Mensyukuri dengan raga ini adalah
pengejawantahan terbesar serta bukti dari rasa syukur kita terhadap nikmat
kemerdekaan dan keamanan ini. Mensyukuri dengan raga adalah mengisi
kemerderkaan kita dengan segala yang Allah perintahkan dan menjauhi segala yang
Allah larang. Di antaranya adalah dengan menegakkan Islam pada diri-diri
pribadi kita dan masyarakat kita. Kalau kita mau menengok kondisi negara-negara
lain di luar sana, betapa banyak di antara mereka yang sulit mengumandangkan
azan, sulit mencari makanan halal, kaum muslimahnya sulit untuk berpakaian syar’i, sulit
untuk menegakkan shalat berjama’ah, bahkan untuk shalat sendiri pun sulit. Adapun kita, masya
Allah-Tabaarakallah, amat mudah melakukan berbagai macam ibadah-ibadah baik
yang bersifat pribadi maupun berjama’ah.
Selain menjalankan ibadah yang sesuai dengan
tuntunan Islam, rasa syukur ini pula perlu kita wujudkan dengan dakwah.
Mengajak masyarakat kita dari mulai yang paling dekat untuk sama-sama taat,
untuk sama-sama beramal kebaikan, untuk sama-sama menegakkan Islam serta
menjauhi segala bentuk kesyirikan dan kekufuran, segala bentuk dosa dan
maksiat. Allah berfirman (yang artinya), “Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
shalih dan berkata : ”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS.
Fushshilat : 33).
Sebab, kebaikan berupa aqidah yang benar
dan amalan yang shalih, tidak cukup dikerjakan sendiri saja, namun harus
disebarkan sehingga seluruh penduduk negeri ini bisa sama-sama mengerjakannya
dan barulah Allah bukakan pintu berkah-Nya dari langit dan bumi. “Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” (QS. Al A’raf : 96).
Efek
Kalau Tak Bersyukur
Apa yang terjadi seandainya nikmat
kemerdekaan ini tidak disyukuri? Bencana, musibah yang akan terjadi. Lihatlah
bagaimana Allah berikan kekuasaan kepada Fir’aun, namun bukannya bersykur, Fir’aun malah
sombong sampai-sampai mengatakan, “ Akulah tuhanmu yang paling tinggi” (QS. An Nazi’at : 24).
Akhirnya Allah pun mengazab Fir’aun. “Maka Kami siksa Fir’aun dan tentaranya lalu Kami tenggelamkan mereka ke dalam laut” (QS. Adz
Dzariyat : 40).
Lihat pula kawan sependeritaan Fir’aun, Qorun,
nama yang diabadikan dalam Al Qur’an dengan harta dan kekayaan yang melimpah, “dan Kami telah menganugerahkan
kepada Qarun perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul
oleh sejumlah orang yang kuat-kuat” (QS. Al Qashash : 76). Bukannya bersyukur dan mengeluarkan hak
harta tersebut untuk membantu orang lain, Qarun malah sombong dan
berbangga-bangga seraya mengatakan, “Qarun berkata : “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (QS. Al
Qashash : 78). Walhasil, Allah pun menenggelamkan Qarun bersama harta kekayaan
yang disombongkannya ke dalam perut bumi, “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya dari azab Allah” (QS. Al Qashash : 81)
Foya-Foya Bukan Wujud Rasa Syukur
Ketika mengingat kemerdekaan, seringnya
kita melakukan berbagai macam hal yang apabila kita renungkan, tak ada hikmah
yang kita dapatkan, justru pemborosan dan buang-buang uang yang seharusnya
tidak dilakukan, apalagi di zaman susah seperti ini. Ada lilin, dijejer banyak
kemudian dinyalakan apinya kemudian ditiup lagi, dan hanya dipakai setaun
sekali. Krupuk digantungkan, dimakan sedikit-sedikit sambil berdiri, dan tidak
habis. Belum lagi pesta pora semalam suntuk dengan menggelar musik yang tidak
jarang berujung pada bentrok antara pemuda. Maka ini semua bukanlah wujud rasa
syukur, bahkan bisa menjadikan kita temannya syaitan, “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhan-nya” (QS. Al Isra : 27).
Andai saja uang tersebut digunakan untuk
membantu janda-janda dan veteran-veteran pejuang Islam yang tidak jarang
nasibnya sangat memprihatinkan, membantu fakir miskin yang masih sangat banyak
bertebaran di sekitar kita, memberikan beasiswa kepada cucu-cucu para pejuang
agar bisa mendapatkan fasilitas belajar yang layak, tentunya jauh lebih baik.
Kita memohon kepada Allah agar memberi kita
petunjuk untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya dengan hati kita, lisan kita,
dan anggota tubuh kita. Kita pun memohon agar Dia senantiasa memberikan
nikmat-Nya pada kita dan jangan menjadikan musibah yang turun sebagai azab bagi
kita. Amiin yaa mujiibas saa-iliin.
Ust. Amrullah Akadhinta

Posting Komentar