Mungkin karena begitu mulianya10 hari
pertama bulan Dzulhijjah tersebut, maka Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya,
dalam firman-Nya (yang artinya): “Dan demi malam-malam yang sepuluh” (QS. Al-Fajr 89: 2), yang menurut
Imam Ibnu Katsir dan jumhur mufassir lain rahimahumullah, maksud tafsirnya yang
benar adalah 10 malam pertama bulan Dzulhijjah.
Dan ada satu dalil kuat lagi yang bisa menjadi
faktor penegas luar biasanya keistimewaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini.
Yakni bahwa, para ulama sampai berselisih pendapat tentang mana yang lebih
mulia, utama dan istimewa antara 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan 10 malam
terakhir bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat malam lailatul qadar. Dimana
sebagian ulama berpendapat bahwa, 10 hari dan malam pertama Dzulhijjah yang
lebih mulia, dan sebagian yang lain mentarjih bahwa, 10 malam dan hari terakhir
Ramadhanlah yang lebih istimewa. Dan pendapat yang lebih rajih, kuat dan tepat
insya-allah adalah yang memadukan antar dalil keduanya. Dimana untuk waktu
malamnya, 10 malam akhir Ramadhan adalah yang paling utama sepanjang tahun bila
dibandingkan dengan semua malam yang lain termasuk 10 malam pertama bulan
Dzulhijjah. Sementara itu untuk waktu siangnya, 10 hari pertama Dzulhijjah
adalah yang termulia dibanding seluruh hari yang lainnya termasuk hari-hari
bulan Ramadhan seluruhnya.
Oleh karena itu semua, seharusnya sikap
kita dalam mengistimewakan hari-hari termulia ini dengan amal-amal yang serba
istimewa, utamanya untuk waktu siangnya, minimal seperti dan setara dengan
sikap pengistimewaan kita terhadap bulan suci Ramadhan setiap tahun. Jika
demikian, lalu apa sikap yang harus kita tunjukkan dan amal serta ibadah apa
sajakah yang sebaiknya kita kerjakan dalam upaya mengistimewakan 10 hari
pertama bulan Dzulhijjah ini? Berikut ini disebutkan beberapa poin sekadar
sebagai pengingat, semoga bermanfaat:
1. Hal pertama yang harus dilakukan oleh
setiap muslim dalam konteks ini adalah, menumbuhkan, menjaga dan meningkatkan
keyakinan, kesadaran serta perasaan akan mulia, utama dan istimewanya 10 hari
pertama bulan Dzulhijjah ini.
2. Memiliki dan menyimpan kejujuran niat,
kesungguhan tekad dan ketinggian semangat untuk benar-benar mengistimewakan
hari-hari teristimewa ini dengan bermacam ragam amal dan ibadah yang serba
istimewa, demi mengharap derajat taqwa dan nilai pahala nan istimewa pula.
Serta bermujahadah sebisa mungkin untuk tidak melewatkan sedikitpun dari
waktu-waktunya secara sia-sia.
3. Menguatkan dan meningkatkan kepekaan
rasa kewaspadaan keimanan, dengan senantiasa berupaya keras untuk menghindarkan
diri dari berbagai bentuk kemaksiatan dan pelanggaran syar’i pada
hari-hari termulia tersebut, baik dalam bentuk meninggalkan kewajiban maupun
dengan melakukan yang dilarang dan diharamkan.
4. Karena amal yang diistimewakan pada 10
hari pertama bulan Dzulhijjah, berdasar hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
diatas, tidak dibatasi pada jenis amal tertentu, maka pada prinsipnya amal atau
ibadah apapun, sekali lagi amal saleh dan ibadah apapun, baik yang bersifat
ritual, sosial maupun lainnya, sesuai situasi, kondisi, kebutuhan dan
kesanggupan masing-masing kita, bisa saja dilakukan dan sekaligus berpotensi
untuk menjadi amal yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala, yang tentu saja berarti akan
bernilai pahala super istimewa tiada tara. Dan itu meliputi (sekadar contoh)
misalnya: shalat, zakat, infak, sedekah, dakwah, mencari nafkah, menuntut ilmu
atau mengajarkannya, juga membaca Al-Qur’an, mempelajarinya dan
mengajarkaannya, berdzikir, beristighfar dan berdoa, berbakti kepada orang tua,
menyambung tali silaturrahin dengan keluarga dan lainnya, membantu sesama,
berbagi hikmah dan kebajikan dimana serta kepada siapa saja, dan seterusnya dan
seterusnya.
Ust. H. Ahmad Mudzoffar Jufri
Posting Komentar