"Mulyakke Dzurriyyah Nabi Iku Ora Kerono Kesholehan
Utowo Kengalimane, Anangeng Kerono Iku Keturunane Kanjeng Nabi. Yen Dzurriyyah
Nabi Iku Ngalim, Utowo Sing Diarani Ithrotur Rosul, Mongko Dobel Olehe Kito
Kudu Mulyakke". (Auw Kama Qoola Kyai-Ku).
Ada seorang syarifah (wanita keturunan Rasulullah) janda
ditinggal wafat suaminya dan meninggalkan 3 orang anak perempuan. Karena tak
ada yang dimakan, Sang syarifah meminta pertolongan kesana kemari untuk
memenuhi kebutuhan dia dan 3 orang anaknya.
Sampai ketika melihat seorang guru besar Islam beserta para muridnya. Pada saat guru besar Islam itu diberitahukan oleh syarifah akan hal keadaannya maka sang guru berucap, "Berikan aku bukti bahwa kau syarifah," sambil tidak mau memalingkan wajahnya ke arah syarifah.
Karena dicuekin, sang syarifah pun pergi dengan hampa. Lalu
dia melihat ada seorang saudagar kaya yang sedang duduk.
Sang syarifah bertanya "Siapa orang itu?".
Maka dijawab, "Dia adalah seorang Majusi (penyembah
matahari) yang menjadi pengurus kota ini".
Karena terpaksa sang syarifah terpaksa minta bantuan kepada
si majusi tersebut. Ternyata dia baik hati dan membantu syarifah dan
anak-anaknya. Sehingga mereka disuruh bermalam di rumahnya dan makan makanan
yang enak serta menginap dengan keadaan yang sangat lebih baik dari sebelumnya.
Pada malam itu sang guru besar Islam bermimpi. Dalam mimpinya
dia melihat hari kiamat, dan melihat ada istana megah luar biasa di surga. Kaum
muslimin masuk surga atas perintah Rasullullah. Akan tetapi Rasul berpaling muka
atas sang guru besar Islam.
Sang guru berkata, "Ya Rasulullah, kenapa engkau enggan
memandangku padahal aku muslim?".
Maka Nabi SAW menjawab, "berikan aku bukti bahwa kau
memang muslim!".
Sang guru-pun panik luar biasa. Kemudian Rasulullah berucap,
"Ingatkah engkau di dunia pernah berkata sedemikian pada cucuku".
Akhirnya sang guru terbangun dari tidur dan menangis
dahsyat. Lalu bergegas menyuruh muridnya mencari sang syarifah ke penjuru kota.
Alhasil, sang guru tahu bahwa sang syarifah di tempat saudagar majusi. Sang
guru pun bergegas kesana.
Saat bertemu saudagar majusi, sang guru berucap, "Wahai
fulan, tolong serahkan si syarifah padaku. Aku mau memuliakan beliau". Si
saudagar majusi menolak dan tidak mau menyerahkan sang syarifah.
Kemudian sang guru besar memaksa saudagar majusi dan
menawarkan sejumlah harta yang besar agar sang syarifah diserahkan padanya.
Tapi sang saudagar tetap menolak. Akhirnya sang guru besar bercerita perihal
mimpinya pada si saudagar majusi.
Saudagar berucap, "Ketahuilah wahai guru besar.
Sesungguhnya istana yang sangat megah yang kau lihat dalam mimpi itu
kepunyaanku. Itu sebagai hadiah kecil yang diberikan padaku karena aku telah
menolong sang syarifah serta anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa aku, istriku,
anak-anakku, serta semua yang ada di rumahku telah bersaksi: Laa Ilaaha
Illallaah Wa Anna Muhammadar Rasulullaah."
Kami masuk Islam lantaran keberkahan yang dibawa syarifah.
Dan di dalam mimpi Rasulullah berkata padaku, "Sesungguhnya engkau telah ditakdirkan
sebaga muslim serta keluargamu."
Sang guru besar pun menangis terisak-isak dan sangat
menyesali perbuatannya. Beginilah salah satu kisah dari sekian banyak kisah
keutamaan memuliakan para anak-cucu, ahlul bait Nabi SAW.
Pesan dari Romo Yai Maimoen Zubair yang kami pegang erat, di
antaranya adalah:
1. Keturunan Rosululloh SAW itu ada yang kelihatan dan ada
yang tidak kelihatan. Sedangkan yang tidak kelihatan lebih banyak jumlahnya.
2. Tidak akan terjadi kiamat jika masih ada ulama, dan
sekalipun ulama habis tetep tidak akan kiamat selagi masih ada keturunan
Rosululloh SAW.
3. Kita wajib memuliakan keturunan Rosululloh SAW. Jika
sampai tidak memuliakan keturunan Rosululloh SAW, hati-hati dengan mati su'ul
khotimah (mati dalam keadaan kafir).
Pesan Mbah Kh. Maimoen Zubair kepada Santri Sarang
Posting Komentar