Sebagai hamba Allah yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya marilah kita
bersama-sama senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kita juga senantiasa
memanjatkan syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan
ma’unah-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita dapat melaksanakan tugas
sebagai hamba, dan melaksanakan kewajiban ibadah kepada-Nya. Semoga semua amal
kita dicatat dan diridloi oleh Allah SWT.
Bagi mereka yang dipilih Allah untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun ini,
kita do’akan mereka selamat aman dalam perjalanan dan amalnya diterima Allah
sebagai haji yang mabrur. Haji adalah ibadah yang sangat dalam maknanya. Ibadah
haji merupakan simbol penghambaan diri secara penuh kepada Allah SWT. Manusia
apapun jabatannya, kekuasaan yang dipegangnya, harus patuh dan tunduk pada
aturan yang ditetapkan Allah dalam haji.
Tidak seorang pun yang memprotes kenapa dia harus berputar tujuh kali
keliling mengitari ka’bah ditengah lautan manusia, berlari-lari kecil diantara
shofa dan marwa. Tidak seorang pun yang keberatan berpanas-panas dipadang
Arofah, kemudian malamnya yang tengah lelah mereka harus singgah di muzdalifah
sambil mencari batu-batu kecil untuk melempar jumroh pada waktu siangnya. Itu
semua merupakan aturan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT malalui nabi
pilihan-Nya. Tidak seorang pun yang dapat menolak dan mengingkari aturan itu.
Mereka begitu pasrah, patuh dan tunduk sepenuhnya pada sistem Allah SWT.
Inilah pelajaran yang harus kita pertahankan dalam seluruh sektor kehidupan
kita, tidak hanya taat pada aturan Allah dalam beribadah tetapi juga dalam
menata kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Bagi mereka yang menyaksikan langsung peristiwa Arafah, lautan manusia di
tengah padang pasir dengan busana yang serba putih, mengingatkan kita semua
akan hari berbangkit dari alam kubur di padang mahsyar pada hari perhitungan.
Semua kita dibangkitkan Allah dari kuburnya berkumpul di satu tempat sejak
manusia pertama Adam AS hingga manusia terakhir. Semua kita mempertanggung
jawabkan amalnya dihadapan Yang Maha Adil, Allah SWT. Tidak ada dosa yang
disembunyikan, tidak ada kesalahan yang luput dari perhitungan Allah, tidak ada
yang bisa lari dari pengadilan-Nya, pengadilan yang tidak pernah curang dan
tidak mengenal pilih kasih. Dosa besar dan kecil semua terdaftar dalam catatan
amal setiap insan.
Firman Allah dalam Q.S. Al-Kahfi: 49 yang artinya Dan ditunjukkanlah buku (catatan amal manusia) maka kau lihat
orang-orang pendosa itu ketakutan terhadap apa yang tertulis didalamnya dan
mereka berkata : celakalah kami, buku apakah ini, tidak ada yang luput baik
yang besar dan kecil melainkan semua tercatat di dalamnya dan mereka
menyaksikan amal pekerjaan mereka hadir (tertulis di hadapan) mereka. Tuhanmu
tidak mendzolimi seorangpun dari hamba-Nya.
Allah juga mensyari’atkan kepada kita untuk menyembelih hewan kurban sebagai
amal tathowwu’ (amal sunah) bagi umat Islam yang sangat besar pahalanya.
Hukumnya sunah muakkad. Bagi yang sanggup meyembelih qurban disunahkan setiap
tahun sekali.
Ibadah yang satu ini mengingatkan kita kembali kepada nabi
Ibrahim yang siap mengorbankan putra kesayanganya, Ismail a.s, demi memenuhi
tuntutan Allah atas dirinya. Bagi Ibrahim perintah Allah diatas segala-galanya,
di atas kecintaan pada anak dan keluarga.
Namun Allah tetap berkuasa mengganti
sembelihan itu berupa domba dan Ismail tetap hidup untuk meneruskan
keturunannya yang kemudian melahirkan nabi Muhammad SAW. Sikap dan perilaku Nabi Ibrahim inilah yang seharusnya kita jadikan sebagai
teladan dalam memupuk sikap patuh dan pasrah kepada Allah. Ketaatan kepada
aturan Allah dan Rosul adalah bukti nyata keimanan seseorang. Orang yang tidak
taat pada perintah dan aturan Allah keimanannya hanya sebatas lisan dan tidak
akan mendapatkan pengakuan dari Allah sebelum kepatuhan itu benar-benar ditunjukkan
dalam kehidupan nyata.
Dalam ٍfirman-Nya : Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Kyai M. Muslih Al Baroni
Posting Komentar