Allah subhanahu wata’ala berfirman :
لَا
أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ،
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ ، بَلَى قَادِرِينَ عَلَى
أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ ، بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ ،
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ ، وَخَسَفَ
الْقَمَرُ ، وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ، يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ
أَيْنَ الْمَفَرُّ ، كَلَّا لَا وَزَرَ ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ
، يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ ، بَلِ الْإِنْسَانُ
عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ ، وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ
( القيامة : 1- 15 )
“ Aku
bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali
(dirinya sendiri), Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya?, bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa
menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna, bahkan manusia itu hendak
membuat maksiat terus menerus, Ia berkata: "Bilakah hari kiamat
itu?", Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan
telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu
manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?", sekali-kali tidak! Tidak
ada tempat berlindung!, hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat
kembali, pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya
dan apa yang dilalaikannya, Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya
sendiri , meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya" . ( QS. Al
Qiyamah : 1-15 )
Manusia berani berbuat dosa dan
maksiat di hadapan Allah, padahal tiada satu makhluk pun kecuali kesemuanya
berada dalam penglihatan dan pemantaun Allah subhanahu wata'ala. Jika engkau
menghayati dan mengulang-ulang ayat ini dimana engkau setiap detik dan waktu
selalu dalam penglihatan-Nya.
Tanpa malu mereka yang banyak melakukan dosa di
hadapan Allah bertanya tentang hari kiamat kapan terjadi. Ingatlah ketika semua
mata terbelalak karena takut akan ledakan yang muncul dari dalam bumi, lahar
dan air lautan berpadu dan semua planet di angkasa raya satu persatu
berbenturan dengan planet yang lainnya, bulan tiada lagi bercahaya dan ketika
itu digabungkan menjadi satu dengan matahari, maka disaat itulah manusia
bertanya dimanakah tempat berlindung, sungguh ketika itu tidak ada lagi tempat berlindung.
Namun semua akan kembali kepada Allah dan mempertanggungjawabkan kehidupannya
di dunia, dan ketika itu akan diberitahukan kepada manusia apa yang telah dia
perbuat semasa di dunia dan apa yang akan dia terima sebagai balasannya. Semoga
syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama kita.
Ya Allah, bagaimana keadaan kami
kelak di saat Engkau tanyakan tentang satu kenikmatan melihat yang tidak akan
terbayar meskipun dengan ribuan tahun ibadah, disaat itu diberitahukan semua
dosa-dosa kami, dan ketika itu pula diberitahukan amal ibadah kami yang mungkin
di dalamnya terdapat riya’, sombong, atau makanan syubhat dan lainnya. Al Imam
Ghazali berkata bahwa ada orang-orang yang mendapatkan dosa riya’ padahal dia
dalam keadaan sendiri, tidak ada orang yang melihatnya namun ia terkena dosa
riya’, mengapa?
Misalnya seseorang shalat sendiri namun dalam hatinya ia
berkata jika ada orang yang melihat aku beribadah pastilah dia akan memujiku,
maka terkenalah dia dosa riya’. Maka disaat itu (di hari kiamat) manusia akan
menerima apa yang akan didapatkan setelah pertimbangan itu. Ya Allah berilah
kami syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sampailah kita pada hadits luhur, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
أَلاَ
إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
“Ketahuilah
bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, bila ia baik niscaya
seluruh jasad akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak
pula, ketahuilah segumpal daging itu ialah hati “
Kalimat “qalb” dalam
bahasa Indonesia artinya adalah yang berdetak yaitu jantung yang memompa darah
ke seluruh tubuh, namun hadits ini mempunyai makna yang dalam, makna yang
pertama adalah makna yang zhahir yaitu jika segumpal darah itu baik maka
baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal darah itu buruk maka buruklah
seluruh tubuhnya, maksudnya jika jantung itu memompa darah kurang baik maka
akan berantakan seluruh tubuhnya.
Namun secara bathin berarti bahwa jika
segumpal darah itu baik yaitu penuh dengan sifat-sifat yang luhur maka ucapan,
penglihatan, pendengaran, dan perbuatannya pun akan luhur, dan segala-galanya
penuh dengan rahmat Allah, dan jika dia dipenuh dengan rahmat maka dia akan
menjadi matahari rahmat Ilahi, sebagai pewaris dari para penyebar rahmat Ilahi,
pewaris dari segala sumber rahmat Ilahi, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, yang Allah sebut sebagai “Sirajan Muniira” yaitu pelita
yang terang benderang, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga
Allah menjaga matahari-matahari hidayah, pewaris nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang datang dari Allah subhanahu wata’ala.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar