1. Liyusaa’idallis aanul qalbu (“ Agar lidah menolong hati”)
2. Agar menjauhkan dari was-was
3. Keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya
Ayat – ayat Al-qur’an Dasar Talaffudz binniyah (melafadzkan niat) adalah sebagai berikut:
1. Tidaklah seseorang itu mengucapkan suatu perkataan melainkan disisinya ada
malaikat pencatat amal kebaikan dan amal kejelekan (Al-qaf : 18).
Dengan demikian melafadzkan niat dengan lisan akan dicatat oleh malaikat sebagai
amal kebaikan.
2. Kepada Allah jualah naiknya kalimat yang baik (Al-fathir : 10).
Masudnya segala perkataan hamba Allah yang baik akan diterima oleh Allah (Allah akan menerima dan meridhoi amalan tersebut) termasuk ucapan lafadz niat melakukan amal shalih (niat shalat, haji, wudhu, puasa dsb).
Hadits dasar - dasar Talaffudz binniyah (melafadzkan niat) adalah sebagai berikut:
1. Diriwayatkan dari Abu bakar Al-Muzani dari Anas Ra. Beliau berkata :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلّّمَ
يَقُوْلُ لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّاً
“Aku pernah mendengar rasulullah Saw. Melakukan talbiyah haji dan umrah bersama-sama sambil mengucapkan : “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melaksanakan haji dan umrah”(Hadith riwayat Muslim – Syarah Muslim Juz VIII, hal 216)).
Hadits ini menunjukan bahwa Rasulullah Saw. Mengucapkan niat atau talafudz binniyah diwaktu beliau melakukan haji dan umrah.
Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam Tuhfah, bahawa Usolli ini diqiyaskan kepada haji. Qiyas adalah salah satu sumber hukum agama.
2. Hadits Riwayat Bukhari dari Umar ra. Bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda ketika tengah berada di wadi aqiq :
”Shalatlah engkau di lembah yang
penuh berkah ini dan ucapkanlah “sengaja aku umrah didalam haji”. (Hadith Sahih
riwayat Imam-Bukhari, Sahih Bukhari I hal. 189 – Fathul Bari Juz IV hal 135)
Semua ini jelas menunjukan lafadz niat. Dan Hukum sebagaimana dia tetap dengan nash juga bias tetap dengan qiyas.
3. Diriwayatkan dari aisyah ummul mukminin Rha. Beliau berkata :
“Pada suatu hari Rasulullah Saw. Berkata kepadaku : “Wahai aisyah, apakah ada sesuatu yang dapat dimakan? Aisyah Rha. Menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada pada kami sesuatu pun”. Mendengar itu rasulullah Saw. Bersabda : “Kalau begitu hari ini aku puasa”. (HR. Muslim).
Hadits ini mununjukan bahwa Rasulullah Saw. Mengucapkan niat atau talafudz bin niyyah di ketika Beliau hendak berpuasa sunnat.
4. Diriwayatkan dari Jabir, beliau berkata :
“Aku pernah shalat idul adha bersama Rasulullah Saw., maka ketika beliau hendak pulang dibawakanlah beliau seekor kambing lalu beliau menyembelihnya sambil berkata: “Dengan nama Allah, Allah maha besar, Ya Allah, inilah kurban dariku dan dari orang-orang yang tidak sempat berkurban diantara ummatku” (HR Ahmad, Abu dawud dan turmudzi).
Hadits ini menunjukan bahwa Rasulullah mengucapkan niat dengan lisan atau talafudz binniyah diketika beliau menyembelih qurban.
Di dalam sholat, melafalkan niat (Usholli) sebelum takbir dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Melafazdkan Niat dengan lisan (Sebelum Takbir/ sebelum shalat) adalah sunnah (tidak wajib) menurut madzab syafi'i, hambali dan hanafi.
b. Menurut pengikut mazhab Imam Malik (Malikiyah) bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbiratul ihram tidak disyari’atkan kecuali bagi orang yang terkena penyakit was-was (peragu terhadap niatnya sendiri).
c. Niat (dalam hati bersamaan dengan takiratul ula) adalah wajib.
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/433265010029646/ oleh Ust. Radhin Al Maujudy
Posting Komentar