Umat Islam di seluruh penjuru dunia
saat ini umumnya memperingati Maulid atau Kelahiran Rasulullah SAW. Mempelajari
dan menghayati kehidupan dan pengorbanan Rasulullah SAW adalah suatu keharusan
dan, bahkan tidak berlebihan jika dikatakan, menjadi kewajiban syara' (agama)
bagi setiap Muslim. Ada dua alasan pokok yang dapat dikemukakan:
Pertama: Islam menghendaki
"ketaatan" kepada Allah. Tanpa ketaatan kepada Allah, sesungguhnya
tiada Islam.
Untuk taat kepada Allah dibutukan "ketaatan" kepada
Rasulullah. Berbagai ayat dalam Al Qur'an memerintahkan ketaatan kepadaNya,
namun sekaligus memerintahkan ketaatan kepada RasulNya. Sebaliknya, bermaksiat
kepada Allah dikaitkan langsung dengan kemaksiatan kepada RasulNya.
Kedua: Rasulullah telah dijadikan, tidak
saja sebagai "muballigh" (conveyer), namun sekaligus sebagai contoh
tauladan "hidup" bagi seluruh pengikutnya.
Ketauladanan menuntut
sebuah komitmen untuk mengikut. Sedangkan untuk mengikut kepada seseorang atau
sesuatu diperlukan pengetahuan tentangnya.
Dengan demikian, dan sesuai dasar
Ushul fiqh: "Maa laa yatimmu bihil waajibu illa bihii fahuwa wajibun"
(sesuatu yang hanya dengannya suatu kewajiban menjadi terlaksana, maka ia
menjadi wajib), maka mendalami sirah (sejarah hidup) Rasulullah adalah
merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar. Hanya dengan mengetahui sirah
Rasulullah SAW, kita mampu melakukan ketaatan yang benar serta mampu mengikuti
jejak langkah kehidupan Rasulullah dalam kehidupan ini.
Tak disangkal bahwa mispersepsi (kesalah fahaman) mengenai Rasulullah banyak terjadi, yang boleh jadi karena beberapa factor, yang dapat disebutkan antara lain, karena memang kebodohan akan Islam dan Rasululullah SAW, manipulasi informasi yang sesungguhnya khususnya oleh media massa, dan juga lebih karena disebabkan oleh sikap dan perilaku dari pengikut Muhammad SAW yang masih jauh dari suri tauladan beliau.
Salah satu kekeliruan faham yang
sering kita temui adalah bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok yang keras, kaku,
serta berwatak anti damai. Lebih jauh, watak ini ditafsirkan bahwa sesungguhnya
Islam itu telah disebarkan ke seluruh penjuru dunia dengan mata pedang. Tapi
betulkah bahwa Rasulullah SAW berwatak kasar serta anti damai perdamaian?
Betulkah pula bahwa Islam telah disebarkan dengan kekuatan pedang?
Mengawali respon kepada klaim
tersebut di atas, ada baiknya dimulai dengan beberapa kutipan dari para tokoh
dunia maupun cendekiawan yang justru dari pihak agama lain:
Mahatma
Gandhi (The Young Indian, 1924):
"I wanted to know the best of the life of one who holds today an
undisputed sway over the hearts of millions of mankind. I became more than ever
convinced that it was not the sword that won a place for Islam in those days in
the scheme of life. It was the rigid simplicity, the utter self-effecement, his
devotion to his friends and followers, his fearlessness and his absolute
devotion and trust in his Lord. These and not the sword carried everything
before them"
Sir George
Bernard Show (1936):
"If any religion had the chance of ruling over England and Europe within
the next hundred years, it could be Islam. I have always held the religion of
Muhammad in high estimation because of its wonderful vitality. It is the only
religion which appears to me to passes that assimilating capacity to the
changing phase of existence which can make itself appeal to every age. I have
studied him - the wonderful man and in my opinion far from being anti Christ,
he must be called the savior of humanity"
De Lacy
O'Leary (1923):
"History makes it clear, however, that the legend of fanatical Muslims
sweeping through the world and forcing Islam at the point of swords upon
conquered races is one of the most fantastically absurd myths that historians
have repeated".
Demikian beberapa kesaksian non
Muslim sekaligus tokoh terkenal tentang ketinggian budi dan kelembutan perilaku
serta jauhnya Rasulullah SAW dari tuduhan kekerasan dan anti perdamaian. Pada
intinya, banyak ahli yang sepakat bahwa Muhammad telah membawa ajaran yang
damai serta telah disampaikan ke penjuru alam dengan pendekatan damai, jauh
dari kekerasan dan pemaksaan seperti yang digambarkan selama ini. Bahkan
tuduhan penyebaran Islam dengan memakai pendekatan kekerasan/pemaksaan, dinilai
sebagai bentuk mitos yang sangat luar biasa.
M. Syamsi Ali
Posting Komentar