Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Ritual Ibadah Haji Dan Pengaruhnya Terhadap Karakter Bangsa (2)

Ritual Ibadah Haji Dan Pengaruhnya Terhadap Karakter Bangsa (2)

Ketiga, Islam membangun tatanan sosial yang adil di tengah-tengah masyarakat manapun.
Keadilan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang harus diwujudkan. Terdapat banyak sekali ayat-ayat al Qur’an yang memerintahkan ummatnya agar berbuat adil. Bahwa sebelum nabi Muhammad diutus sebagai rasul, masyarakat Arab terdiri atas kabilah atau suku-suku yang beraneka ragam. Antar suku saling berebut sumber-sumber ekonomi, pengaruh atau kekuasaan. Mereka yang kuat akan memenangkan perebutan itu, hingga menguasai sumber-sumber kebutuhan hidup.

Dalam perebutan itu, mereka yang kalah, yaitu rakyat biasa bukannya ditolong melainkan justru ditindas dan bahkan dijadikan budak. Perbudakan sebagai sumber ketidak adilan ketika itu, berkembang luar biasa. Orang disamakan dengan binatang, yaitu dijual belikan di pasar-pasar. Harkat dan martabat manusia menjadi tidak ada harganya, sebagai akibat nafsu berkuasa dan menguasai sumber-sumber ekonomi itu. Dalam kondisi seperti itu, Nabi Muhammad datang untuk membangun tatanan sosial yang adil dan bermartabat itu.

Keempat, Islam memberikan tuntunan tentang bagaimana kegiatan ritual seharunya dilakukan oleh setiap muslim. Kegiatan ritual yang dimaksudkan itu, seperti berdzikir, shalat, puasa, haji dan lain-lain-lain. Kegiatan itu sangat penting untuk membangun kekuatan spiritual bagi mereka yang menjalankannya. Melalui kegiatan ritual itu, maka terbangun komunikasi antara manusia dengan Dzat Yang Maha Pencipta. Dengan kegiatan ritual itu pula maka terbangun sikap mulia seperti rendah hati, sabar, ikhlas, amanah, peduli sesama, saling mencintai dan lain-lain.

Kegiatan ritual dalam Islam sedemikian penting, sehingga untuk mendapatkan kesempurnaannya menjadikan banyak orang berdebat tentang bagaimana kegiatan ritual itu dijalankan secara tepat. Maksudnya adalah baik, agar kegiatan yang dilakukan persis sama dengan yang dilakukan oleh Rasulullah. Namun keinginan yang berlebihan itu, menjadikan banyak pihak rela berdebat dan bahkan bertikai sehingga mengakibatkan ummat berpecah belah menjadi berbagai aliran atau kelompok untuk mencari cara yang paling tepat dalam menjalankan kegiatan ritual itu. Berbagai aliran dan organisasi sosial keagamaan yang ada di mana-mana adalah selalu terkait dengan perbedaan-perbedaan dalam menjalankan kegiatan ritual.

Padahal sebenarnya, perbedaan dalam kegiatan ritual sudah ada atau telah terjadi sejak zaman Rasulullah. Perbedaan itu ternyata juga terjadi dalam berbagai kasus. Misalnya, dalam pelaksanaan shalat. Sementara sahabat merasa cukup, shalat dengan tayammum tatkala tidak ada air. Namun sahabat lain berpandangan bahwa harus disempurnakan lagi tatkala ditemukan air. Perbedaan juga terkait dengan pelaksanaan ibadah haji, dan lain-lain. Setiap menghadapi persoalan yang terkait dengan perbedaan pelaksanaan ritual itu, nabi selalu bersikap arif, yaitu mengedepankan persatuan. Jika ada perbedaan, Nabi membenarkan apa yang telah dilakukan oleh para sahabatnya. Dengan cara itu maka, persatuan dan kesatuan di antara para sahabat selalu berhasil dipelihara.

Kelima, adalah konsep amal shaleh. Amal secara sederhana bisa diartikan bekerja, sedangkan shaleh artinya adalah lurus, benar, tepat atau sesuai. Maka amal shaleh sebenarnya bisa diartikan, bekerja secara profesional. Dengan beramal shaleh maka artinya adalah bahwa setiap perbuatan kaum muslimin harus dilakukan secara baik, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional akan mendatangkan hasil maksimal.

Umpama misi Islam itu berhasil diimplementasikan oleh ummatnya, sehingga ummat Islam menjadi kaya ilmu, meraih pribadi unggul, berada pada tatanan sosial yang adil, menjalankan kegiatan ritual secara sempurna untuk membangun spiritual dan pekerjaan selalu ditunaikan secara profesional, maka ummat Islam akan meraih kemajuan yang luar biasa. Namun sayangnya, dari kelima misi Islam tersebut, oleh sementara kaum muslimin, baru ditangkap pada aspek ritualnya. Sedangkan aspek lainnya belum dipandang sepenuhnya sebagai bagian dari Islam. Oleh karena itu, menjadi wajar manakala selama ini, ummat Islam masih belum meraih kemajuan sebagaimana yang selama ini diharapkan. Sebab, Islam baru dipandang sebagai kegiatan ritual belaka.

Oleh karena itu, agar Islam menjadi kekuatan untuk membangun prilaku dan karakter bangsa secara utuh, maka ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad harus dipahami secara utuh pula. Islam harus dipahami sebagai ajaran yang setidaknya, membawa kelima misi besar sebagaimana dikemukakan di muka. Islam semestinya tidak saja dipahami sebagai agama, melainkan juga sebagai konsep tentang peradaban unggul. Konsep tersebut harus diperkenalkan melalui pendidikan secara terus menerus, agar ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., benar-benar menjadi kekuatan untuk membangun akhlak dan karakter bangsa secara sempurna, dan tidak lagi dipahami hanya sebagiannya saja, sebagaimana yang kebanyakan terjadi selama ini. Wallahu a’lam.



Diambil dari tulisan Moh. Safrudin, S.Ag, M.PdI (Aktivis Gerakan Pemuda Ansor Sultra peneliti Sangia Institute)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger