Dalam menafsirkan ayat yang satu
ini, banyak ulama tergelincir karena kalimat (tamanna) diartikan membaca.
Sebagai dalilnya dikemukakan kisah Al-Gharanieq yang bohong dan isapan jempol
semata, baik dilihat dari segi akal maupun naqal.
Tahukah anda apakah kisah Al-Gharanieq itu ? Itu sebuah kisah yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam, yang kemudian termakan oleh sebagian orang. Konon, Nabi SAW pernah membaca surat Wannajmi hingga sampai ke ayat: Pantaskah kalian menganggap Al-Latta, Al-Uzza, dan Al-Manat ketiganya yang paling kemudian. Lalu meluncurlah dari mulut Nabi SAW sebagai tambahan kalimat-kalimat: “Itulah berhala-berhala tinggi yang diharapkan syafaatnya.” Setelah itu, maka Nabi SAW sujud dan diikuti oleh orang-orang Islam, serta berhala-berhalanya”.
Dalam riwayat yang lain, setanlah
yang menginginkan kata-kata itu melalui lidah Nabi SAW karena Beliau
menginginkan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada kaumnya. Maka,
setelah kejadian itu hati beliau menjadi sedih, dan Allah menurunkan ayat
tersebut untuk menghibur kegundahan hati Nabi SAW. Demikianlah kisah-kisah
bohong yang sengaja dihembuskan oleh musuh-musuh Islam mengenai kisah
Al-Gharanieq.
Tafsiran ayat itu yang benar dan sah
seperti yang diuraikan oleh As-Syaikh Abdul Aziz Ab-Dabbagh, bahwa Allah tidak
mengutus seorang Rasul atau Nabi melainkan Rasul itu mengharapkan sepenuhnya
dan menginginkan dengan sungguh-sungguh agar umatnya beriman. Sebagaimana
firman Allah: “Maka, barangkali kamu membinasakan dirimu, karena bersedih
hati, sesudah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan
ini.” (Al-Kahfi: 6).
Dalam surat Yunus: 103: “Dan
sebagian besar manusia tidak beriman, walaupun kamu sangat mengingnkannya.”
Juga di dalam surat Yunus: 99: “Apakah kamu hendak memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.”
Umat yang dihadapi para Nabi dan
Rasul itu berbeda-beda, seperti firman Allah: “Akan tetapi mereka
berselisih, maka diantara mereka ada yang beriman, dan ada diantaranya yang
kafir.” (Al-Baqarah: 253).
Begitulah polah tingkah setan yang
sudah berjanji kepada Allah untuk selalu menggoda manusia terus berlanjut
sampai kiamat tiba. Sebuah hadist dari Ibnu Mas'ud, bahwa Nabi SAW bersabda:
“Tak seorang pun diantara kalian, melainkan Allah mengikutsertakan kepadanya
seorang jin dan malaikat.” Ada sahabat yang bertanya: “Apakah engkau juga demikian,
ya Rasulullah ?” Nabi menjawab, “Juga aku. Hanya saja Allah menolongku, maka
aku terlindung dari gangguannya.”
Meskipun Allah sudah menggaransi
untuk melindungi Nabi SAW dari gangguan setan, toh Rasulullah secara tegas
tetap menyatakan perang dengan setan, sekaligus memberi teladan bagaimana cara
kita menghadapi setan, yakni hanya dengan memohon perlindungan kepada Allah.
Tentu, sebagai umatnya kita pun harus pegang prinsip tak ada kompromi dengan
setan.
Posting Komentar