Pengorbanan dalam konteks hubungan dengan Allah digambarkan oleh keluarga
Ibrahim. Keluarga ini cerminan dari keluarga sakinah yang penuh dengan
keimanan. Ketika nabi Ibrahim mengatakan kepada anaknya bahwa beliau telah bermimpi
(mendapat wahyu) untuk menyembelih anaknya, Ismail. Wahyu disampaikan kepada
Ismail dengan perasaan harap dan cemas. Namun jawaban anaknya sebagai anak yang
sholeh.
إِفْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِى إِنْ شَاءَاللهُ مِنَ الصَّابِرِيْن
Artinya: (Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan kepada engkau, maka
insya’allah engkau akan mendapati aku sebagai orang yang sabar).
Keluarga yang begitu interaktif antara ayah dan anak. Hubungan yang
dialogis, bukan hubungan sosial otoriter. Nabi Ibrahim meski berfungsi sebagai
ayah tidak ingin memonopoli amal tapi mengajak untuk sama-sama bisa berkorban.
Dinamika sosial terjalin harmonis dalam keluarga.
Pengorbanan yang tiada tara seorang manusia yang mengharap anaknya puluhan
tahun. Disaat masih kecil, Ismail ditempatkan di padang pasir bersama istrinya
karena perintah Allah, sebagai hamba yang taat tanpa syarat, melakukan tugas
kenabian dengan penuh pengorbanan dan kesetiaan.
إِذْقَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ العَالَمِيْنَ
Nabi Ibrahim sebagai manusia biasa dan sebagai hamba yang mendapat wahyu
tentunya sifat kemanusiaannya melekat pada dirinya. Dengan perasaan sedih, ia mempersiapkan
bekal untuk anak dan istrinya di tengah padang pasir. Sehingga ia tidak berani
menoleh ke belakang saat meninggalkan anak dan istrinya. Namun saat ditanya
Istrinya apakah ini perintah Allah lalu dijawabnya dengan mengatakan "ya".
Ajaran tauhid yang ditanamkan pada istri menimbulkan sikap istri yang begitu
hormat kepada suami dan bersangka baik terhadap Allah SWT. Secara psikologis
nabi Ibrahim mempertimbangkan bagaimana menyampaikan perintah Allah yang begitu
berat secara menusiawi, dengan pendekatan simpatik pada istri dan anaknya.
Namun karena pola pendidikan islami sudah tertanam dalam keluarga, maka sikap
atau peilaku istri dan anaknya begitu antusias menyambut ajakan baik yang
diperintahkan Allah tersebut.
Perintah Allah SWT yang diselesaikan secara sempurna itu membuahkan hasil
berupa balasan yang terbaik dari Allah. Perintah meninggalkan anak dan istri di
padang pasir secara sabar memperoleh nikmat Allah yang tiada henti, yaitu
mengalir air zam zam dari tanah di bawah injakan kaki Ismail. Begitu pula
ketika akan melaksanakan perintah meyembelih nabi Ismail diganti dengan
pengorbanan yang luar biasa.
Digambarkan dalam firman Allah Surah Al-Baqoroh 124: Dan ingatlah ketika
Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan) lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ”sesungguhnya AKU akan menjadikan kamu
imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata dan saya mohon juga dari keturunan
ku. Allah berfirman: janjiKU tidak mengenai orang yang dzolim”
Dalam ayat yang lain : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong
agama Allah niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu.
Dari gambaran tentang pengorbanan dari nabi Ibrahim dan keluarganya dapat di
petik suatu ibrah (pelajaran) bahwa pengorbanan akan membawa hasil yang terbaik
bagi karir manusia baik di dunia maupun di akhirat. Allah akan memberikan
balasan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan manusia dalam melakukan
proses sosialnya.
Kyai M. Muslih Al Baroni
Posting Komentar