Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Tahun Baru Hijriyah Momentum Memperbaharui Komitmen Berkeluarga

Tahun Baru Hijriyah Momentum Memperbaharui Komitmen Berkeluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat, terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan darah atau perkawinan. Keluarga berasal dari seorang laki-laki yang menikah dan kemudian disebut dengan suami dan seorang wanita yang kemudian menjadi istri. Dan dengan sebab pertemuan atau perkawinan tersebut terlahirlah anak-anak, kemudian apabila si anak menikah lagi maka akan hadirlah ditengah-tengah keluarga tersebut cucu-cucu.

Namun tidak jarang dalam satu rumah atau keluarga itu berkumpul pula keluarga dari sang suami dan sang istri, yang disebut dengan orang tua atau mertua, atau saudara kandung dan saudara terdekat lainnya, maka kumpulan ini kesemuanya sudah menjadi apa yang dinamakan dengan satu keluarga (al-usrah).

Tidak ada satu orang mukmin ataupun muslimpun yang menikah dan membangun  keluarga, kecuali hanyalah untuk mendapatkan kebahagiaan (sakinah) melalui rumah tangga/keluarganya, membentuk kelurga yang sakinah sesuai dengan tujuan perkawinan dalam Islam. Sakinah tidak begitu saja dengan mudah bisa didapatkan hanya dengan semata-mata menikah. 

Sakinah itu merupakan karunia Allah. Hanya dengan cara pendekatan diri kepada Allah akan terciptalah apa yang dinamakan keluaga sakinah. Sakinah (tenang dan bahagia) yang sebenarnya, tak mungkin didapatkan kecuali dengan penciptaan suasana cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah) dalam keluarga sebagai anugrah dari Allah yang menciptakan manusia (QS.30/21). Kata mawaddah wa rahmah ini kemudian diperluas redaksinya oleh para pakar keluarga, dengan ungkapan, bahwa keluarga sakinah yang dikehendaki oleh fitrah dan agama adalah; terwujudnya suasana keluarga yang bersatu tujuan, selalu dapat berkumpul dengan baik, rukun dan akrab dalam kehidupan sehari-hari, penuh persahabatan, intim, saling menghargai, saling mempercayai dan bersikap ramah tamah antara satu dan yang lainnya.

Komitmen yang perlu dihidupkan dalam membina keluarga/rumah tangga adalah komitmen ketha’atan. Seluruh individu yang terlibat dalam keluarga tersebut harus mendasarkan aktifitasnya kepada thaa’at. Tha’at kepada Allah dan RasulNya. Artinya kapanpun kepentingan pribadi, keluarga dan masyarakat dan seterusnya berhadapan dengan hukum-hukum Allah, maka yang didahulukan adalah hokum Allah, Semua yang terlibat dalam keluarga harus mengalah dan pasrtah kepada hukum-hukum Allah dalam kehidupannya. 

Komitmen kedua yang sangat penting pula adalah; komitmen hanya memberikan yang terbaik untuk keluarga. Setiap individu berusaha setiap sa’at menyajikan yang terbaik untuk keluarganya, baik pemberian uang atau harta, yang dipersembahkan kepada keluarga hanya yang terbaik dan halal. Dan apabila dia berkata, maka yang keluar dari mulutnya hanyalah kata-kata yang baik dan berma’na. Begitu juga dengan gerak tubuh; jangan sampai ada gerak tubuh yang menggambarkan sikap kebencian, seperti mencibir, membelakangi orang yang sedang berbicara, meradang dan sebagainya. Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan agar setiap mukmin bersikap lemah lembut kepada orang lain (Q.S 3/159) dan Rasulullah menganjurkan agar setiap mukmin memberikan shadaqah kepada sausdara-sudara (minimal) dengan tersenyum. Senyum ramah seseorang kepada saudara dan  temannya itu adalah bagaikan shadaqah (Al-hadist).

Dan bila kejenuhan, atau keadaan monoton terjadi dalam keluarga, hari-harinya tidak ada variasi, berjalan begitu-begitu saja terus menerus, maka keluarga ini perlu mencari angin segar keluar rumah, dengan apa yang dinamakan dengan hiburan (tasliyah). Satu kali ajaklah keluarga untuk makan di luar di restoran kesenangan umpamanya, atau pada akhir pekan pergi bersama-sama melakukan rekreasi (rihlah) ketempat-tempat yang indah, ke pinggir laut, ke gunung atau ke kebun-kebun dan lainnya sambil melihat kebesaran Allah pada ciptaanNya. Hidupkan suasana ceria dalam perjalanan, bersenda gurau yang positif dan bermakna dan jangan kaku. 

Allah SWT pernah menghibur RasulNya dengan memperjalankannya ke Baitil Maqdis, yang kita kenal dengan perjalanan Isra’ dan menerbangkannya kelangit, ke Sidratul Muntaha, yang dinamakan dengan mi’raj. Cara Allah menghibur (tasliyah) untuk RasulNya, setelah Rasulnya mengalami hari-hari yang pahit dan mengenaskan ketika berhadapan dengan kaumnya sendiri di Makkah Al-Mukarramah. Dan begitu juga dengan hijrahnya Rasul ke Madinah Al-Munawwarah, adalah satu kegiatan dalam rangka mencari inspirasi baru dan melakukan manouver ataupun taktik dan strategi untuk memenangkan Islam dan membebaskan  Makkah dari penguasaan orang kafir Quraisy.

Tahun baru Hijriyah, adalah moment yang tepat bagi kaum msulimin untuk melakukan pembaharuan dan perobahan, baik dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Lakukan introspeksi yang dalam atas sikap dan tindak tanduk, ataupun program yang telah berjalan, begitu juga dengan sikap pergaulan dengan orang lain, dan lakukan juga analisa terhadap penghasilan yang didapatkan, baik atau buruk, halal ataupun haramnya, dan yang lebih utama adalah sikap ibadah dan pengabdian kepada Allah Subhanahu wata’ala yang menciptakan semuanya dan yang memberi semuanya. 

Usahakan dan rencanakan segera untuk pindah (hijrah) dari sifat dan sikap yang tidak terpuji kepada sikap dan akhlaq mulia, sikap pengabdian kepada Allah dan sikap pergaulan sesama manusia (akhl;aqul karimah). Wallahu a’lamu bi ash-shawab.



Ust. Misbach Malim 
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger