قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
(صحيح
البخاري)
Sabda Rasulullah
saw: “Ketahuilah bahwa pada jasad terdapat segumpal daging, jika ia baik maka
baiklah seluruh jasadnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya,
ketahuilah itu adalah hati” (Shahih Bukhari).
Diriwayatkan di dalam Shahih Al
Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, " Jika
seseorang dalam shalatnya mengucapkan " Assalamu 'alainaa wa 'alaa
'ibaadillahi as shaalihin ( salam sejahtera bagi kita sekalian dan hamba-hamba
Allah yang shalih )", maka Allah subhanahu wata'ala akan menyampaikannya
kepada seluruh hamba yang shalih di langit dan di bumi".
Hal ini
menunjukkan bahwa hamba yang shalih bukan hanya di alam barzakh atau alam dunia
yang hidup, namun juga berada di langit diantara mereka adalah para malaikat,
para shiddiqin ( orang-orang yang benar) dan para muqarrabin ( yang mendekat
kepada Allah).
Dan juga terbukti dari riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika
salah seorang syuhada' Badr, ketika ia wafat maka ibunya menangisinya kemudian
datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berkata :
“wahai Rasulullah, jika seandainya anakku masuk ke dalam surga maka aku akan
tenang, namun jika kematiannya sia-sia dan belum jelas kemana ruhnya maka
sungguh aku tidak akan pernah merasa tenang hingga aku wafat”, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :
إِنَّ
ابْنَكِ فِي فِرْدَوْسِ اْلأَعْلَى
“ Sungguh
putramu berada di surga Firdaus yang tertinggi ”
Kecintaaan para sahabat kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi kecintaan mereka kepada semua
makhluk yang dicintainya, dan cinta kepada Allah tiada akan pernah tercapai
kecuali dengan cinta kepada kekasih Allah, sayyidina Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau riwayat Shahih Al Bukhari:
لَايُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“Belum
sempurna iman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya dari
ayah ibunya, anaknya, dan seluruh manusia”
Dalam riwayat lain Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَايُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَمَالِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“ Belum
sempurna iman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya dari
dirinya sendiri, keluarganya, dan seluruh manusia ”
Hal itu merupakan
derajat yang sulit untuk kita capai namun kita telah memasuki pintunya dengan
hadirnya kita di majelis ini, karena tidak ada satu pun yang hadir di majelis
ini yang membenci sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak
ada satu pun yang tidak ingin melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, tidak seorang pun yang tidak rindu untuk melihat wajah yang
paling indah, wajah yang paling ramah dan paling baik yang tidak ingin
mengecewakan perasaan orang lain, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan manusia selain beliau pastilah mempunyai banyak kesalahan, siapa
pun dia selama dia bukan nabi atau rasul maka dia tidaklah ma'sum, dan pasti
memiliki kesalahan.
Maka yang menjadi dalil bahwa di langit ada para shalihin
adalah perkataan Rasulullah kepada seorang ibu yang anaknya wafat dalam perang
Badr, beliau mengatakan bahwa putranya berada di surga Firdaus yang tertinggi,
semoga Allah jadikan aku dan kalian berada di antara mereka, dimana ketika
wafat hanya melewati alam barzakh sebentar kemudian lansung ke Firdaus Al
A’laa, amin allahumma amin. Ketika surga Firdaus terbuka maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kedalamnya bersama orang-orang yang didizinkan
Allah, dan semoga kita yang menyambutnya, amin allahumma amin.
Cita-cita yang luhur akan mendapatkan pahala yang luhur pula, sedangkan
cita-cita yang hina akan membuat kehidupan masa depan kita menjadi hina, karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda agar berhati-hati terhadap
lintasan pemikiran, karena bisa saja Allah memberi apa-apa yang sedang
terlintas di dalam pemikiranmu, ketika pemikiranmu baik maka bisa saja Allah
memberikan kebaikan itu kepadamu tanpa engkau memintanya.
Jika tiba-tiba
lintasan pemikiranmu menghina si fulan maka dalam sekejap bisa saja dalam waktu
selanjutnya engkau akan melewati nasib yang serupa dengan si fulan.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar