Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Menyelami Kehendak (Al-Iradah) Manusia (Bag. 3)

Menyelami Kehendak (Al-Iradah) Manusia (Bag. 3)

Kalau sudah shiddiq, tahu persis bagaimana. Walaupun toh ini benar tapi akibatnya membuka aib saudara mukmin kita sendiri, cara menyampaikannya pun berbeda. Karena, walaupun benar adakalanya membuka aibnya orang.

Contoh ada bapak atau oknum lah umpanya. Kalau di rumah sendiri itu biasanya pakai sarung yang seenaknya saja sambil nonton tivi. Tidak tahu auratnya kelihatan. Diantara teman-temannya yang duduk sedang nonton tivi tahu kalau orang ini auratnya terbuka karena sarungnya terbuka. Kalau orang yang menyampaikan benar ini tidak tepat, akan membuka aibnya. “Hei mas, sarungmu terbuka, auratmu kelihatan.” Orang yang tidak mendengar akhirnya jadi melihat dan mendengar semuanya. Membenarkan, menyampaikan pendapat, tapi membuka aibnya orang.

Tapi kalau Rasulullah SAW, menyampaikan benar justeru menghormati orang yang dibenarkan (diluruskan). Itulah hebatnya menunjukkan rahmatan lil ‘alamin. Kalau orang yang mengikuti jejak sunnah Baginda Nabi SAW, adabnya begitu tahu langsung (bilang), “Mas mas, bangun sebentar, saya ada urusan (perlu)”. Begitu ia bangun, tertutup kan auratnya. Begitu tertutup auratnya, dia ajak keluar, “Ada apa yah?” dijawab, “Sorry, tadi kelihatan auratnya.” “Ya, ya, betul. Terimakasih, terimakasih,” ucapnya sangat berterimakasih.

Ada juga orang nahi munkar –umpamanya- ada seseorang yang merokok kretek, ada cengkehnya. Kebetulan dia pakai sarung. Begitu dihisap, Seppp”, (ada yang) jatuh ke sarungnya. Kira-kiranya kan cepat terbakarnya. Betul ndak? Coba kalau kita menyampaikannya, “Mohon maaf Pak, itu ada latu-nya.” Malah akan terbakar duluan, habis. Tapi begitu tahu ada api di sarungnya, langsung saja “Maaf!” sambil ditepuk. Padahal ditepuk, sakit, tapi (karena) sarungnya selamat yang ditepuk malah berterimakasih. Itu hebatnya rahmatan lil ‘alamin. Menirunya susah.

Tapi adakalanya mau menyampaikan yang benar, juga salah padahal benar. (Misal) Minum kopi, tak tahunya tempat kopinya (pisin) masih basah ada air kopinya. Begitu akan diangkat, (ditepuk) “Hei maaf maaf,” malah tumpah jadinya. Ada tempatnya yang harus keras dan ada tempatnya yang harus lunak. Orang-orang yang demikian setelah mewarnai dengan ash-shiddiq.

Yang keempat haya’, malu kepada Allah SWT Kami mendapat fadhal dari Allah SWT dijadikan semulia-mulianya umat. Umatnya siapa? Afdhalul makhluqat (paling mulianya makhluk Allah SWT), sayyidul anbiya’ wal mursalin. Mesti bertanya pada dirinya, “Ya Allah ya Rabb, apakah kami ini golongan orang kelak yang akan memalukan Baginda Nabi SAW di hadapanMu ya Allah? Jangan sampai aku menjadi umat yang akan memalukan Baginda Nabi SAW, memalukan guru-guruku, memalukan kedua orangtuaku,” dan lain sebagainya Itu al-haya’.

Sampai dengan perbuatan, muamalah yaumiah (perilaku keseharian), kalau haya’ kepada Rasulullah SAW, “Malu ah masa pakai baju tangan kiri dulu, malu dong pada Rasulullah.” Disamping juga tangan kanan itu sunnah. Itu diantaranya. Sampai mau berbicara yang kurang baik atau seronok, dia akan berpikir, “Malu ah, Rasulullah tidak berbicara yang demikian.”

Kalau haya’ (malu )nya sudah jadi, al-mahabbah (cinta)nya luar biasa. Kalau sudah mahabbah betul-betul kepada Allah SWT, ridha yang ada. Tapi ini kelas berat Pak, diberi sakit, “Biarin! Yang memberi sakit yang saya cintai koq.” (Tetap) Ikhtiar, karena menetapi perintah, bukan karena apa-apa. Diberi penyakit, karena diniati ibadah, diterimanya dengan senang. Karena apa? Karena yang memberi penyakit adalah yang paling dicintai. Berat sekali, kelihatannya sepele.

Kalau tidak cepat-cepat kita belajar dalam ilmunya hati, apa yang ada di dalam batin al-Quran, di dalam dunia tasawuf, kita tidak sulit untuk mempelajari yang demikian. Dan (demi) untuk bekal selanjutnya dan selanjutnya.



Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Pengajian Jum’at Kliwon 2016
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger