Di Indonesia qadha dan qadar seringkali dipahami secara sederhana sebagai takdir atau ketentuan Allah. Takdir sendiri tidak hanya berkisar tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kematian dan kekinian, takdir berdasarkan waktunya ada empat macam:
1. Takdir Umum (Takdir Azali).
Takdir yang meliputi segala sesuatu dalam lima
puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Di saat Allah SWT
memerintahkan al-Qalam (pena) untuk menuliskan segala sesuatu yang terjadi dan
yang belum terjadi sampai hari kiamat. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut
ini.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(al-Hadiid: 22)
“Allah-lah yang telah menuliskan takdir segala makhluk sejak lima puluh ribu
tahun sebelum diciptakan langit dan bumi. Beliau bersabda, ‘Dan ‘Arsy-Nya
berada di atas air.” (HR Muslim)
2. Takdir Umuri.
Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal
penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan) dan bersifat
umum. Takdir ini mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan. Hal ini
didasarkan sabda Rasulullah SAW. berikut ini:
“…Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk meniupkan
ruhnya dan mencatat empat perkara: rizki, ajal, sengsara, atau bahagia... .”
(HR Bukhari)
3. Takdir Samawi.
Yaitu takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar
setiap tahun. Perhatikan firman Allah berikut ini, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (ad-Dukhaan: 4-5)
Ahli tafsir menyebutkan bahwa pada malam itu dicatat dan ditulis semua yang
akan terjadi dalam setahun, mulai dari kebaikan, keburukan, rizki, ajal, dan
lain-lain yang berkaitan dengan peristiwa dan kejadian dalam setahun. Hal ini
sebelumnya telah dicatat pada Lauh Mahfudz.
4. Takdir Yaumi.
Yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang
akan terjadi dalam satu hari; mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan,
mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan lain sebagainya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah, “Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia
dalam kesibukan.” (ar-Rahmaan: 29)
Takdir umuri, samawi dan yaumi semuanya merujuk kepada takdir azali yang telah
tertulis di lauhul mahfudz.
Lazuardi Birru
Posting Komentar