Puasa dan sedekah
bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat menghapuskan
dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama jika
ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam
sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Puasa itu merupakan perisai bagi
seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan
" ( Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu Majah
dari Ustman bin Abil 'Ash; juga
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya
serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan
disetujui Adz-Dzahabi.) Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al Baihaqi.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari
Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Puasa
itu perisai dan benteng kokoh yang
melindungi seseorang) dari api Neraka"
Dan dalam hadits
Mu'adz radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Sedekah dan shalat
seseorang di tengah malam dapat menghapuskan dosa
sebagaimana air memadamkan api" (Hadist
riwayat At-Tirmidzi dan katanya. "Hadits hasan shahih.
")
Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa dapat menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.
Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat membantu orang lain yang berpuasa agar kuat dengan makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain. Untuk itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya, maka hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, agar ia termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan dan minuman yang dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178.)
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua). Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya.
Ust. Hakam Trunojoyo
Posting Komentar