ilmiah profesor iblis, dokter iblis,
jenderal-jenderal iblis profesional. Lucunya ada yang rela dan ada yang
terpaksa. Dunia Islam sami’naa wa atho’naa, taat dan patuh kepada “Hadratus
Syaikh Ifrit profesional.”
KH Hasan Abdullah Sahal
Posting Komentar