Dengan kekhusyu’an, akan diampuni dosa-dosa dan dihapus
kesalahan-kesalahan, dan ditulislah shalat di timbangan kebaikan, sebagaimana
disebutkan dalam shahih Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda,
مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ
تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ
وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً
لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا
لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ
الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan
wudhu, khusu’ dan ruku’nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya
yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar, dan ini untuk sepanjang
masa.” (HR. Muslim)
Shalat apabila dihiasi dengan khusyu’ dalam perkataan, dan gerakkannya dihiasi
dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, sungguh ia
akan bisa menahan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran. Hatinya bersinar,
keimanannya meningkat, kecintaannya semakin kuat, untuk melaksanakan kebaikan,
dan keinginannya untuk berbuat kejelakan akan sirna.
Dengan khusyu’, bertambahlah munajat seseorang kepada Rabbnya, demikian pula
kedekatan Rabbnya kepadanya.
Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa’I meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam,
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي
صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ
فَإِذَا الْتَفَتَ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Senantiasa Allah ‘Azza wa Jalla menghadap hambaNya di dalam shalatnya, selama
dia (hamba) tidak berpaling. Apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun
berpaling darinya.”
Khusyu’ memiliki kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan
jarang sekali didapatkan. Terlebih lagi pada jaman kita sekarang ini. Tidak
bisa menggapai khusyu’ dalam shalat merupakan musibah dan penyakit yang paling
besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga merasa perlu berlindung darinya,
sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a,
اللهمَّ إني أعوذُ بكَ
منْ قلبٍ لا يخشعُ
“Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. (HR.
at-Tirmidzi)
Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum muslimin, kecuali karena
shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka.
Ath-Thabrani dan selainnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنْ
هَذِهِ اْلأُمَّةِ اَلْخُشُوعُ حَتَّى لاَ تَرَى
فِيهَا رَجُلاً خَاشِعًا
“Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’ sehingga engkau tidak
akan melihat seorang pun yang khusyu’.”
Sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang pertama kali hilang dari
agama kalian adalah khusyu’, dan yang terakhir kali hilang dari agama kalian
adalah shalat. Kadang-kadang seseorang yang shalat tidak ada kebaikannya, dan
hampir-hampir engkau masuk masjid tanpa menjumpai di dalamnya seorangpun yang
khusyu’.
Majalah Immasjid

Posting Komentar