Para Nabi merupakan hamba-hamba Allah yang dipilih-Nya, mereka mendapatkan
wahyu dari Allah berupa Syari’at, namun para Nabi tidak diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu ini kepada umat. Adapun Para Rasul, diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu yang mereka dapatkan kepada umatnya.
Allah SWT memilih hamba-hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikan
risalah-Nya, tentang tauhid, mengesakan Allah.
Keyakinan kita dalam beriman kepada para Rasul; yakni meyakini dan
membenarkan bahwasanya Allah SWT telah mengutus semua Rasul sebagai pemberi
petunjuk bagi makhluk-Nya, sebagai penyempurna bagi kehidupan dunia dan akhirat
mereka. Sungguh para Rasul berlaku jujur terhadap segala hal yang mereka
sampaikan dari Allah SWT, mereka telah menyampaikan segala perintah yang memang
Allah perintahkan untuk disampaikan.
Tiada Rasul yang tidak Fathonah (cerdas), terjaga dari kelemahan dan
kekurangan, ma’shum dari segala dosa kecil maupun besar baik sebelum
ataupun setelah kenabian mereka, namun tak terlepas dari diri para rasul
sifat-sifat kemanusiaan.
Di dalam hadits Baginda Nabi, dalam Al-Mustadrak Imam Hakim dan
HR.Bayhaqi, disebutkan bahwa jumlah keseluruhan Nabi ada 124.000, sedangkan di
antara mereka terdapat 313 Rasul. Namun kita hanya wajib mengetahui secara
terperinci 25 di antara mereka, sebagaimana nama-nama mereka disebutkan di
dalam Al-Quran Al-Kariim, yakni:
1. Adam, 2. Idris, 3. Nuh, 4. Hud,5.
Sholeh 6. Ibrohim, 7. Luth, 8. Isma’il,9. Ishaq, 10.
Ya’qub’,11. Yusuf’,12. Ayyub,13. Syu’aib, 14. Musa,15.
Harun,16. Dawud, 17. Sulayman, 18. Yunus,19.
Zakariyya, 20. Yahya,21. ‘Isa, 22. Ilyas,23. Yasa’,
24. Dzulkifli, 25. Muhammad SAW
Adapun, empat di antaranya masih khilaf di antara para ulama tentang
kenabian mereka, yakni ’Uzayr, Dzulqornayn, Luqman dan Khidhir. Shalawaatullah
wa salaamuhu ‘alaihim ajma’iin..
5. Beriman Kepada Hari Akhir
Meyakini akan datangnya hari akhir, yakni Hari Kiamat. Termasuk pula dalam
pengertian Hari Kiamat, yakni meyakini;
Al-Ba’ts (Hari Dibangkitan Manusia); adalah hari dibangkitkannya
seluruh manusia dari kubur masing-masing dengan jasadnya masing-masing. (QS.Al-Anbiya:104)
Al-Khasyr (Hari Dikumpulkannya Manusia); merupakan hari digiring
dan dikumpulkannya manusia di suatu tempat untuk dihisab dan menghadap Allah SWT.
( QS.Al-Ghosyiyah:25-26)
Al-Miizaan (Hari Ditimbangnya Amal Perbuatan Manusia); barangsiapa
beramal sekecil atom, maka dia pasti akan mendapatkan ganjarannya. Barangsiapa
bermaksiat sekecil atom maka ia pun PASTI akan mendapat balasannya. Barangsiapa
berat timbangan amal sholehnya, maka surge merupakan tempat kembalinya. (QS.Al-A’rof:8-9)
As-Shiroth (Saat Manusia Melewati Titian); yakni saat setiap manusia
bergiliran melewati titian yang membentang di atas kobaran api neraka menuju
surga, semua manusia tiada terkecuali. (QS.Maryam:71)
Haudhin Nabiy (Telaga Nabi Muhammad SAW); yakni telaga yang
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman sejenak sebelum memasuki surganya
Allah SWT.
Al-Jannah (Surga); yakni tempat segala ganjaran dan keridhaan Allah
atas hamba-hamba-Nya yang beriman. Berbagai rupa kenikmatan di dalamnya, namun
kenikmatan puncak, tertinggi, di dalam surga adalah Perjumpaan Dengan Allah SWT.
Adapun surga memiliki tingkatan-tingkatan tertentu, yakni Al-Firdaus (bagi
para Nabi dan Utusan, serta hamba-hamba Allah yang shalih), Al-Ma-wa, Al-Chuld, An-Na’im, ‘Adn, Darussalaam, Darul
Jalalah.
An-Naar (Neraka); liang-liang neraka yang merupakan tempat segala
siksa dan murka-Nya berlapis tujuh pula, yakni; Jahannam, Ladzo,
AlKhuthomah, As-Sa’iir, Saqarr, Al-Jakhiim, Al-Haawiyah.
Wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap apa yang akan menimpa kita di
alam kubur, pertanyaan kubur serta nikmat dan siksa kubur. Wallaahu A’lam
6. Beriman Kepada Ketentuan Allah SWT
Beriman kepada Qodar berarti meyakini dan membenarkan bahwa Allah SWT.
telah menentukan kebaikan ataupun keburukan terdahulu sebelum Ia
menciptakan makhluk-Nya. Segala yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT.
Segala perbuatan hamba, baik itu yang disengaja ataupun tidak, semuanya
merupakan ciptaan Allah SWT.
Akan tetapi,
setiap hamba diwajibkan untuk ikhtiyar, mengusahakan ibadah dan kebaikan serta
menghindari maksiat dan kejelekan, yang pada akhirnya disebut Kasb. Bila
ternyat terwujud ikhtiyarnya, maka sungguh, itu merupakan kecocokan
keinginannya dengan ketentuan dan kehendak Allah, adapun bagi orang yang
mempergunakan kesempatan Kasb-nya untuk bermaksiat, maka sungguh, tiada
keridhaan Allah atas dirinya, maka jatuhlah atasnya kepastian (Qodho)
berupa murka Allah SWT. ( QS. Al-Qomar:49; QS. Az-Zumar:7 )
Dinukil dari kitab karangan Al-Amil Al-Faqih Al-Murabbi Al-Habib Zain bin
Ibrahim bin Smith Al-‘Alawiy yang berjudul “Syarah Hadits Jibril: Hidayatut Thalibin fi Bayani Muhimmatid Diin” oleh Ribat Nurul Hidayah

Posting Komentar