“Dalam kehidupan yang
penuh dengan ujian, kesulitan, kesusahan, baik dialami oleh individu maupun
masyarakat nasional, setiap kita merasakan kegelisahan bahkan terkadang
keputusasaan. Hal ini kemudian menjadikan lahirnya iri, dengki, dan akhirnya
membawa kepada perbuatan menghalalkan segala cara.
Allah SWT berfirman, ‘Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan
siang untuk mencari penghidupan.’ – QS An-Naba (78): 10-11.
Allah SWT telah menjadikan siang hari untuk mencari nafkah, sedangkan malam
hari untuk istirahat. Allah memberikan jalan kepada kita untuk mencari nafkah,
tapi jangan lupa kaidah untuk mencari nafkah, karena sering kali kita
menomorsepuluhkan Allah pada saat berurusan dengan urusan diniawi kita.
Saat ini banyak muslim yang terkadang sudah bosen menjadi orang Islam. Bila
dulu, setelah maghrib, anak-anak sudah duduk rapi untuk mengaji atau
pergi ke mushalla, saat ini, maghrib dan isya, anak belum pulang tidak ada
apa-apa.
Kok bisa kita disebut bosen dengan Islam! Karena dalam keseharian kita sudah
melupakan dan tidak menggunakan tata cara kehidupan yang Islami. Ibadah
diabaikan, shalat ditinggalkan, mengaji dilupakan. Pulang kerja langsung nonton
bola, jam tiga pagi masih di depan bola, padahal belum shalat Isya, lalu
ketiduran, shalat Subuh pun lewat, setelah itu bangun dan langsung bekerja. Ini
menunjukkan bahwa pekerjaan lebih penting daripada Allah SWT. Akibatnya, tidak
ada lagi keberkahan pada apa yang kita cari dan kita dapatkan.
Allah SWT berfirman, ‘… barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizqi dari arah yang tiada
disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.” – QS Ath-Thalaq (65): 2-3.
Ayat ini memberikan petunjuk bagi setiap umat Rasulullah SAW. Dalam keseharian,
seorang muslim bergaul sebagai insan biasa, namun, di saat Allah memanggil, ia
tampil paling pertama untuk menunaikannya.
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, penyususun Ratib
Al-Haddad dan al-Wird al-Lathif,
berkata, ‘Bukanlah dunia sebagai negeri tanah air, melainkan hanyalah
persinggahan untuk menuju negeri yang sebenarnya (akhirat).’
Rasulullah SAW bersabda, ‘Cinta tanah air adalah bagian dari iman.’ Tanah air
kita yang sebenarnya adalah akhirat, sehingga makna hadits ini adalah agar kita
selalu merindukan negeri akhirat, karena dunia ini bukanlah negeri kita. Nabi
Adam Allah ciptakan di surga lalu turun ke bumi. Itulah sebabnya, bumi ini
bukanlah negeri kita.
Habib Mahdi Alatas

Posting Komentar