Allah
SWT memang menciptakan manusia dengan tujuan untuk hanya beribadah dan
menyembah kepada-Nya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur.an:
“dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah (mengabdi) kepada-Ku.” (Q.S.
Adz-Dzariyaat: 56)
Dan
oleh sebab hal yang demikian itulah Allah SWT telah menetapkan “syariat-Nya”
sebagai acuan “ibadah” yang harus ditunakan; Baik yang berhubungan
langsung dengan-Nya atau yang kita sebut sebagai “ibadah mahdah atau
hablumminallah”, maupun yang berkaitan dengan hubungan antar sesama
yang disebut “muamalah atau hablumminannaas”.
Akan
tetapi walaupun demikian keadaannya, bagi orang yang mau memahami dengan
sungguh-sungguh tentang apa yang telah disayariatkan itu, tentulah akan
menemukan bahwa: “Islam itu adalah agama yang mudah dan dimudahkan”.
Allah
SWT berfirman: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah: 185)
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan.” (Q.S. Al-Hajj: 78)
“Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah.” (Q.S. Thaa-Haa: 2)
Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya agama ini adalah agama yang mudah, dan tidaklah
seseorang itu melampaui batas dalam menjalankan agama ini kecuali akan kalah
dengan sendirinya. Oleh karena itu berusahalah untuk mengamalkan agama ini
dengan benar, dan kalau tidak bisa sempurna, maka berusahalah untuk mendekati
kesempurnaan. Dan bergembiralah kalian dengan pahala bagi kalian yang sempurna
walau pun amalan kalian tidak sempurna. Dan upayakan menguatkan semangat
beribadah dengan memperhatikan ibadah di pagi hari dan di sore hari dan di
sebagian malam (yakni waktu-waktu di mana kondisi badan sedang segar untuk beribadah).
(HR. Al-Bukhari; An-Nasa’I; Imam Ahmad dari Abu Hurairah r.a)
“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutusku untuk mempersulit
atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR. Muslim, dari
‘Aisyah ra.)
Kemudahan
dan keringanan atau yang disebut sebagai “rukhsah” yang diberikan Allah
SWT untuk menjalankan apa-apa yang telah ditetapkan dan yang diwajibkan-Nya
itu, tidak hanya berlaku dalam keadaan ”darurat”, tetapi juga ada dalam
keadaan biasa. Sebagai contoh, mari kita pahami dan renungkan sejenak tentang
beberapa “ibadah” yang telah diwajibkan-Nya kepada kita dan
berhitung dengan waktu kehidupan yag telah Allah anugerahkan kepada kita. Mana
yang lebih banyak, untuk ibadah kepada Allah atau untuk kepentingan kita secara
pribadi?
KH. Bachtiar Ahmad

Posting Komentar