Najis adalah sesuatu yang dapat menghalangi keabsasan
sesuatu perbuatan. Dapat mempengaruhi ibadah hingga akad muamalah seseorang.
Contoh mempengaruhi ibadah adalah tidak sah shalat seseorang yang dibadannya,
atau pakaiannya atau tempat shalatnya ada najis. Suci dari najis menjadi syarat
sah dalam banyak ibadah. Seperti ibadah shalat, thawaf, wudhu, tayammum, mandi
janabah, dan lainnnya, ketika najis ada di media bersuci.
Contoh najis mempengaruhi ibadah muamalah adalah batal atau
rusaknya akad jual beli benda najis. Ketika ada seseorang menjual benda najis.
Menjadi syarat sahnya jual beli, objek akad atau barang yang dijual adalah
bukan barang najis.
Dalam Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah Bi Al-Qahirah, Mu’jam
AlWashith, jilid 02 hal. 903 dijelaskan bahwa Najis dalam bahasa Arab disebut
dengan annajasah (سة َجاَالن) yang bermakna
al-Qadzarah (ة َ ار َ
ذ َ ,(الق
yaitu kotoran. )تنجس( ء شي ال
صار نجسا وتلطخ بالقذر
Suatu benda yang terkena najis maka dia menjadi najis dan menjadi kotor.
Adapun definisi najis menurut para ulama fiqih adalah
sebegai berikut:
a. Madzhab Asy-Syafi’iyah
مستقذر يمنع صحة
الصالة حيث ل مرخص
Sesuatu yang dianggap kotor, yang menghalangi sahnya shalat,
dimana dia tidak bisa ditoleransi. (Asy-Syarbini Al-Khatib, Al-‘Iqna’, jilid 01
hal. 122)
b. Madzhab Al-Malikiyah
صفة حكمية توجب
لموصوفها منع استباحة الصالة
به أو فيه
Sifat hukum yang mengharuskan sesuatu yang disifatinya
terhalang dari bolehnya shalat karena terkena dia atau ada dia. (Ad-Dardir,
Asy-Syarhu Al-Kabir, jilid 01 hal. 32 )
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa, yang dimaksudkan najis oleh para ulama adalah sesuatu yang keberadaannya
dapat menghalangi sahnya shalat. Dengan demikian, shalat dianggap sah jika
tempat, pakaian dan orang yang melaksankannya terbebas atau suci dari najis.
Ustdh. Isnawati (Rumah Fiqih)

Posting Komentar