Shalat lima waktu kian sempurna manakala diiringi
sunah rawatibnya, qabliyah maupun ba’diyah. Shalat sunah berfungsi sebagai
penambal kekurangan shalat fardu. Shalat-shalat sunah yang muakkad diantaranya
adalah shalat witir, shalat dua hari raya, shalat dua gerhana, istisqa’, dhuha,
dan shalat sunah antara maghrib dan isya’. Fadhilah-fadhilah shalat-shalat
tersebut sangatlah masyhur. Demikian pula shalat tasbih yang berkeutamaan luar
biasa dan shalat malam.
Nabi SAW berseru, “Laksanakanlah shalat malam,
sebab shalat malam adalah tradisi kaum shalihin, sarana pendekatan diri kepada
tuhan kalian, penebus dosa-dosa, penangkal maksiat dan pengusir penyakit dari
jasmani kita.”
Di salah satu hadis shahihnya, Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya diantara malam ada satu momen. Tidaklah seorang muslim berdoa
baik untuk urusan dunia maupun akhirat tepat pada momen tersebut kecuali Allah
SWT pasti akan mengabulkan permintaannya. Momen itu hadir di setiap malam.”
Meninggalkan shalat? Wal’iyadzu billahi min
zalik. Tidak dimungkiri, perbuatan itu adalah pelanggaran yang serius dalam
Islam. Hadis-hadis menghukumi pelakunya kufur dan lepas dari naungan Allah SWT
serta rasul-Nya.
Orang-orang yang meninggalkan shalat lima waktu,
keberkahan umur dan rejekinya akan disirnakan Allah SWT. Doa-doa orang shaleh
tidak berlaku untuknya, apalagi doanya sendiri. Amal perbuatan baiknya tidak
diganjar. Ia akan mati dalam keadaan haus, lapar dan terhina. Kuburnya
menyempit dan gelap gulita. Allah SWT takkan sudi memandangnya apalagi
membersihkannya. Dan yang paling menakutkan, sudah sediakan baginya azab yang
mahadahsyat.
Esensi shalat adalah hudhur, tafahum
(penghayatan), pengagungan, pengharapan dan ketulus-ikhlasan kepada Allah SWT.
Sebuah hadis melukiskan bahwa Allah SWT berkenan menyambut orang yang shalat
selama ia tidak menoleh. Hadis yang lain menyebutkan bahwa Allah SWT takkan
memandang shalat yang di dalamnya si pelaku tidak menghadirkan hatinya.
Hal senada dituturkan oleh Ibnu Abbas, “Dua
rakaat dengan durasi sedang disertai tafakur, lebih utama daripada berdiri
sepanjang malam sedangkan hati dalam keadaan lupa.”
Kalam Habib Ahmad bin
Zein al-Habsyi
Posting Komentar