Menurut sejumlah cendekiawan, budaya konsumerisme yang mewabah
saat ini tidak terlepas dari perkembangan budaya kapitalisme yang menempatkan konsumsi
sebagai titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. Masyarakat
seakan-akan berlomba untuk menjadi manusia konsumtif.
Perilaku inipun tidak terlepas dari peran media massa. Iklan-iklan televisi, radio, media cetak termasuk iklan outdoor seakan-akan menghipnotis kita untuk masuk dan menjadi manusia konsumtif, lebih-lebih pembangunan fasilitas pembelanjaan diseluruh kota bertujuan untuk memanjakan masyarakat untuk berbelanja.
Tidak percaya, coba nyalahkan televisi, dipastikan kita hampir setiap hari akan melihat tayangan-tayangan iklan beraneka ragam guna menawarkan sebuah produk yang diproduksi, mulai sandang, pangan, hingga kartu telepon seluler sekalipun, termasuk hiburan seperti sinetron, musik, dan humor. Itu tidak lepas dari dukungan sponsor. Melalui iklan di media cetak maupun elektronik berbagai komoditas yang diproduksi dan dilempar ke ranah pasar.
Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat, bahkan memaksa masyarakat pada suatu kondisi dimana seolah-olah ‘hasrat’ mengkonsumsi lebih diutamakan.
Nafsu manusia memang seperti air. Tidak pernah terhenti untuk selalu mengalir. Namun bukan berarti kita tidak bisa menahannya. Ada baiknya kita mendengarkan kisah Khalifah Umar bin Khathab.
Perilaku inipun tidak terlepas dari peran media massa. Iklan-iklan televisi, radio, media cetak termasuk iklan outdoor seakan-akan menghipnotis kita untuk masuk dan menjadi manusia konsumtif, lebih-lebih pembangunan fasilitas pembelanjaan diseluruh kota bertujuan untuk memanjakan masyarakat untuk berbelanja.
Tidak percaya, coba nyalahkan televisi, dipastikan kita hampir setiap hari akan melihat tayangan-tayangan iklan beraneka ragam guna menawarkan sebuah produk yang diproduksi, mulai sandang, pangan, hingga kartu telepon seluler sekalipun, termasuk hiburan seperti sinetron, musik, dan humor. Itu tidak lepas dari dukungan sponsor. Melalui iklan di media cetak maupun elektronik berbagai komoditas yang diproduksi dan dilempar ke ranah pasar.
Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat, bahkan memaksa masyarakat pada suatu kondisi dimana seolah-olah ‘hasrat’ mengkonsumsi lebih diutamakan.
Nafsu manusia memang seperti air. Tidak pernah terhenti untuk selalu mengalir. Namun bukan berarti kita tidak bisa menahannya. Ada baiknya kita mendengarkan kisah Khalifah Umar bin Khathab.
Suatu ketika Umar pernah menghukum Amru bin
Ash, sang gubernur Mesir kala itu yang berbuat semena-mena terhadap seorang
rakyatnya yang miskin.
Seorang gubernur yang bertugas di Hamash, Abdullah bin Qathin pernah dilucuti pakaiannya oleh Umar. Sang khalifah menyuruh menggantinya dengan baju gembala. Bukan itu saja, si gubernur diminta menjadi penggembala domba sebenarnya untuk beberapa saat. Hal itu dilakukan Umar karena sang gubernur membangun rumah mewah buat dirinya. “Aku tidak pernah menyuruhmu membangun rumah mewah!” ucap Umar begitu tegas.
Dari kisah ini memberi pelajaran bahwa seorang pemimpin itu tentunya agar berpola hidup sederhana dan sesungguhnya dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW pernah bertutur, “Berhentilah kamu makan sebelum kenyang.” Artinya pola hidup konsumtif yang berlebihan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Seorang gubernur yang bertugas di Hamash, Abdullah bin Qathin pernah dilucuti pakaiannya oleh Umar. Sang khalifah menyuruh menggantinya dengan baju gembala. Bukan itu saja, si gubernur diminta menjadi penggembala domba sebenarnya untuk beberapa saat. Hal itu dilakukan Umar karena sang gubernur membangun rumah mewah buat dirinya. “Aku tidak pernah menyuruhmu membangun rumah mewah!” ucap Umar begitu tegas.
Dari kisah ini memberi pelajaran bahwa seorang pemimpin itu tentunya agar berpola hidup sederhana dan sesungguhnya dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW pernah bertutur, “Berhentilah kamu makan sebelum kenyang.” Artinya pola hidup konsumtif yang berlebihan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
DR HM Harry Mulya Zein (dimuat di Republika)
Posting Komentar