Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Rahasia Nafsu (1)

Rahasia Nafsu (1)


Sahi bin Abdullah — rahimahullah — pernah ditanya tentang rahasia nafsu, maka ia mengatakan, “Nafsu adalah suatu rahasia, dimana rahasia tersebut tidak akan tampak pada siapa pun dari makhluk Allah kecuali hanya pada Fir’aun yang pernah mengatakan, ‘Saya adalah Tuhan kalian yang maha-tinggi.’ Rahasia nafsu memiliki tujuh lapis penghalang dari langit dan tujuh lapis penghalang dari bumi. Ketika seorang hamba berusaha mengubur nafsunya ke dalam lapisan-lapisan bumi, maka hatinya akan mulia membumbung tinggi ke lapisan-lapisan langit. Dan jika Anda telah mengubur nafsu Anda di bawah lapisan bumi, maka dengan hati Anda bisa sampai ke singgasana Arasy.”

Cemburu (Ghirah)

 
Asy-Syibli — rahimahullah — pernah ditanya tentang kecemburuan (ghirah), maka ia mengatakan, “Bahwa cemburu itu ada dua jenis: cemburu manusiawi (basyariyyah) dan cemburu Ketuhanan (Ilahiyah). Cemburu manusiawi adalah cemburu terhadap individu, sedangkan cemburu Ilahiyyah adalah sikap cemburu terhadap waktu, dimana ia tidak ingin menyia-nyiakannya untuk selain kepentingan Allah Swt.”

Masalah

 
Fath bin Syakhraf — rahimahullah — berkata: Suatu ketika saya pernah bertanya kepada Israfil, guru Dzun-Nun — rahimahumallah, ‘Wahai guru (syeikh), apakah rahasia-rahasia hati (al-asrar) akan disiksa sebelum tergelincir (melakukan dosa)?” Ia tidak menjawab selama berhari-hari, kemudian setelah itu ia mengatakan, “Hai Fath, jika kamu sudah berniat sebelum berbuat, maka al-asrar akan disiksa sebelum tergelincir (melakukan dosa).” Setelah mengatakan demikian ia lalu menjerit dan masih sempat hidup selama tiga hari sebelum akhirnya meninggal.

Abu Bakar Muhammad bin Musa al-Farghani yang dikenal dengan sebutan al-Wasithi pernah ditanya tentang sifat hati. Maka ia mengatakan, “Hati dibagi menjadi tiga kondisi: hati yang diuji, hati yang tercabut dari akarnya dan hati yang terkoyak hancur, dimana awal-awal dari kondisinya adalah roboh. Ini adalah orang yang mampu merealisasikan dengan permulaan-permulaannya, bahwa ia belum terwujud sebelum sesuatu yang disebutkan. Jika Anda hadir maka Anda akan jatuh pada kehancuran yakni kematian, berarti hilang. Maka inilah awal dan akhir Anda, agar Anda tidak mengatakan, ‘Saya telah maju dan mundur.’ Dan tiga jenis hati ini, lisan membisu tidak mampu berbicara.”

Al-Jariri ditanya tentang apa yang dimaksud dengan bencana (bala’). Maka ia mengatakan, “Bencana (bala’) itu dibedakan menjadi tiga macam: Sebagai siksaan bagi orang-orang yang ikhlas, sebagai penghapusan dosa bagi orang-orang terdepan dalam menjalankan kebaikan (as-sabiqun) dan sebagai pembenaran atas ujian bagi anbiya’ dan ash-shadiqin.”

Masalah tentang perbedaan antara al-hubb (cinta) dan al-wudd (kasih sayang). Al-hubb di dalamnya terdapat unsur dekat dan jauh, sedangkan Al-wudd sama sekali tidak mengandung unsur keterputusan, kejauhan ataupun kedekatan. Sesungguhnya orang yang menyaksikan al-hubb adalah dengan haqul-yaqin, orang yang menyaksikan al-wudd adalah dengan ‘ainul-yaqin sedangkan orang yang menyaksikan ash-shiyanah (keterjagaan) adalah dengan ilmulyaqin. Al-wudd adalah sambung (al-washl) tanpa kesinambungan (muwashalah). Sebab al-washl adalah tetap, sedangkan al-muwashalah adalah menggunakan waktu.

Tangis

 
Abu Said al-Kharraz — rahimahullah — ditanya tentang tangis, lalu ia mengatakan, “Tangis itu ada tiga macam: Dari Allah (minalIah), kepada Allah (ilallah) dan pada Allah (‘alallah). Sementara menangis yang dari Allah akan lama tersiksa kerinduannya bila disebutkan terlalu lama waktu bertemu-Nya, menangis karena takut terputus dengan-Nya dan berpisah dari imbalan yang dijanjikan-Nya, dan menangis karena gelisah bila ada kasih sayang dan kejadian-kejadian yang mengakibatkannya tidak bisa sampai kepada-Nya.

Sedangkan menangis kepada Allah adalah rahasia hatinya berusaha memaksakan kerinduan yang membara kepada-Nya dan menangis karena jiwanya terbang dengan kerinduan kepada-Nya, menangis karena kehilangan akal untuk-Nya, menangis karena mengadukan keluh kesah, menangis karena berhenti di depan-Nya, menangis karena lembutnya pengaduan kepada-Nya, menangis karena berhenti di hamparan kerendahan untuk mencari kedekatan dengan-Nya, menangis ketika bergegas apabila diduga lamban menuju kepada-Nya, menangis karena takut terputus jalan sehingga tidak bisa sampai kepada-Nya, menangis karena takut tidak bisa baik untuk bertemu dengan-Nya, dan menangis karena merasa malu. dengan-Nya dengan mata apa ia memandang-Nya. Kemudian menangis pada-Nya adalah menangis ketika diperlamban untuk bertemu dengan-Nya pada sebagian waktu yang ia biasakan, dan menangis karena kesenangan di saat ia bisa sampai kepada-Nya, bila ia dipeluk dengan kebaikan-Nya, sebagaimana seorang bayi yang masih menyusu ibunya, ketika itu ia menangis. Maka dengan demikian tangisan memiliki delapan belas macam.”



Syeikh Abu Nashr As-Sarraj
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger