Na'udzu Billah, semoga
kita dijauhkan dari keyakinan seperti itu. "Ustadz Hijrah"
(informasinya, sudah minta maaf) ini bukan yang pertama kali menyatakan
demikian. Di video yang tersebar dia sempat menanyakan kepada ustadz di
sebelahnya yang menegaskan bahwa makna 'Dlaallan' adalah sesat, berarti Nabi
pernah menjadi sesat. Dan jauh sebelumnya sudah ada Ust Mahrus Ali yang mengaku
Mantan Kyai NU, juga menulis di salah satu bukunya yang menggugat Amaliah NU bahwa
Nabi dulunya juga sesat.
Ada 2 dalil yang
disampaikan oleh mereka.
Dalil pertama:
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan
petunjuk." (Ađ-Đuĥaá: 7)
Dalil kedua: "Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus." (Ash-Shūraá: 52)
Jawaban Dalil pertama
Penafsiran Sahabat
yang digelari Turjuman (interpretator) Al-Quran, Ibnu Abbas RA
ﻭﺃﺧﺮﺝ ﺍﺑﻦ ﻣﺮﺩﻭﻳﻪ ﻋﻦ
ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ : } ﻭﻭﺟﺪﻙ ﺿﺎﻻ ﻓﻬﺪﻯ }
Ibnu Marduwaih
meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, ketika menafsirkan firman
Allah yang artinya: "Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung,
lalu Dia memberikan petunjuk." (Ađ-Đuĥaá: 7)
ﻗﺎﻝ : ﻭﺟﺪﻙ ﺑﻴﻦ ﺿﺎﻟﻴﻦ
ﻓﺎﺳﺘﻨﻘﺬﻙ ﻣﻦ ﺿﻼﻟﺘﻬﻢ
Ibnu Abbas berkata:
"Allah menemukanmu diantara orang-orang yang sesat (Jahiliah), lalu Allah
menyelamatkanmu dari kesesatan mereka" (Al-Hafidz As-Suyuthi, Ad-Durr
Al-Mantsur 8/544)
Penafsiran Ulama Ahli Tafsir
ﻭﻗﺎﻝ ﻗﻮﻡ : ﻭﻭﺟﺪﻙ ﺿﺎﻻ
ﺃﻱ ﻓﻲ ﻗﻮﻡ ﺿﻼﻝ، ﻓﻬﺪﺍﻫﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻚ . ﻫﺬﺍ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻜﻠﺒﻲ ﻭﺍﻟﻔﺮﺍﺀ . ﻭﻋﻦ ﺍﻟﺴﺪﻱ ﻧﺤﻮﻩ، ﺃﻱ
ﻭﻭﺟﺪ ﻗﻮﻣﻚ ﻓﻲ ﺿﻼﻝ، ﻓﻬﺪﺍﻙ ﺇﻟﻰ ﺇﺭﺷﺎﺩﻫﻢ .
Sebagian ulama
berkata: "Yang dimaksud adalah Allah menemukanmu diantara umat yang
tersesat lalu Allah memberi petunjuk kepada mereka denganmu". Ini adalah
pendapat Al-Kulabi, Al-Farra' dan As-Suddi. Yakni Allah menemukan kaummu dalam
kesesatan, lalu memberi petunjuk kepadamu agar membimbing mereka" (Tafsir
Al-Qurthubi 20/97)
Jawaban untuk dalil
kedua:
ﻭﺃﺧﺮﺝ ﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻲ
ﺍﻟﺪﻻﺋﻞ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﻴﻞ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻫﻞ
ﻋﺒﺪﺕ ﻭﺛﻨﺎ ﻗﻂ ﻗﺎﻝ : ﻻ ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻓﻬﻞ ﺷﺮﺑﺖ ﺧﻤﺮﺍ ﻗﻂ ﻗﺎﻝ : ﻻ ﻭﻣﺎ ﺯﻟﺖ ﺃﻋﺮﻑ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻋﻠﻴﻪ
ﻛﻔﺮ ( ﻭﻣﺎ ﻛﻨﺖ ﺃﺩﺭﻱ ﻣﺎ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﻻ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ) ﻭﺑﺬﻟﻚ ﻧﺰﻝ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ( ﻣﺎ ﻛﻨﺖ ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺎ
ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﻻ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ )
Nuaim meriwayatkan
dalam kitab Ad-Dalail dan Ibnu Asakir dari Ali Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi
shalallahu alaihi wasallam pernah ditanya: "Apakah engkau pernah menyembah
berhala?" Nabi menjawab: "Tidak". Mereka bertanya:
"Pernahkah engkau minum khamr?" Nabi menjawab: "Tidak. Aku tidak
pernah tahu (ikut) tentang kekufuran yang mereka lakukan. Dan aku belum tahu
apa kitab dan iman". Lalu turun ayat: "Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman
itu" [Asy-Syuraa 52]" (Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur 7/367)
Mufti Al-Azhar, Mesir,
menegaskan:
ﺇﺟﻤﺎﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﻠﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ
ﺍﻟﺸﺮﻙ ﻣﺴﺘﺤﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺒﻌﺜﺔ ﻭﺑﻌﺪﻫﺎ، ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻘﺼﻮﺩﺍ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺔ
Semua pengikut agama
telah sepakat bahwa kesyirikan adalah mustahil bagi para Nabi, sebelum diangkat
menjadi Nabi atau sesudahnya. Maka tidak benar jika 'sesat' adalah tafsiran
dari ayat ini (Adl-Dluha 7)" (Fatawa Al-Azhar 8/197)
Sebenarnya ada 2 tema
yang akan diserang oleh ustadz ini, yaitu melarang Maulid Nabi sekaligus
meyakini Nabi pernah sesat sebelum menjadi Nabi. Namun sayang dalilnya dusta
semua. Saya tidak pernah mencegah dakwah para ustadz hasil produk kilat
'hijrah' ini. Tapi tolong jangan pernah bicara dalil dan istinbath dari dalil,
karena belum cukup umur.
FB Ust. Ma'ruf Khozin,
Pengasuh Rubrik Kajian Aswaja Majalah NU Aula
Posting Komentar