Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Agama Kau Jadikan Untuk Menumpuk Uang Bag. 2

Agama Kau Jadikan Untuk Menumpuk Uang Bag. 2

Hai orang yang alpa, kembalilah pada yang menghendakimu dan carilah yang mencarimu. Cintailah yang mencintaimu. Sibuklah dengan Dzat yang rindu kepadamu.

Dengarkan firmanNya, “Dia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya..” (Al-Maidah 54).

Maksudnya, “Aku lebih rindu untuk bertemu dengan kalian…” Allah telah menciptakanmu untuk ibadah padaNya, karena itu jangan main-main. Dia menghendakimu agar beserta denganNya, karenanya jangan sibuk dengan selainNya.

Jangan mencintai siapapun selain mencintaiNya, cinta yang penuh kasih, sayang dan lembut. Boleh mencintai selainNya hanya sebagai cinta nafsu. Tapi cinta hati, tidak boleh selain kepadaNya, begitu juga cinta sirri (rahasia hati paling dalam), tidak boleh kecuali kepadaNya.

Nabi Adam as, ketika mulai mencintai syurga dan posisi di syurga, tiba-tiba ia berpisah denganNya dan ia dikeluarkan dari syurga, melalui cara memakan buah (khuldi). Begitu juga ketika hatinya mulai cinta dengan Siti Hawa’, tiba-tiba malah berpisah dengan Siti Hawa’ dalam jarak tiga ratus tahun perjalanan. Adam as di Sarnadib sedangkan Siti Hawa di Jeddah.

Nabi Ya’qub as, ketika mulai sayang sekali pada puteranya Nabi Yusuf as, maka Allah memisahkan keduanya. Begitu juga Nabi kita Muhammad Saw, ketika ada sedikit pesona kepada isterinya Aisyah, tiba-tiba Allah memberlakukan takdir cobaan berupa tuduhan dan berita bohong dari orang munafiq yang menimpa Aisyah, berhari-hari Rasul Saw, tidak melihat Aisyah.

Maka sibukkah hatimu bersama Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan yang lainNya. Jangan merasa mesra dengan selainNya. Jadikan makhluk itu tetap di luar hatimu, sebagai bagian dari upaya menuju kepadaNya. 

Hai orang-orang yang bergelimang kebatilan, hai orang-orang pemalas, hai orang-orang yang tak pernah datang kepadaku, jika anda menerima dariku dan mengamalkan atas ucapanku, maka semua akan kembali bagimu. Jika kalian tidak mengamalkan, maka itu juga resiko kalian akan mendapatkan amarah dan keterhalangan dengan Allah.

Allah Ta’ala sudah berfirman, “Baginya apa yang telah dilakukan, dan (resiko) pada apa yang dilakukannnya..” (Al-Baqarah 286).

“Bila kalian berbuat baik, maka kebaikan itu kembali pada kalian. Bila kalian berbuat buruk, juga kembali kepadamu.” (Al-Isro 7)

Itulah esok akan bertemu pahalanya amal di syurga, sedangkan siksaan amal buruk akan bertemu di neraka. 

Nabi saw, bersabda, “Berilah makan pada orang-orang yang taqwa, dan berikanlah pakaianmu kepada orang-orang beriman.”

Jika engkau memberikan sajian makan kepada orang yang taqwa dan anda membantu urusan dunianya, berarti anda adalah kawan orang yang taqwa, dalam hal amaliyahnya, dan bahkan sama sekali pahalanya tidak berkurang. Karena anda telah ikut menolong dan meraih tujuannya dan ikut mempercepat jalannya menuju Tuhannya Azza wa-Jalla.

Namun jika engkau menyajikan makanan pada orang munafiq, kepada orang yang suka riya’, suka maksiat, dan menolong masalah dunianya, berarti anda adalah kawannya dan keburukannya kembali padamu.
 
Hai orang bodoh, belajarlah. Jangan sampai anda beribadah tanpa ilmu. Tidak ada kebaikan sedikit pun dalam keyakinan tanpa ilmu. Raihlah ilmu dan amalkan, maka anda akan bahagia dunia dan akhirat. Kalau anda tidak sabar untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmu bagaimana anda bahagia? Ilmu itu ketika diberikan, justru kita akan mendapatkan keuntungannya padamu.

Sebagian Ulama – semoga Allah merahmatinya – ditanya, “Bagaimana anda meraih pengetahuan yang anda miliki?” Ia menjawab, “Melalui upaya  seperti  bangau di pagi hari yang sudah terbang, seperti kesabaran unta, seperti semangat  babi dan hasrat setia anjing. Sejak dini aku mendatangi pintu-pintu Ulama, seperti semangat diniharinya bangau untuk terbang, aku bersabar terhadap beban-beban seperti kesabaran unta memikul beban. Aku semangat mencari ilmu seperti semangatnya babi  yang rakus pada makanan, dan aku dengan penuh kesetiaan menghamba pada pintu  seperti anjing pada tuannya yang berharap memberikan makanan.”

Hai pencari pengetahuan dengarkanlah makalah sang alim itu, amalkanlah, jika engkau berkehendak terhadap ilmu dan kebahagiaan. Ilmu itu kehidupan, dan kebodohan adalah kematian.

Orang alim yang mengamalkan ilmunya, yang ikhlas dalam beramal, yang sabar dalam mengajar demi kebenaran Tuhannya azza wa-Jalla, tak akan pernah mati. Karena kalau dia mati, ia bertemu Tuhannya Azza wa-Jalla dan abadi hidup bersamaNya.

Ya Allah limpahilah kami rezeki pengetahuan dan ikhlas di dalamnya.




Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani (Majalah Cahaya Sufi)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger