Dzikir yang artinya mengingat (Allah) merupakan metode yang
selalu digunakan oleh semua tareqat sufi. Prinsip pokoknya adalah dengan
memusatkan pikiran dan perasaan kepada Allah SWT dengan cara menyebut namanya
berulang-ulang. Dengan demikian, seseorang akan mempunyai pengalaman
berhubungan dengan Allah, adanya hubungan ini dengan sendirinya akan
menghilangkan rasa keterpisahan antara manusia dengan Tuhannya.
Dzikir mempunyai kemiripan dengan berbagai teknik meditasi
pada tradisi agama-agama lain, baik pada tekniknya maupun pada efek yang
ditimbulkannya. Dzikir tidak hanya berpengaruh pada perkembangan rokhani atau nafs
seseorang, banyak penelitian empiris yang telah membuktikan bahwa dzikir juga
berpengaruh pula terhadap dimensi fisik. Misalnya dalam menyembuhkan berbagai
jenis penyakit fisik maupun menghilangkan kondisi-kondisi psikopatologi seperti
stress, kecemasan dan depresi (Fuad Nasori Suroso, Membangun Peradigma
Psikologis Islam, SIPRES, Jakarta, 1994, hlm. 112)
Dzikir dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa/kesehatan
jiwa merupakan terapi psikistrik, setingkat lebih tinggi dari pada psikoterapi
biasa. Hal ini dikarenakan dzikir mengandung unsur spiritual
kerohanian/keagamaan/ke-Tuhanan yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa
percaya diri (self confidence) pada diri seseorang yang sedang sakit, sehingga
mempercepat prosespenyembuhan.
Sebagaimana diketahui bahwa faal organ tubuh manusia
dikendalikan oleh keseimbangan sistem hormonal. Bila sesuatu sebab keseimbangan
sistem hormonal terganggu, maka organ tubuh yang bersangkutan akan terganggu
fungsinya (faalnya), yang apabila hal tersebut berkelanjutan pada gilirannya
dapat berakibat pada terganggunya organ tubuh tersebut secara anatomis. Sebagaimana
diketahui bahwa dewasa ini berbagai jenis penyakit yang berkembang adalah
penyakit degeneratif, penyakit jantung koroner/kaediovaskuler, gangguan
metabolisme tubuh, penyakit psikosomatik/psikofisiologik, gangguan kejiwaan
(stress, kecemasan, depresi dan lain-lain).
Dalam cabang ilmu “psiko-neuro-endokrinologi” tersebut diuraikan bagaimana
mekanisme atau psikopatologi terjadinya suatu penyakit. Misalnya pada penyakit
diabetes milletus. Pada umumnya seseorang itu mengalami stress (ketegangan jiwa)
yang berkepanjangan disebabkan yang ersangkutan menderita stressor psikososial
(misalnya problem pekerjaan). Faktor psikis ini ditangkap oleh pancaindera
diteruskan ke pusat emosi di susunan saraf pusat (limbic system).
Bila rangsangan emosional tersebut berkelanjutan, melalui saraf (neuron) diteruskan ke organ kelenjar pancreas (endokrin). Kelenjar pancreas adalah kelenjar yang memproduksi hormon insulin, yaitu hormon yang mengatur kadar gula dalam darah. Kelenjar pancreas dapat terganggu fungsinya antara lain produksi hormon insulin berkurang atau dengan kata lain kadar gula darah orang yang bersangkuta meninggi. Pada mulanya keadaan ini sementara sifatnya dan dapat pulih kembali (reversible), namun dapat pula berkelanjutan tidak dapat pulih (irreversible), atau dengan kata lain orang tersebut menderita dibetes milletus
Bila rangsangan emosional tersebut berkelanjutan, melalui saraf (neuron) diteruskan ke organ kelenjar pancreas (endokrin). Kelenjar pancreas adalah kelenjar yang memproduksi hormon insulin, yaitu hormon yang mengatur kadar gula dalam darah. Kelenjar pancreas dapat terganggu fungsinya antara lain produksi hormon insulin berkurang atau dengan kata lain kadar gula darah orang yang bersangkuta meninggi. Pada mulanya keadaan ini sementara sifatnya dan dapat pulih kembali (reversible), namun dapat pula berkelanjutan tidak dapat pulih (irreversible), atau dengan kata lain orang tersebut menderita dibetes milletus
Faktor-faktor kejiwaan (psikis) melalui jaringan “psiko-neuro-endokrin” secara umum dapat
mengakibatkan kekebalan tubuh (imunitas) menurun, yang pada gilirannya tubuh
mudah terserang berbagai macam penyakit. Dilain pihak factor kejiwaan (psikis)
melalui jaringan “psiko-neuro-endokrin” dapat meningkatkan imunitas
(kekebalan) tubuh, sehingga seseorang tidak mudah jatuh sakit atau mempercepat
proses penyembuhan (H. Dadang Hawari, Do’a
dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis, Dana Bhakti Primayasa, 2001, hlm. Xi).
Ust. Hakam Ahmed ElChudrie (PISS KTB)

Posting Komentar