Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Kebiasaan Sahabat Yang Tak Pernah Diperintahkan dan Dilakukan Nabi SAW

Kebiasaan Sahabat Yang Tak Pernah Diperintahkan dan Dilakukan Nabi SAW

Suatu hal yang harus kita sadari dan kita terima dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih, bahwa tidak semua amal kebaikan yang ditinggalkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu tidak baik dan tidak dianjurkan. Bahkan justru yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak sekali amal kebaikan yang ditinggalkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebanarnya amalan tersebut sangat baik dan dianjurkan. Sebagai contoh, marilah kita perhatikan hadits berikut ini:

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ، ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﺍﻧْﻄَﻠَﻖَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺒُﻮﻝُ، ﻓَﺎﺗَّﺒَﻌَﻪُ ﻋُﻤَﺮُ ﺑِﻤَﺎﺀٍ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ‏« ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﺎ ﻋُﻤَﺮُ؟ ‏» ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎﺀٌ، ﻗَﺎﻝَ : ‏« ﻣَﺎ ﺃُﻣِﺮْﺕُ ﻛُﻠَّﻤَﺎ ﺑُﻠْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃَﺗَﻮَﺿَّﺄَ، ﻭَﻟَﻮْ ﻓَﻌَﻠْﺖُ ﻟَﻜَﺎﻧَﺖْ ﺳُﻨَّﺔً »

“Aisyah berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi untuk buang air kecil. Lalu Umar mengikutinya dengan membawakan air. Baginda bertanya: “Apa ini wahai Umar?” Ia menjawab: “Air.” Baginda bersabda: “Aku tidak diperintahkan untuk berwudhu’ setiap aku buang air kecil. Seandainya aku lakukan, maka hal ini akan menjadi sunnah.” (HR Abu Dawud [42] dan Ibnu Majah [327]. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Hafizh al-‘Iraqi dan tokoh Wahabi, Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shaghir [5551] dan dalam tahqiq Misykat al-Mishabih [368]).

Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan wudhu’ setiap buang air kecil, karena kasihan kepada umatnya. Karena apabila hal tersebut dilakukan oleh baginda, maka akan menjadi kewajiban bagi umatnya. Meskipun demikian, bukan berarti berwudhu’ setiap kedatangan hadats kecil tidak dianjurkan. Dalam hadits shahih berikut ini diriwayatkan.

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃَﻥَّ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺒِﻼَﻝٍ ﻋِﻨْﺪَ ﺻَﻼَﺓِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ : ‏« ﻳَﺎ ﺑِﻼَﻝُ ﺣَﺪِّﺛْﻨِﻲْ ﺑِﺄَﺭْﺟَﻰ ﻋَﻤَﻞٍ ﻋَﻤِﻠْﺘَﻪُ ﻓِﻲ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻓَﺈِﻧِّﻲْ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺩُﻑَّ ﻧَﻌْﻠَﻴْﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ‏» ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖُ ﻋَﻤَﻼً ﺃَﺭْﺟَﻰ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﻣِﻦْ ﺃَﻧِّﻲْ ﻟَﻢْ ﺃَﺗَﻄَﻬَّﺮْ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ ﻓِﻲْ ﺳَﺎﻋَﺔٍ ﻣِﻦْ ﻟَﻴْﻞٍ ﺃَﻭْ ﻧَﻬَﺎﺭٍ ﺇِﻻَّ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﻄَّﻬُﻮْﺭِ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟِﻲْ . ﻭَﻓِﻲْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔٍ : ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺒِﻼَﻝٍ : ‏« ﺑِﻢَ ﺳَﺒَﻘْﺘَﻨِﻲْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺃَﺫَّﻧْﺖُ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻨِﻲْ ﺣَﺪَﺙٌ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺗَﻮَﺿَّﺄْﺕُ ﻭَﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﻥَّ ﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻲَّ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‏« ﺑِﻬِﻤَﺎ ‏» ﺃَﻱْ ﻧِﻠْﺖَ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﻤَﻨْﺰِﻟَﺔَ ‏» . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ .

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Bilal ketika shalat fajar: “Hai Bilal, kebaikan apa yang paling engkau harapkan pahalanya dalam Islam, karena aku telah mendengar suara kedua sandalmu di surga?”. Ia menjawab: “Kebaikan yang paling aku harapkan pahalanya adalah aku belum pernah berwudhu’, baik siang maupun malam, kecuali aku melanjutkannya dengan shalat sunat dua rakaat yang aku tentukan waktunya.” Dalam riwayat lain, baginda shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bilal: “Dengan apa kamu mendahuluiku ke surga?” Ia menjawab: “Aku belum pernah adzan kecuali aku shalat sunnat dua rakaat setelahnya. Dan aku belum pernah hadats, kecuali aku berwudhu setelahnya dan harus aku teruskan dengan shalat sunat dua rakaat karena Allah”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Dengan dua kebaikan itu, kamu meraih derajat itu” (HR al-Bukhari (1149), Muslim (6274), al-Nasa’i dalam Fadhail al-Shahabah (132), al-Baghawi (1011), Ibn Hibban (7085), Abu Ya’la (6104), Ibn Khuzaimah (1208), Ahmad (5/354), dan al-Hakim (1/313) yang menilainya shahih).

Dalam hadits di atas ada beberapa kebiasaan Sayyidina Bilal radhiyallahu ‘anhu:


1) Setiap selesai adzan pasti menunaikan shalat sunnah dua rakaat


2) Setiap wudhu’nya batal, pasti langsung berwudhu’


3) Setiap selesai wudhu’, pasti menunaikan shalat sunnah dua rakaat.

Tiga kebiasaan Sayyidina Bilal tersebut belum pernah diajarkan maupun dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ternyata ketika baginda diberitahukan tentang hal tersebut, baginda justru membenarkan dan mengakui bahwa hal tersebut telah mengantarnya menjadi orang yang dijamin akan masuk surga. 

Berdasarkan hadits di atas al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari (3/34) menjelaskan, bahwa hadits di atas memberikan faedah bolehnya berijtihad dalam menentukan waktu ibadah, karena Bilal memperoleh derajat tersebut berdasarkan ijtihadnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membenarkannya.

Berdasarkan paparan di atas, maka apabila umat Islam melakukan suatu kebaikan yang belum pernah dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ada orang yang mempertanyakan, "apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakannya?", maka pertanyaan inilah sebenarnya yang keliru. 



Ust. M. Idrus Ramli
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger