Kehidupan di muka bumi yang semula tenang dan menyenangkan, bisa saja secara
tiba-tiba menjadi begitu kacau, menakutkan dan mengakibatkan trauma yang sangat
dalam serta penderitaan yang berkepanjangan. Semua itu karena kemurkaan Allah SWT
disebabkan manusia tidak pandai bersyukur bahkan menyombongkan diri,
seolah-olah semua kehebatan yang dicapai dalam hidup ini semata-mata karena
kehebatan mereka.
Untuk memberi pelajaran yang sangat berharga bahwa sebenarnya
Allah-lah yang amat berkuasa, Allah SWT membuat mereka menjadi manusia-manusia
yang tidak berdaya, sehebat apapun mereka dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sudah dicapainya selama ini. Pelajaran dari Allah SWT melalui berbagai
kejadian yang menakutkan semestinya membuat manusia harus melepaskan egoisme
atau kesombongan, baik kesombongan sebagai pribadi, keluarga, kelompok maupun
bangsa.
Allah SWT berfirman: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa
banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal
(generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu
keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan
sesudah mereka generasi yang lain (QS Al An’am [6]:6).
Sejarah menunjukkan kepada kita bagaimana kehidupan menjadi tidak
menyenangkan seperti pada masa Nabi Nuh dengan banjir besar hingga ke puncak
gunung dan menenggelamkan orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Fir’aun
yang hebat kekuasaannya juga harus tenggelam di tengah lautan karena
kesombongan dengan sebab kekuasaan yang dimiliki, begitu pula dengan Qarun yang
amblas diri dan hartanya ke dalam bumi karena kesombongan dengan sebab kekayaan
yang dimilikinya.
Karena itu hingga kini di berbagai belahan bumi ini, Allah SWT tunjukkan
sebagian kecil bahkan sangat kecil dari kekuasaan-Nya yang Maha Besar dan itu
sudah cukup untuk membuat manusia-manusia yang kuat menjadi tidak berdaya
sehingga seharusnya manusia mengambil pelajaran bahwa kesombongan memang harus
dibuang dari sikap hidup sebagai manusia yang terbukti amat lemah. Akhir tahun
2004 yang lalu, negeri kita, khususnya Aceh dilanda bencana yang menurut ukuran
kita sangat dahsyat, yakni gempa bumi dan gelombang tsunami yang menewaskan
lebih dari 200.000 nyawa. Dalam hitungan menit, air laut naik ke darat,
menerjang dan menyapu apa yang ada bahkan mencabut pohon-pohon yang besar,
mengikis jalan beraspal, menghancurkan rumah-rumah yang mewah bahkan
memindahkan kapal-kapal kecil dan besar dari laut ke daratan dengan jarak
berkilo-kilo meter. Peristiwa yang hanya berlangsung beberapa menit itu telah
mengakibatkan kesedihan, kekacauan dan penderitaan yang panjang.
Belum hilang bayangan dan ingatan kita pada dahsyatnya Tsunami di Aceh,
terjadi lagi bencana yang besar di Amerika Serikat, sebuah negeri yang selama
ini merasa sangat berkuasa di dunia dan seolah-olah memiliki peradaban yang
tinggi dan semua manusia harus tunduk pada mereka. Kali ini Allah SWT
menunjukkan sebagian kecil dari kekuasaan-Nya dengan cara lain dari apa yang
terjadi di Aceh, yakni angin kencang yang kemudian disebut dengan badai
Katrina. Amerika yang sudah berkali-kali dilanda badai dengan nama yang
berbeda-beda ternyata masih belum menyadarkan mereka. Badai Katrina ini diakui
sangat besar karena terlihat dari kehancuran kota New Orleans yang 70-80 persen
wilayahnya kemudian menjadi rawa-rawa besar dan korban jiwa yang diperkirakan
mencapai 10.000 orang. Dalam waktu yang cukup lama, kota ini tidak bisa dihuni
oleh penduduknya agar tidak terjadi dampak negatif yang lebih besar. Belum
hilang kesedihan dan kesengsaraan akibat badai Katrina, Allah SWT mengutus lagi
badai yang mereka beri nama dengan Rita. Badai seperti ini juga melanda banyak
negara lain seperti Cina, Taiwan, Vietnam, Filipina, dll. Prakiraan cuaca telah
memberitahukan akan terjadinya badai itu, namun negeri sekuat Amerika ternyata
tidak bisa mencegahnya.
Kekacauan
yang menyebabkan kesedihan yang mendalam terus berlangsung, gempa bumi dengan
goncangan yang kuat bisa terjadi dimana-mana, terakhir seperti yang terjadi di
Pakistan, Afganistan dan India yang menewaskan tidak kurang dari 40.000 orang
tewas dan ratusan ribu lainnya luka-luka. Di negeri kita, terjadi lagi bencana
yang mengacaukan kehidupan manusia seperti tanah longsor di Wasior Papua,
meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogya, dan sebagainya.
Dahsyatnya berbagai peristiwa yang menghilangkan kebahagiaan dan ketenangan
dalam kehidupan di muka bumi ini tidak hanya hari ini dan kemarin, tapi sejarah
mencatat bahwa hal itu telah terjadi berkali-kali pada masa-masa terdahulu.
Karena itu, Allah SWT berfirman: Apakah kamu merasa aman terhadap Allah
yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga
dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap
Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak
kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?. Dan
sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan
rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku (QS Al Mulk [67]:16-18).
Setelah kita ingat kembali betapa Maha Kuasa Allah SWT dan betapa lemah diri
kita, maka tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali harus tunduk kepada Allah SWT
dengan segala ketentuan-Nya. Inilah memang konsekuensi sebagai manusia yang
telah beriman kepada-Nya.
Ust. Ahmad Yani
Posting Komentar