Sahabat, tak ada
salahnya hari ini kita mengukur kembali seberapa luas rasa penerimaan kita akan
kepastian-Nya. Mari luangkan waktu sejenak untuk berdialog dengan hati kecil
barangkali selama ini hati kita kurang begitu peka membacanya. Sembari
menanamkan dalam hati, bahwa semua yang terjadi tidak akan pernah bisa terjadi
kecuali atas kehendak-Nya.
Mungkin saat ini
ada sebagian diantara kita atau kita sendiri sedang mengalami ujian hidup yang
dirasa cukup berat, hingga sering kita merasa ‘sudah tidak ada jalan keluar
lagi untuk menyelesaikannya’ entah itu masalah rumah tangga, di lilit hutang
yang sudah menggunung, di dholimi dan lain sebagainya.
Sekali lagi mari
kita kembali ingatkan hati, jika seandainya lupa. Bahwa ada Allah yang maha
memiliki semua jalan keluar dari segala penjuru macam kesulitan. Lapangkan hati
kita usah dipersempit dengan berprasangka buruk kepada Allah, karena hal yang
demikian akan semakin menyiksa hati. Seperti merasa tidak pernah cukup dengan
pemberian rizki, merasa do’a tidak di ijabah, merasa selalu dirundung
permasalahan yang tak kunjung usai dan lain-lain.
Kembali kepada
Allah. Karena saat hati kita sempit menerima hal yang demikian, berarti kita
sudah teramat jauh meninggalkan-Nya dalam kehidupan. Dengan melalui
ini, Allah ingin memperlihatkan Kekuasaan-Nya pada kita, untuk membungkam semua
keangkuhan dan kesombongan sikap dan perilaku kepada dunia, bahwa manusia itu
amatlah dho’if (lemah) dan tidak mempunyai daya apa-apa tanpa Inayah-Nya.
Ingatkan sekali
lagi nurani kita, bahwa semua yang kita alami dan kita dapati merupakan atsar
dari perilaku kita sendiri.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ
فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ
آمِنُونَ
Barang siapa yang membawa kebaikan,
maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka itu
adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu.
(An-Naml: 89)
وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ
تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
Dan barang siapa
yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka.
Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu
kerjakan. (An-Naml: 90)
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ
فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى الَّذِينَ
عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلا مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
Barang siapa
yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik
daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa)
kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah
mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka
kerjakan. (Al-Qashash: 84)
Maka dari itu
tidak ada lagi alasan buat kita untuk tidak melapangkan dada membesarkan hati
seluas samudera, saat cemo’ohan, makian, hinaan, sindiran menginjak harga diri.
Meski itu bukanlah perkara yang mudah hingga sering kita memerlukan proses yang
lumayan panjang untuk bisa menerimanya dengan berbesar hati.
Membesarkan
hati, bahwa hina’an dari mahluk akan ketidak berdayaan kita oleh materi dunia
bisa menambah rasa kehambaan karena sebesar dan sekecil apapun Allah tidak akan
mengurangi bagian kita.
Membesarkan
hati, apapun yang kita alami semua tidak lepas dari cara Allah supaya kita mahu
mendekati-Nya.
Melapangkan
hati, saat kita berbuat dzalim kepada sesama. Maka inilah balasan teradil dari
Allah buat kita.
Membesarkan
hati, saat kita di hinakan ataupun di remehkan. Jadikan itu sebagai kekuatan
tersendiri untuk menambah alasan kita mengadu pada-Nya.
Saudara
Muslimku, dengan segala kerendahan hati. Tulisan ini hanyalah sekedar teguran
dan penguat buat diri sendiri, jika sesama Muslim adalah saudara atau Muslim
satu dengan Muslim lainnya ibarat satu anggota tubuh. Maka inilah potret dari
salah satu saudaramu atau bagian dari anggota tubuhmu. Seperti inilah salah
satu saudaramu (yaitu aku) berikhtiar membesarkan hati akan keruwetan hidup
sembari berbagi kepada kesesama.
Ust. Ahmad Faried
Posting Komentar