Seorang penceramah zaman now, seringkali tidak memikirkan
apakah kebenaran yang disampaikan itu bisa memacing kegaduhan atau tidak,
menyebabkan keretakan sosial atau tidak. Bagi mereka kebenaran agama (tentunya yang
sesuai dengan pikiran mereka) harus disampaikan. Kalo perlu dengan caci maki
dan hujatan agar audience yakin atas kebenaran yang disampaikan. Semakin bisa
menghakimi org lain dan semakin bisa bikin kegaduhan, memancing kontroversi
maka akan semakin dianggap pemberani dan hebat.
Inilah yang menyebabkan seorang penceramah zaman now sering merasa tidak
perlu bersusah payah memahami konteks sosial masyarakat. Tidak perlu mengerti
perasaan dan kesulitan ummat yang mengharuskan mereka bergelut dengan realitas secara
intens.
Kebutaan atas realitas dan nihilnya rasa emphati membuat mereka
kehilangan kearifan sehingga mudah tergelincir masuk dalam dunia selibritis.
Hanyut dalam gegap gempita tepukan massa. Selain itu sikap seperti ini mudah
dimanfaatkan oleh kepentingan politik yang lbh mengedepankan syahwat kekuasaan
dan ambisi-ambisi yang bersifat profan dan sempit. Inilah yang membedakan sosok
kyai dengan penceramah dan selibritis zaman now.
Kyai mendidik dan menyampaikan ajaran agama dengan menyentuh
rasa batin melalui pendidikan dan pembudayaan serta laku hidup yang nyata.
Sedangkan penceramah menyampaikan ajaran agama dengan menyentuh dan membakar
emosi, mengabaikan rasa. Kyai mengajarkan kebenaran dengan pendekatan
kemaslahatan dalam perspektif baik buruk. Sedangkan penceramah sering
menggunakan perspektif benar salah dengan cara-cara agitatif, sehingga sering
memancing konflik dan kegaduhan.
Misalnya, ketika kyai Djalil mendoakan pelacur bukan berarti
beliau tidak mengerti hukumnya zina. Demikian juga ketika kyai chudori membela
kelompok gamelan sehingga lebih mendahulukan membeli gamelan daripada bangun
mesjid. Ini bukan berarti beliau menganggap membangun mesjid tidak penting. Sebagai seorang ulama beliau-beliau sangat
faham terhadap syariat dan hukum Islam. Tetapi sebagai kyai yang kuyup dengan
kenyataan hidup merka juga sangat memahami cara dan metode mendidik masyarakat
agar bisa menerapkan syariat secara tepat dan akurat dan menjalankannya secara
suka rela. Ini bisa terjadi karena sebagaimana dinyatakan Gus Mus: "kyai
itu yandzurunal ummah bi ainin rahmah" ( melihat umat dengan kacamata kasih
sayang). Dengan kaca mata ini kyai bisa menerima para pelacur dan para pendosa
lainnya secara terbuka. Dan mereka-mereka itu merasa nyaman dan tentram ketika
menghadap kyai.
Berbeda dengan kecenderungan penceramah zaman now yang hanya
melihat persoalan dari sisi benar salah, sesat dan tidak sesat sesuai pemahaman
mereka sendiri. Sehingga mudah marah-marah, menyesatkan dan menghakimi dengan
intimidasi moral sebagaimana yang terlihat di berbagai media akhir-akhir ini.
Bisa dikatakan penceramah yang seperti ini cenderung "yandzurunal ummah
bi 'ainin ghodzob" (memandang ummat dengan kacamata marah/benci).
Akibatnya ummat yang merasa berdosa bukannya jadi sadar tapi malah jadi takut
dan menjauh.
Karena hidupnya yang selalu berada di tengah-tengah ummat
maka tidak jarang kehidupan kyai luput dari perhatian dan liputan media. Tidak
seperti penceramah yang setiap saat diliput media sehingga popularitasnnya
bisa menyamai para selibritis. Bahkan lagi plesir diliput dan diunggah di
medsos, dilarang ceramah karena dianggap provokatif, teriak-teriak di medsos
hingga memancing kegaduhan, seolah Islam terancam. Padahal banyak kyai yang
hidupnya diancam dan diintimadasi mereka tetap berdakwah dengan ikhlas dan tenang, Tidak gaduh dan bikin fitnah kesana kemari.
Alangkah baiknya jika para kyai ini bisa tampil di media
agar kearifan mereka bisa menjadi teladan. Dan akan lbh baik jika penceramah
bisa menjalani laku hidup seperti kyai sehingga memiliki akhlak dan kearifan
seperti para kyai. Jika hal ini belum bisa terwujud maka diperlukan kepekaan
batin dan kejernihan hati agar tidak mudah terpukau oleh para penceramah yang sudah
jadi selibriti, hanya menyampaikan kebenaran tetapi mengabaikan kemaslahatan
karena penuh hujatan dan caci maki.
Semoga kita mampu membedakan mana kyai dan mana penceramah yang
sudah jadi selibriti.
Muhasabah Kebangsaan oleh Al-Zastrouw
Posting Komentar