Aisyah radhiyallahu ‘anha
pernah ditanya: “Apakah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam di dalam rumah?” Ia
radhiyallahu ‘anha
menjawab: “Beliau
shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah
susu dan melayani diri beliau sendiri.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Demikianlah contoh sebuah ketawadhu’an dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak
memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah
tangga. Seorang hamba Allah yang terpilih tidaklah segan atau gengsi
mengerjakan hal itu semua.
Melihat Hadits tersebut, menjadi renungan bagi suami-istri
dalam menjalankan kehidupan rumah tangga, Salah satu hal yang sering menjadi
sumber konflik adalah pekerjaan rumah tangga, bagi ibu rumah tangga yang
suaminya bekerja ataupun suami-istri yang masing-masing berkarir untuk
kebutuhan hidup.
Di zaman ini, kebanyakan suami seolah-olah enggan untuk
membantu istrinya dalam pekerjaan rumah tangga seperti mencuci baju, piring,
mengepel lantai, menyapu atau perkejaan lainnya. Hal ini mungkin bisa dimaklumi
seandainya istrinya seorang ibu rumah tangga dan melakukan segala kegiatan
dirumah, dan semua pekerjaan rumah bisa diurus dengan baik oleh istri.
Tapi tidak berarti jika istri tidak bekerja tau hanya ibu
rumah tangga lalu suami tak mau/tak perlu membantu atau merasa urusan rumah
tangga bukanlah urusannya. Pasalnya para pria atau suami biasanya menganggap
pekerjaan rumah tangga adalah urusan perempuan/istri dan bukan menjadi
tanggungjawab atau kewajiban suami.
Masalah muncul ketika suami dan istri sama-sama sibuk dengan
pekerjaan diluar dan pekerjaan rumah terbengkalai karena istri sulit membagi
waktunya dan istri selalu menjadi sasaran kesalahan karena kondisi rumah yang
tak terurus. Alangkah baiknya seandainya suami istri yang sibuk bisa
menggunakan alternatif-alternatif berikut:
1. Mempekerjakan pembantu rumah tangga.
Pekerjakan pembantu rumah tangga yang telaten dan berprilaku
baik, jangan sampai adanya pembantu malah membuat konflik baru, bila tidak
terlalu membutuhkan, bisa mempekerjakan hanya PRT part time yang tidak menginap
dirumah, ini juga bisa mengirit budget untuk ruang pembantu.
2. Gunakan teknologi yang mempercepat pekerjaan rumah tangga
Seandainya mempekerjakan pembantu rumah tangga tidak
memungkinkan, kita bisa membeli peralatan yang membuat pekerjaan rumah tangga
lebih mudah dan cepat, seperti mesin cuci untuk mencuci, pompa air untuk air,
pencuci piring otomatis, dan lain-lain.
3. Membagi Tugas antara Suami dan Istri
Bila kedua opsi di atas tidak memungkinkan atau keuangan
tidak mencukupi, Tak ada salahnya suami-istri bisa membagi tugasnya dalam
pekerjaan rumah tangga, termasuk mengajarkan dan membiasakan anak-anak
membereskan kamar tidur mereka, mencuci piring setelah selesai makan,
membereskan buku-buku setelah mengerjakan tugas. Sedangkan untuk pekerjaan
lainnya bisa berbagi tugas antara istri, suami dan anak-anak.
Ingat, suami jangan merasa gengsi, malu atau merasa tak
memiliki harga diri karena membantu pekerjaan rumah tangga. Saat ini banyak
suami yang pandai memasak dan itu menjadi nilai tambah kecintaan istri dan
anak-anak pada suami/ayah. Sementara bagi istri yang turut membantu dalam
mencari nafkah, istripun jangan sampai merasa sombong atau tinggi harga diri
sehingga tidak menghormati dan menghargai suaminya lagi.
Maka, tak ada kata tabu bagi seorang suami untuk melakukan
pekerjaan rumah. Justru kepedulian uluran tangan suami akan menambah rasa kasih
dan sayang seorang istri.
Ust. Dzulfi Idris

Posting Komentar