Ketiga, berbaik sangka dan berpikir
positif dapat menyelamatkan hati dan
hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian. Hati yang tenteram
adalah hati yang tidak memendam
syakwasangka dan apriori terhadap orang lain. Dan hati yang berseri-seri hanyalah hati yang
selalu berpikir positif bagi dirinya maupun
orang lain.
Kebencian, berburuk sangka dan berpikir
negatif hanya akan meracuni hati
kita. Sebab itulah, ketika Orang-orang Yahudi mengumpat Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang sedang duduk
santai bersama Aisyah Radhiyallahu `Anha,
dan Aisyah terpancing dengan balas
menyumpahi mereka; Rasulullah segera mengingatkan Aisyah, "Kamu tidak perlu begitu, karena sesungguhnya
Allah menyukai kesantunan dan kelemah-lembutan dalam
segala hal." (Riwayat Al- Bukhari
dan Muslim, dari Aisyah Ra.).
Subhanallah!! Beliau yang seorang utusan Allah dan pemimpin masyarakat muslim, yang
sebenarnya bisa dengan mudah membalas perlakuan
Orang-orang Yahudi itu, ternyata
memilih untuk tetap santun dan berpikir positif –agar menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.
Senada dengan hadits di atas, ada ungkapan
yang sangat menggugah dari
seorang sufi: "Yang paling penting adalah bagaimana kita selalu baik kepada semua orang. Kalau kemudian
ada orang yang tidak baik kepada
kita, itu bukan urusan kita, tapi urusan orang itu dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Keempat, berpikir positif bisa membuat
hidup kita lebih legowo, karena
toh Allah Subhanahu wa Ta'ala seringkali menyiapkan rencana- rencana yang mengejutkan bagi
hambaNya.
Suatu saat, Umar bin Khaththab
Radhiyallahu `Anhu dirundung kegalauan yang menyesakkan. Salah seorang puteri beliau, Hafshah
Radhiyallahu `Anha, baru saja menjanda.
Maka Umar datang menemui Abu Bakar Radhiyallahu `Anhu menawarinya agar mau menikahi Hafshah. Ternyata Abu Bakar
menolak. Kemudian Umar menawari Utsman bin
Affan Radhiyallahu `Anhu untuk menikahi Hafshah, namun Utsman pun menolaknya. (Shahih Al-Bukhari, 4/1471. Versi penjelasnya juga dapat
dibaca dalam Tafsir Al- Qurthubi,
13/271).
Dalam kegalauan itu, Umar mengadu
kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam
tentang sikap kedua Sahabat tersebut. Maka
Rasulullah menuntun Umar agar selalu berpikir positif sehingga bisa menjalani hidup dengan legowo.
Rasulullah bahkan berdoa, "Semoga Allah akan
menentukan pasangan bagi Hafshah, yang jauh
lebih dari Utsman; serta menentukan pasangan bagi Utsman, yang jauh lebih baik dari Hafshah."
Ternyata, tak lama setelah itu, Rasulllah
menikahkan Utsman dengan puteri
beliau sendiri. Dan setelah itu, beliau pun menikahi Hafshah. Allahumma Innî qad ballaghtu,
fasyhad…!
Ust. Abdullah Hakam Syah
Posting Komentar