Kisah yang ‘ajib ini terdapat di Sunan Al-Kubraa li
Al-Baihaqiy 7/733 (Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah) dan terjadi di zaman Khulafa’ur
Rasyidin yang kedua yaitu ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu,
diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy rahimahullah, beliau menuturkan:
ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺤَﺎﻓِﻆُ، ﻭَﺃَﺑُﻮ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ
ﻋُﺒَﻴْﺪُ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻣَﻬْﺪِﻱٍّ ﻟَﻔْﻈًﺎ، ﻗَﺎﻻ : ﻧﺎ ﺃَﺑُﻮ ﺍﻟْﻌَﺒَّﺎﺱِ
ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺑْﻦُ ﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ، ﻧﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﺃَﺑِﻲ ﻃَﺎﻟِﺐٍ، ﺃﻧﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏِ
ﺑْﻦُ ﻋَﻄَﺎﺀٍ، ﻧﺎ ﺳَﻌِﻴﺪٌ، ﻋَﻦْ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓَ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻧَﻀْﺮَﺓَ، ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ
ﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻟَﻴْﻠَﻰ، ” ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻼ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ ﺧَﺮَﺝَ ﻳُﺼَﻠِّﻲ
ﻣَﻊَ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀَ ﻓَﺴَﺒَﺘْﻪُ ﺍﻟْﺠِﻦُّ ﻓَﻔُﻘِﺪَ، ﻓَﺎﻧْﻄَﻠَﻘَﺖِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗُﻪُ
ﺇِﻟَﻰ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﻘَﺼَّﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻘِﺼَّﺔَ
ﻓَﺴَﺄَﻝَ ﻋَﻨْﻪُ ﻋُﻤَﺮُ ﻗَﻮْﻣَﻪُ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ : ﻧَﻌَﻢْ، ﺧَﺮَﺝَ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀَ
ﻓَﻔُﻘِﺪَ، ﻓَﺄَﻣَﺮَﻫَﺎ ﺃَﻥْ ﺗَﺮَﺑَّﺺَ ﺃَﺭْﺑَﻊَ ﺳِﻨِﻴﻦَ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻣَﻀَﺖِ ﺍﻷَﺭْﺑَﻊُ
ﺳِﻨِﻴﻦَ ﺃَﺗَﺘْﻪُ ﻓَﺄَﺧْﺒَﺮَﺗْﻪُ ﻓَﺴَﺄَﻝَ ﻗَﻮْﻣَﻬَﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ : ﻧَﻌَﻢْ، ﻓَﺄَﻣَﺮَﻫَﺎ
ﺃَﻥْ ﺗَﺘَﺰَﻭَّﺝَ ﻓَﺘَﺰَﻭَّﺟَﺖْ ﻓَﺠَﺎﺀَ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻳُﺨَﺎﺻِﻢُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﻋُﻤَﺮَ
ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻋُﻤَﺮُ ﺑْﻦُ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﻋَﻨْﻪُ : ﻳَﻐِﻴﺐُ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢُ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥَ ﺍﻟﻄَّﻮِﻳﻞَ ﻻ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻫْﻠُﻪُ ﺣَﻴَﺎﺗَﻪُ،
ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ : ﺇِﻥَّ ﻟِﻲ ﻋُﺬْﺭًﺍ ﻳَﺎ ﺃَﻣِﻴﺮَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ، ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻣَﺎ ﻋُﺬْﺭُﻙَ؟
ﻗَﺎﻝَ : ﺧَﺮَﺟْﺖُ ﺃُﺻَﻠِّﻲ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀَ ﻓَﺴَﺒَﺘْﻨِﻲ ﺍﻟْﺠِﻦُّ ﻓَﻠَﺒِﺜْﺖُ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﺯَﻣَﺎﻧًﺎ
ﻃَﻮِﻳﻼ ﻓَﻐَﺰَﺍﻫُﻢْ ﺟِﻦٌّ ﻣُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ، ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ : ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ، ﺷَﻚَّ ﺳَﻌِﻴﺪٌ ﻓَﻘَﺎﺗَﻠُﻮﻫُﻢْ
ﻓَﻈَﻬَﺮُﻭﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻓَﺴَﺒَﻮْﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺳَﺒَﺎﻳَﺎ ﻓَﺴَﺒَﻮْﻧِﻲ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺳَﺒَﻮْﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ،
ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ : ﻧَﺮَﺍﻙَ ﺭَﺟُﻼ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻭَﻻ ﻳَﺤِﻞُّ ﻟَﻨَﺎ ﺳَﺒْﻴُﻚَ ﻓَﺨَﻴَّﺮُﻭﻧِﻲ ﺑَﻴْﻦَ
ﺍﻟْﻤُﻘَﺎﻡِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻘُﻔُﻮﻝِ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻫْﻠِﻲ ﻓَﺎﺧْﺘَﺮْﺕُ ﺍﻟْﻘُﻔُﻮﻝَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻫْﻠِﻲ
ﻓَﺄَﻗْﺒَﻠُﻮﺍ ﻣَﻌِﻲ ﺃَﻣَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻳُﺤَﺪِّﺛُﻮﻧِﻲ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ
ﻓَﻌِﺼَﺎﺭُ ﺭِﻳﺢٍ ﺃَﺗْﺒَﻌُﻬَﺎ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻋُﻤَﺮُ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ : ﻓَﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ
ﻃَﻌَﺎﻣُﻚَ ﻓِﻴﻬِﻢْ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟْﻔُﻮﻝُ ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﺬْﻛَﺮِ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ،
ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺷَﺮَﺍﺑُﻚَ ﻓِﻴﻬِﻢْ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟْﺠَﺪَﻑُ، ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓُ : ﻭَﺍﻟْﺠَﺪَﻑُ
ﻣَﺎ ﻻ ﻳُﺨَﻤَّﺮُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺮَﺍﺏِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﺨَﻴَّﺮَﻩُ ﻋُﻤَﺮُ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ
ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺼَّﺪَﺍﻕِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗِﻪِ
Abu ‘Abdillaah Al-Haafizh dan Abu Muhammad ‘Ubaid bin
Muhammad bin Muhammad bin Mahdiy telah mengkhabari kami -secara lafazh-,
keduanya berkata, Abul ‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub telah mengkhabari kami,
Yahyaa bin Abi Thaalib telah mengkhabari kami, ‘Abdul Wahhaab bin ‘Athaa’ telah
memberitakan kami, Sa’iid telah mengkhabari kami, dari Qataadah, dari Abu
Nadhrah, dari ‘Abdurrahman bin Abi Lailaa :
“Bahwasanya ada seorang lelaki dari kaumnya Ibnu Abi Lailaa
yaitu kaum Anshar yang keluar untuk shalat ‘Isya bersama mereka. Tiba-tiba jin
menawan lelaki tersebut dan hilanglah ia tak berbekas. Serta merta pergilah
istri si lelaki kepada ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu lalu ia
melapor kepada ‘Umar atas kejadian yang menimpa suaminya, kemudian ‘Umar pun
bertanya kepada kaum Anshar perihal lelaki tersebut. Mereka menjelaskan,
“Benar, ia keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ia menghilang!” Maka ‘Umar
memerintahkan kepada istri si lelaki untuk menahan diri selama 4 tahun.
Ketika telah berlalu masa 4 tahun, ia kembali mendatangi
‘Umar dan memberitahukan keadaannya (yang telah menunggu hingga lewat masa 4
tahun) kepada ‘Umar. Lalu ‘Umar pun bertanya kepada kaum si wanita (mengenai
kebenaran perkataannya). Mereka menjawab, “Benar!” Kemudian ‘Umar memerintahkan
wanita tersebut agar menikah lagi dan ia pun menikah (dengan lelaki lainnya).
Tiba-tiba datanglah suaminya yang telah menghilang selama 4
tahun tersebut (dan ia mengetahui istrinya telah menikah lagi) lantas ia
mendebat ‘Umar bin Al-Khaththaab mengenai hal ini.
‘Umar berkata, “Salah seorang dari kalian raib dalam rentang
waktu yang demikian lama, keluarganya pun tidak ada yang mengetahui mengenai
keberadaannya.”
Sang lelaki berusaha menjelaskan kepada ‘Umar, “Sesungguhnya
diriku mempunyai ‘udzur, wahai amiirul mu’miniin!”
‘Umar bertanya, “Apa ‘udzurmu?”
