Para ulama Syafi’iyah menjelaskan tentang hal-hal disunnahkannya adzan selain untuk shalat maktubah. Dalam hal ini al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami berkata dalam Tuhfah al-Muhtaj:
ﻧَﻌَﻢْ ﻗَﺪْ ﻳُﺴَﻦُّ ﺍْﻷَﺫَﺍﻥُ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﻛَﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺁﺫَﺍﻥِ
ﺍﻟْﻤَﻮْﻟُﻮﺩِ، ﻭَﺍﻟْﻤَﻬْﻤُﻮﻡِ، ﻭَﺍﻟْﻤَﺼْﺮُﻭﻉِ، ﻭَﺍﻟْﻐَﻀْﺒَﺎﻥِ ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺎﺀَ ﺧُﻠُﻘُﻪُ
ﻣِﻦْ ﺇﻧْﺴَﺎﻥٍ، ﺃَﻭْ ﺑَﻬِﻴﻤَﺔٍ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻣُﺰْﺩَﺣَﻢِ ﺍﻟْﺠَﻴْﺶِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﺤَﺮِﻳﻖِ
ﻗِﻴﻞَ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺇﻧْﺰَﺍﻝِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻟِﻘَﺒْﺮِﻩِ ﻗِﻴَﺎﺳًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻭَّﻝِ ﺧُﺮُﻭﺟِﻪِ ﻟِﻠﺪُّﻧْﻴَﺎ
ﻟَﻜِﻦْ ﺭَﺩَﺩْﺗﻪ ﻓِﻲ ﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟْﻌُﺒَﺎﺏِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺗَﻐَﻮُّﻝِ ﺍﻟْﻐِﻴﻼَﻥِ ﺃَﻱْ ﺗَﻤَﺮُّﺩِ
ﺍﻟْﺠِﻦِّ ﻟِﺨَﺒَﺮٍ ﺻَﺤِﻴﺢٍ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻫُﻮَ، ﻭَ ﺍْﻹِﻗَﺎﻣَﺔُ ﺧَﻠْﻒَ ﺍﻟْﻤُﺴَﺎﻓِﺮِ
“Iya, terkadang adzan itu disunnahkan untuk selain shalat,
seperti adzan di telinga bayi yang dilahirkan, orang yang susah, penderita
penyakit ayan, orang yang emosi, orang yang buruk pekertinya, baik manusia
maupun hewan, ketika pertempuran pasukan, ketika kebakaran. Dikatakan pula,
disunnahkan adzan ketika menurunkan mayat ke dalam kubur, karena dianalogikan
pada awal keluarnya ke dunia, akan tetapi aku telah menolaknya dalam Syarh
al-‘Ubab. Dan disunnahkan adzan ketika jin-jin yang jahat mengganggu, karena
ada hadits shahih dalam hal ini. Dan disunnahkan pula adzan dan iqamah di
belakang orang yang akan bepergian (musafir).” (Ibnu Hajar, Tuhfah al-Muhtaj,
juz 1 hlm 461. Pernyataan senada juga disampaikan dalam beberapa kitab fiqih
Syafi’iyyah lainnya, sebagaimana dapat ditelaah).
Pernyataan di atas memberikan kesimpulan tentang kesunnahan
adzan dalam beberapa hal:
1) di telinga bayi yang baru lahir,
2) di telinga orang yang sedang ayan,
3) di telinga orang yang sedang emosi,
4) di telinga orang yang buruk pekertinya,
5) ketika peperangan berkecamuk,
6) ketika terjadi kebakaran,
7) ketika mayat dimasukkan ke dalam kubur meskipun dalilnya
sangat lemah,
8) ketika jin yang jahat mengganggu dan
9) ketika seseorang akan berangkat dalam bepergian.
Ust. Muhammad Idrus Ramli
Posting Komentar