“Dan Kami turunkan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagi manfaan bagi manusia.”
(QS. Al-Hadid (57) : 25)
Para ulama klasik, dan bahkan ulama modern, menjelaskan katan ‘anzalna’
(Kami turunkan, Kami wahyukan) dengan ‘khalaqna’ (Kami ciptakan). Mereka tahu
bahwa biji besai diambil dari dalam perut bumi, dan tidak bisa mengatakan bahwa
besi turun atau diturunkan dari atas bumi.
Para ilmuwan telah mengungkapkan fakta bahwa besi bisa ditemukan tidak saja
di bumi tetapi juga pada matahari, beragam bintang, dan seluruh antariksa.
Lebih jauh lagi, para ilmuwan muslim mengetahui bahwa satu atom besi-pun tidak
mungkin tercipta di bumi, dengan energi yang sangat panas dari dalam bumi
sekalipun. Untuk menghasilkan satu atom besi (hadid) diperlukan energi yang
lebih besar daripada energi (panas) matahari. Menurut Teori Nucleosynthesis,
satu-satunya tempat di jagat raya yang panasnya memadai untuk menghasilkan besi
adalah sebuah bintang raksasa yang kemudian meledak dan menghamburkan unsur
besi ke seluruh semesta.
Donald Clyaton, Professor dari California Institute of Technology, menulis :
.”… Peleburan unsur-unsur yang lebih ringan menghasilkan suatu energi bintang.
Namun, ketika besi menjadi bahan bakar inti bintang, ia tidak lagi menghasilkan
energi – ia malah kehabisan energi. Ketika ini terjadi, yang hanya terjadi pada
sebuah bintang luar biasa besar, pada titik tertentu inti bintang akan
mengempis dan menghasilkan ledakan besar yang dikenal dengan supernova, di mana
semua lapisan luarnya berhamburan ke segala penjuru semesta dengan kecepatan
yang tak terbayangkan. Dalam proses ini, semui jenis reaksi nuklir pun terjadi,
yang mempersatukan unsur-unsur tertinggi dalam tabel berkala, seperti plutonium
atau yang lebih tinggi. Inilah yang diyakini oleh para fisikawan antariksa
sebagai proses yang “menyemai” awan bintang di berbagai galaksi yang memiliki
unsur yang lebih berat – unsur-unsur yang pada tahap tertentu memadat selama
masa-masa pembentukan planet, seperti bumi, dan dari sana muncullah kehidupan.”
Ini mempertegas kenyataan bahwa besi tidak tercipta di bumi, seperti Allah
firmankan, “Dan Kami turunkan besi” ke bumi. Mereka yang hidup 1400 tahun yang
lalu tidak mungkin mengetahui bahwa besi bukan unsur yang tercipta di bumi
melainkan turun ke bumi dari luar angkasa. Fakta ini merupakan contoh
pengetahuan yang Allah berikan kepada Rasulullah SAW dalam Al-Quran dan hadist.
Di samping I’jaz al-ilmi (kemukjizatan ilmu al-Quran), ada juga al-ijaz
al-raqmi, yaitu numerologi al-Quran yang menajubkan. Dalam al-Quran terdapat
bayak contoh angka yang menunjukkan sesuatu yang kemudian terungkap oleh ilmu
pengethuan.
Jumlah atom (jumlah proton dalam intin) besia adalah 26. Biasanya terapat
empat isotop besia dengan berat atom 54, 56, 57 dan 58. Isotop besi 56
merupakan jenis besi yang paling banyak di bumi. Surat al-Quran ke-57
kemungkinan merupakan isotop besi terbanyak di alam raya. Dalam surah ini, kata
‘besi’ muncul pada ayat ke-25. Semua surah dalam al-Quran (kecuali satu surah)
dimulai dengan basmallah, dan ia dipandang oleh banyak ulama sebagai sebuah
ayat. Jika basmalah dihitung sebagai ayat, maka ayat yang menyebutkan kata
‘besi’ berada pada nomor 26, angka yang sama dengan jumlah atom besi. Surah
al-Hadid sendiri terdiri atas 29 ayat, tetapi juka ditambah dengan basmalah,
jumlah seluruh ayatnya menjadi 30, angka yang sama dengan jumlah neutron dalam
besi.
Beberapa ilmuwan non-muslim terkejut dengan korelasi yang akurat itu.
Gara-gara mendengar ayat al-Quran tentang besi ini, beberapa ilmuwan bahkan
telah masuk Islam. Orang yang hidup 1400 tahun yang lalu rasanya tak mungkin
dapat mengetahui bahwa besi tidak tercipta di dalam bumi melainkan diturunkan
ke bumi dari luar angkasa, mengetahui jumlah proton secara tepat (bahkan
sebelum proton ditemukan), dan juga mengetahui berat atom besi yang paling
dominan di alam semesta, dan kemudian menggunakan jumlah-jumlah tersebut untuk
meletakkan dengan akurat penomoran ayat al-Quran (QS 57:25) yang menyinggung
besi dalam sebuah surah bernama al-Hadid, Besi.
Sebelum wafat, Rasulullah SAW memanggil para sahabat dan memerintahkan
mereka untuk meletakkan ayat dan surah dalam urutan tertentu, sementara surah
al-Hadid pada urutan ke-57. Meskipun besi 56 adalah jenis besi yang paling
banyak ditemukan di bumi, Rasulullah SAW ternyata memilih surat ke-57 sebagai
surah yang menyebutkan tentang besi dan al-Quran. Besi 57 merupakan jenis besi
yang palin dominan di antariska, dan Rasulullah SAW kembali memperlihatkan
kepada para ilmuwan modern dan seluruh manusia bahwa petunjuk yang ia peroleh
melampaui batas pengetahuan yang mungkin dicapai oleh manusia biasa.
Pengetahuan tersebut merupakan wahyu Allah SWT bagi seluruh manusia melalui
Rasul-Nya yang terkasih dan ayat tersebut hanyalah satu dari contoh
kemukjizatan al-Quran dan kesempurnaan risalah Rasulullah SAW.
Al Sukmana
Posting Komentar