Sang lelaki menceritakan kisah yang dialaminya, “Aku keluar
untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ada jin yang menawanku. Maka aku menetap di
alam mereka selama rentang waktu yang panjang. Dan ada sekelompok jin mu’min
-atau jin muslim, Sa’iid (salah seorang perawi kisah) ragu- yang memerangi
jin-jin kafir tersebut, lantas kelompok jin mu’min berhasil menaklukkan
kelompok jin kafir lalu para jin mu’min menawan para tawanan yang pernah
ditawan para jin kafir dan aku termasuk ke dalam kelompok tawanan yang direbut
dari mereka. Para jin mu’min berkata, “Kami melihatmu sebagai seorang lelaki
muslim dan tidak halal bagi kami untuk menawan kamu.” Kemudian mereka memberiku
pilihan antara tetap tinggal (di alam jin tersebut) atau kembali ke keluargaku,
aku pun memilih kembali ke keluargaku dan para jin mu’min pun membebaskanku.
Ketika malam hari tiba maka mereka tidak lagi berbicara denganku, dan adapun
pada siang hari maka saat itulah ada deru angin yang aku mengikutinya (hingga
aku dapat keluar dari alam mereka).”
‘Umar bertanya, “Apa makananmu ketika bersama mereka?”
Lelaki tersebut menjawab, “Sejenis kacang-kacangan dan
segala sesuatu yang tidak disebut nama Allah padanya.”
‘Umar bertanya kembali, “Dan apa minumanmu ketika bersama
mereka?”
Si lelaki menjawab, “Al-Jadaf.” (Imam Qataadah menjelaskan, “Al-Jadaf adalah segala jenis minuman
yang tidak ditutup.”)
Akhirnya, ‘Umar pun memberi pilihan untuk si lelaki antara
mahar dan istrinya.”
Dari kisah di atas ada beberapa faedah dan hikmah,
diantaranya :
1. Muncullah hukum fiqih, bagaimana status seorang istri
yang tinggal suami selama 4 tahun.
2. Bahwasanya kejadian-kejadian yang terjadi diluar akal
sehat seperti jin-jin kafir yang kerap kali menzhalimi manusia dengan cara-cara
yang aneh, adalah haq dan benar terjadi, sebagaimana dalam kisah yaitu seorang
lelaki Anshar yang ditawan jin kafir, hilang tak berbekas hingga kerabat dan
kaumnya tidak mengetahui kemana perginya dan ia pun baru muncul beberapa tahun
kemudian ketika istrinya telah menikah lagi. Benarlah sabda Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam :
ﺧَﻤِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟْﺂﻧِﻴَﺔَ ﻭَﺃَﻭْﻛُﻮﺍ ﺍﻟْﺄَﺳْﻘِﻴَﺔَ ﻭَﺃَﺟِﻴﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﺄَﺑْﻮَﺍﺏَ
ﻭَﺍﻛْﻔِﺘُﻮﺍ ﺻِﺒْﻴَﺎﻧَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟِﻠْﺠِﻦِّ ﺍﻧْﺘِﺸَﺎﺭًﺍ ﻭَﺧَﻄْﻔَﺔً
“Tutuplah bejana, ikatlah tempat minuman kalian, tutuplah
pintu-pintu, dan tahanlah anak-anak kalian (di rumah) ketika tiba waktu ‘Isya’
karena sesungguhnya para jin sedang berkeliaran dan kerap menculik.” (Shahiih
Al-Bukhaariy no. 3316)
3. Kejadian ini terjadi di masa kekhalifahan ‘Umar, yang
mana termasuk masa 3 generasi terbaik sebagaimana telah disabdakan oleh
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan telah ma’ruf bagi kita bahwa pada
masa tersebut kaum muslimin masih belum jauh dari masa Nubuwwah dan masih
banyak para sahabat. Hikmahnya adalah, pada zaman tersebut yang termasuk
sebaik-baik zaman dan sebaik-baik kaum muslimin, para jin kafir masih bisa
berbuat zhalim, maka bagaimanakah lagi dengan zaman sekarang yang kaum
musliminnya sendiri banyak yang tidak mengenal agamanya, banyak yang mengambil
dukun untuk memecahkan masalah. Wal’iyadzubillaah.
4. Para jin mu’min kerapkali berperang melawan para jin
kafir sebagaimana bertempurnya kaum muslimin melawan orang-orang kafir.
Panduan Ruqyah Aswaja Praktisi: Ust. Ibnu Abdillah Al-Katibiy
+ comments + 2 comments
Alhamdulliah ada referensi
Apakah sama waktu 4th di dunia Manusia dg di dunia Jin
Posting Komentar